Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

3. Mencintai Indonesia


Kita sudah merdeka 64 tahun, ada yang benar-benar merdeka, tapi lebih banyak dari kita yang belum betul-betul merdeka secara seutuhnya. Banyak di antara kita telah hidup dengan taraf ekonomi lebih baik, tetapi belum sebaik sebagaimana dia seharusnya. Seandainya saja kita memiliki ketepatan berpikir yang rata, sama, bagi kemajuan Indonesia, maka ketepatan perilaku kita sebagai sebuah bangsa akan lebih baik. Kita membutuhkan banyak masukan, inspirasi, dari orang-orang yang bersungguh-sungguh memajukan negeri kita, bukan hanya untuk diri mereka saja, tetapi terutama untuk orang banyak.

***

(Mario Teguh mengunjungi dan berdialog dengan Profesor Yohanes Surya, fisikawan Indonesia yang sedang membuat pelatihan untuk anak-anak pedalaman Papua. Anak-anak sedang belajar rancang bangun (geometri). Anak-anak ini bukan dari keluarga cerdas, mereka belum bisa menghitung. Profesor Yo punya visi ke depan, ingin menunjukkan bahwa tidak ada orang bodoh di dunia ini. Orang-orang yang tinggal di gunung yang dianggap terbelakang, sulit belajar, ternyata bisa, dan dalam waktu singkat. Dengan metode yang ia kembangkan, pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah selama 6 tahun, bisa dikompres selama 3-4 bulan. Profesor Yo mengatakan, “Anak yang belajar matematika dan bisa, percaya dirinya akan besar, mau mengerjakan apa saja juga bisa. Seluruh anak Indonesia bisa belajar matematika, tidak takut pada matematika dan fisika, dari situ mereka akan lebih percaya diri mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi.”)

***

Ketepatan berpikir bukan 4 kali 2 sama dengan 8. (Tentang mengajar anak) logikanya, dari sedikit yang saya ketahui. Pertama, buat mereka bergembira belajar. Sangat logis. Kedua, buat anak menikmati proses tahu dan lebih tahu. Anak akan menunjukkan kebanggaan bisa melakukan sesuatu. Kalau mereka bertanding, bukan untuk mengalahkan orang lain, tetapi menemukan kualitas yang ada dalam dirinya. Sebetulnya metode Profesor Yo tidak ajaib, yang ajaib itu ada dalam setiap diri saudara-saudara kita, bahkan dari orang tua yang diragukan karena ia tinggal di gunung. Karena mengeluarkan yang ajaib, maka metodenya disebut ajaib.

***

Kalau seandainya para pemimpin melihat bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa bukan pembukaan dari pidato saja, tetapi betul-betul tindakan yang dilakukan dengan kesungguhan bagi kebaikan orang, maka sebetulnya ketepatan berpikir adalah rahasia pencerdasan bangsa. Sehingga yang dilakukan Profesor Yo sangat mulia.

***

Yang dilakukan Profesor Yo dan teman-temannya menampilkan kualitas itu dari anak-anak. Saya lihat metodenya tidak langsung matematka, fisika. Metodenya motivasi otak, bahwa semangat belajar lebih penting daripada belajarnya. Membuat anak menikmati proses belajar, menemukan kegembiraan dari proses lebih tahu. Berlomba dengan dirinya sendiri, bukan melawan orang lain, tapi kualitas kita yang lalu.

***

Hanya dengan 3 sampai 4 bulan, anak belajar seperti sekolah 6 tahun. Bayangkan apa yang dicapai bangsa kita kalau kita berhasil semuda mungkin. Kita tidak harus tua untuk memiliki kemampuan usia tua. Dan, ini mewakili wilayah yang belum tersentuh anggaran besar. Di sini kita membuktikan, untuk menjadi mulia tidak melalui anggaran besar, tapi kesungguhan besar. Kita doakan yang berwenang di negara ini melihat ini penting, sehingga mereka mulai melakukan sesuatu yang baik untuk kita, karena mereka pemimpin ekonomi kita di masa depan.

***

(Mario Teguh mengunjungi dan berdialog dengan Dik Doank, seniman yang sangat peduli dengan kehidupan dan lingkungan sosial. Di tempat tinggalnya, di kawasan Jurangmangu, Ciputat, Tangerang, Dik mendirikan sekolah bagi anak-anak kurang mampu, yang sulit untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Sekolah bertema alam tersebut diberi nama Kandank Jurank Doank. Sekolah ini berawal dari keprihatinan Dik terhadap keterpurukan nasib pendidikan sebagian anak-anak Indonesia. Dik juga peduli dengan lingkungan sekitarnya. Setiap minggu, Dik mengadakan diskusi dengan warga di lingkungan rumahnya, sebagai perwujudan kepedulian terhadap lingkungan).

***

(Mario Teguh mengagumi rupa-rupa dinding tanah liat yang ternyata adalah buatan anak didik Dik). Kalau orang mau melakukan sesuatu, koleksi seperti ini, kalau orang mau menirunya, butuh bertahun-tahun. Kalau kita secara tekun, teratur, ajek, tahu-tahu jadi sebuah karya yang sangat indah, yang peniruannya hampir tidak mungkin bisa dilakukan.

***
(Mario Teguh meminta penjelasan Dik tentang penataan sudut lantai yang ia lewati, yang terdiri dari batu-batu dan jembatan penyeberangan. Dik menjelaskan filosofinya, bahwa kayu jembatan itu jalan menuju keesaan Tuhan).

***

Sirotol mustakim, kita menyeberang tiap hari, dari keadaan tidak tahu menjadi tahu, dari mudah mengeluh jadi tidak mengeluh.

***

Tuhan itu memanjangkan umur orang yang berguna. Panjang umur itu berguna bagi orang lain. 90 tahun dengan kemalasan kerja, itu lama hidupnya, bukan panjang umur. Tuhan mencintai orang yang berguna. Tuhan memanjangkan usia manusia dengan melipat waktu, sehingga tidak terasa, sudah banyak yang dilakukan.

***

(Kalau misalnya) umur 65 tahun baru sadar untuk penting bagi orang lain, Tuhan mampu memuliakan satu tahun setelah 65 tahun kalau dia mau. Banyak yang minta pangkat, jabatan, tapi tidak minta digunakan. (Maka) Tuhan, gunakanlah aku.

***

Orang-orang hebat membawa jiwa kegalauan bagi kemuliaan orang banyak. Salah satu sifat yang dilihat orang, buruk, tapi adalah kekuatan adalah sifat pembosan. Ia bergerak cepat karena bosan. Itu cara Tuhan membuat ia tidak puas dengan apa yang dicapai. Itu bukan kelemahan. Itu kekuatan. Pemimpin berada di belakang untuk memastikan tidak ada yang ketinggalan. Pemimpin tidak di depan, tapi sifatnya panjang, mewakili orang yang melihat masa depan yang belum dilihat orang lain. Itu sebabnya mereka tidak mengerti, bahkan orang paling tinggi di negara ini belum tentu mengerti gambaran tentang masa depan. Bagi orang hebat, waktu istirahatnya adalah memperkuat kerjanya. Banyak orang kerja yang dilemahkan istirahatnya. Tidurnya mengurangi waktu kerjanya. Orang hebat, istirahat supaya kerjanya hebat. Dengan kesibukannya, ada peran-peran yang tidak ia ketahui, hati orang dibuat mudah membantunya, waktu menyesuaikan diri.

***

Itu semua kelebihan peran kita. Lalu kita sebagai manusia, untuk bisa merasa rendah hati. Aku dan kamu saudaraku yang lemah dan kurang, adalah tugasku untuk memuliakanmu. Tanpa kamu yang aku muliakan, aku tidak mulia. Karena kekuranganmulah, aku bertindak.


Seorang pemimpin, sifatnya tidak di depan. Sifatnya panjang, mewakili orang-orang yang melihat masa depan.

***

(Mario Teguh mengunjungi dan berdialog dengan sutradara muda Hanung Bramantyo. Mario Teguh bertanya pada Hanung, apa yang dilakukan untuk mencapai keberhasilan semuda mungkin. Hanung mengatakan, ‘Buat saya, kemerdekaan bukan faktor eksternal, tapi internal. Ibarat sebuah rumah, kita tidak boleh keluar, kita bisa melakukan tindakan-tindakan secara internal. Terbukti karya-karya masterpiece/ unggulan lahir dari mereka dalam situasi tertekan, seperti Pramoedya Ananta Toer, yang secara eksternal mereka dibilang tidak merdeka. Buat saya, merdeka itu cita-cita. Kontradiksi, konsekuensi dari kita hidup di dunia ini. Kita tak bisa lepas dari kontradiksi. Kontradiksi adalah bagian yang membua kita jadi dewasa. Yang paling penting kita harus jujur pada diri sendiri. Yakin pada diri kita, apa yang kita pikirkan, yakin akan menghasilkan suatu kebaikan. Bahwa itu benar atau salah, nanti, karena itu orang lain yang akan menilai. Asal bukan kriminal, jangan sampai kita punya pendapat, dicounter orang lain, kita jadi lemah.”)

****

Kontradiksi pertama dari pribadi berkekuatan besar adalah tidak suka dikontrol, tidak suka diatur, tidak menghormati aturan, berani mengesampingkan pendapat orang lain. Kadang mereka bermusuhan dengan atasan, tapi menjadikan mereka penemu, penjelajah, pencapai tertinggi.

***

Banyak orang gagal karena menuruti yang menurut orang lain harus dilakukan. Orang yang memimpin kehidupannya sendiri tak pernah gagal. Sejarah membuktikan.

***

Kalau mau gagal, gagal lah dalam melakukan sesuatu hal yang baik.

***

Pengalaman yang super. Bertemu orang-orang yang melakukan lebih dari biasa, seperti Mas Dik, Prof Yo, dan Mas Hanung Bramantyo. Super sekali. Kalau 250 juta penduduk negeri ini terdiri dari pribadi-pribadi seperti mereka. Kita harus bantu setiap orang mengerti keberhasilan adalah hak yang harus diambil dengan kesungguhan kebaikan. Mudah-mudahan kita semua menjadi pribadi-pribadi merdeka dalam arti seutuhnya.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1027)

No comments: