Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Monday, November 23, 2009

16. Jalan Menuju Kebesaran Pribadi



Yang jalannya lurus akan cepat sampai.

***

Banyak orang memimpikan menjadi bintang, tetapi tidak setiap orang berkesungguhan besar menjadi bintang. Yang menjadi alasan bagi sebagian besar masalah dalam kehidupan kita adalah besarnya rentang antara yang kita lakukan dengan yang betul-betul bisa kita lakukan. Kalau pekerjaan Anda hanya menggunakan lima persen dari kemampuan Anda, lalu mensyaratkan kalau nanti digaji lebih, kalau sudah bekerja di perusahaan yang baik, ada yang menghimpun tenaga kalau atasannya lebih baik. Mengapa kita menggunakan standar yang rendah bagi pertumbuhan pribadi kita? Kekuatan yang menjadi bukti sangat baik, yaitu disiplin. Disiplin adalah jalan menuju kebesaran pribadi seseorang. Yang malas, tetapi sudah disiplin untuk bekerja akan rawe-rawe rantas malang-malang putung bekerja, karena orang-orang hebat adalah orang-orang yang menjaga sebaik-baiknya sikap dalam seburuk-buruknya keadaan.

***

(Contoh) bukti adanya sebuah kepemimpinan yang baik adalah sungai yang bersih. Tidak mungkin seorang pemimpin yang kuat dan berkuasa, yang menginginkan tanda kesurgaan di dunia ini membiarkan sungai kotor. Surga itu dipimpin langsung oleh Tuhan, itu sebabnya sungai mengalir indah di bawahNya. Maka, bukti kepemimpinan baik itu sungai bersih, karena sungai itu separuh dari tanah air. Apa mungkin sungai bersih kalau tanahnya kita izinkan kotor, atau sebaliknya? Maka, jadilah pemimpin yang memelihara alam.

***

(Dalam episode ini hadir bintang tamu: Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi).

***

Disiplin dalam kehidupan yang nyata itu yang membuat kita naik ke tempat yang nyata, bukan angan-angan mencapai kualitas impian yang selama ini kita rindukan.

***

Mahfud MD (MD): Orang mungkin menganggap saya sukses, tapi saya merasa inilah capaian yang memang seharusnya yang saya kira saya capai, karena saya sejak kecil terbiasa hidup secara terarah. Bahwa kalau saya ingin itu, caranya harus begini, tidak boleh melenceng. Disiplin itu bukan hanya dalam arti waktu, jam sekian harus begini atau menepati janji, iya itu sebagian. Disiplin itu juga, yang kita pikirkan untuk kita capai, selalu ada orientasi untuk langkah kita. Itu sebabnya saya tidak mau tersandera oleh sesuatu yang akan menyebabkan saya keluar dari yang ingin saya capai itu. Misalnya saya katakan, menjadi hakim itu menegakkan kebenaran dan keadilan, kalau misalnya saya terlanjur menjanjikan sesuatu ke seseorang bahwa, 'Anda akan saya putus begini', itu saya menjadi tersandera. Atau menerima sesuatu yang tidak sah, lalu ada tekanan, 'Anda harus memutus dengan cara begini', itu sebabnya saya selalu menjaga diri dari penyanderaan-penyanderaan itu.

***

Sangat sederhana apa yang dikatakan Bapak Mahfud, tetapi kekuatannya tidak sederhana. Karena pertama, yang jalannya lurus akan cepat sampai. Nurani berbunyi kalau tidak lurus. Berikutnya adalah "if you want to be king, think of nothing else", kalau mau menjadi raja, jangan pikirkan yang lain. Seperti yang beliau (MD) sampaikan, yang kita inginkan, pikirkan, itu kunci menuju kebesaran pribadi.

***

MD: Saya selalu berusaha untuk berbuat lurus, kemudian memberikan ide-ide kepada lingkungan, lingkungan kerja dan sebagainya, dan kita konsekuen dengan gagasan-gagasan itu. Jadi, tidak bisa misalnya mengatakan sesuatu tetapi tidak melakukan hal itu, padahal kita bisa melakukannya. Dalam agama itu juga dilarang, 'Dosa besar bagimu menyuruh orang melakukan sesuatu, padahal kamu sendiri tidak melakukannya'. Itu menimbulkan kepercayaan kepada orang, sehingga apa yang kita katakan menjadi berpengaruh, kadang orang mau melakukan sesuatu itu betul atau tidak betul, menunggu pendapat kita, karena ia percaya, itu kalau kita konsekuen untuk setiap langkah kita.

***

Mahfud MD yang muda itu mengangkat beberapa orang untuk naik dalam lingkungan kecil, sampai dia dipercayakan untuk memimpin, kemudian ia memperbesar wilayah pelayanan sehingga beliau dipercaya untuk memimpin yang lebih besar.

***

MD: Saya selalu menghadapi segala sesuatu dengan tenang, dicerna dulu baru disikapi. Ada kalanya situasi tertentu, kita menyikapinya dengan keras dan cepat, ada kalanya harus menyikapinya dengan tenang dan santai, ada kalanya biarkan saja.

***

Dalam bahasa tukang kayu, tukang yang hanya mempunyai palu, akan memperlakukan segala sesuatu seperti paku. Pemarah akan marah mengahadapi segala sesuatu. Pak Mahfud tidak menggunakan satu alat untuk menghadapi segala sesuatu.

***

MD: Kalau keadaan lagi tidak bagus, situasi masyarakat sedang tidak bagus, kita tampil dengan solusi dengan penuh integritas penuh ketulusan, dengan sendirinya kita akan menjadi bintang, meski saya tidak merasa menjadi bintang.

***

Bangsa yang dibentuk dari pribadi-pribadi mulai akan menjadi bangsa yang mulia. Satu-satunya pengembangan karakter pribadi adalah disiplin, siapapun yang mau mencapai kebesaran pribadi harus segera mendisiplinkan dirinya.

***

(Hubungan iman dengan harga diri dalam menjadi bintang). Kalau kita itu kekasih Tuhan, apa yang tidak akan Beliau lakukan kepada kita sebagai kekasih. Jadi, kalau mau menjadi pribadi yang harganya tinggi, pandangannya dihormati orang, kata-katanya didengarkan, perilakunya diteladani, harus menjadi pribadi yang sedekat mungkin dengan kepemimpinan yang diizinkan Tuhan. Mengenai keadaan sekarang, yang harus dibedakan itu ada dua hal, yang senang melihat pemimpin jatuh itu politisi, negarawan ingin menyelamatkan negara. Jangan korbankan kemuliaan negara karena ingin berkuasa atau paling tidak melihat orang lain tidak berkuasa, hentikan proses mencari siapa yang salah, berfokuslah pada apa yang bisa kita lakukan agar keadaan menjadi lebih baik.

***

MD: Ada yang mengatakan bahwa budaya kita itu budaya korup, itu sesuatu yang saya tidak percaya, karena kalau kita percaya budaya kita korup, kita tidak bisa perbaiki kecuali harus menunggu ratusan tahun barangkali, karena budaya akan terjadi terus-menerus. Ternyata dari hasil penelitian yang saya lakukan maupun orang lain lakukan, Indonesia tidak punya budaya korup. Korupsi itu karena serakah, bukan karena miskin. Ini bisa kita selesaikan kalau kita punya kepemimpinan yang tegas dan punya integritas bersih, sehingga ia tidak perlu membayar apapun dan tidak bisa ditekan siapapun ketika menjabat. Dulu ada yang datang ke kantor saya, ia minta dimenangkan dalam perkara Pemilu, ia sudah menang tapi digugat, ia bilang, 'Pak Mahfud kan tahu, untuk jadi anggota DPR itu biayanya milyaran'. Saya katakan, 'Saya menjadi anggota DPR, tidak keluar serupiah pun, bagaimana Anda bisa milyaran begitu?' Itu yang saya lakukan. Itu sebabnya juga ketika kami akan menjadi hakim konstitusi, akan diseleksi, ada yang katanya mau membantu tetapi membayar uang sekian, saya katakan, 'Lebih baik Anda tidak memilih saya untuk menjadi hakim, kalau saya harus membayar satu rupiah pun'. Karena kalau saya sampai membayar, taruhlah Rp 100 ribu saja, setiap hari saya datang ke kantor Mahkamah Konstitusi, saya akan malu kepada diri saya, saya masuk gedung ini karena membayar pada seseorang. 'Jangan pilih saya kalau saya harus bayar atas nama apapun, uang administrasi atau uang bensin.' Saya tidak mau, itu yang terjadi.

***

Disiplin utama dalam kehidupan adalah kesetiaan pada yang benar. Kepemimpinan utama dalam kehidupan adalah pengendalian diri. Disiplin pribadi dimulai dari penguasaan pikiran dan perasaan. Jika Anda tidak menguasai pikiran dan perasaan Anda sendiri, Anda tidak akan menjadi penguasa atas pikiran dan perasaan Anda sendiri.

***

MD: Mari kita menjadi manusia seperti yang diperintahkan oleh Tuhan, yaitu manusia yang punya hati, yang menggunakan hati untuk memahami dan melaksanakan kebenaran. Manusia yang benar punya telinga yang digunakan untuk mendengar kebenaran, dan punya mata yang digunakan untuk melihat kebenaran. Kata Tuhan, kalau manusia punya hati tidak digunakan untuk memahami kebenaran, punya telinga tidak untuk mendengar kebenaran, punya mata tidak untuk melihat kebenaran, maka manusia itu ibarat binatang. Oleh sebab itu, untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, mari kita bangun diri kita menjadi manusia yang benar.

***

Bagi orang yang semangatnya terbiasa dalam kebaikan, seseorang yang punya disiplin mempunyai keteraturan, kekuatan dalam keteraturan itu untuk menjadikan dirinya sebesar yang ia inginkan. Disiplin adalah jalan menuju kebesaran pribadi. Disiplin utama dalam kehidupan ini adalah setia pada yang benar. Hanya orang yang ada dalam kebenaran yang hidupnya benar, yang jadi pribadi yang dimuliakan Tuhan dan sesama. Setialah pada yang benar, dahulukan keteraturan melakukan sesuatu yang berguna yang menguntungkan orang lain lalu perhatikan apa yang terjadi.


(Mario Teguh Golden Ways, Minggu 22 November 2009, by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1040)

No comments: