Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, May 26, 2010

28. Salary Zombie



“Kalau kita melihat bahwa diri kita kurang dihargai terutama dalam hal gaji atau imbalan, maka jangan salahkan orang!

Semua itu terjadi karena kita sendiri yang tidak berhasil membantu orang yang tidak menghargai kita tersebut untuk melihat bahwa kita ini bernilai.
Jadi, semua perlakuan tidak baik, harus dilihat sebagai pemberitahuan untuk kita agar lebih memperbaiki diri.”


Gaji Sesuai Kontribusi
“Pengertian kita mengenai dihargai adalah memberikan harga lebih tinggi. Maka, untuk menjadikan diri kita lebih dihargai adalah dengan cara menjadi pribadi yang melebihkan kontribusi bagi perusahaan dan pekerjaan tidak menjadi beban.

Sama halnya dengan orang yang tidak menggaji Anda dengan baik, itu bukan tanda bahwa orang lain yang salah menilai Anda. Jadilah pribadi yang menunjukkan dan membuktikan nilai atau bayaran setinggi apa yang seharusnya Anda dapatkan melalui kontribusi yang Anda berikan.

Karena terbukti, banyak kejadian:
Atasan merasa heran kalau ada yang penting dan urgent tapi tidak ada yang bisa diajak bicara. Sedangkan kalau gajian kok karyawannya ternyata banyak. Wah, ini tandanya banyak sebetulnya karyawan di perusahaan yang tidak memiliki apa-apa.
Jadi, belajarlah malu menerima gaji kecil, kalau memang yang Anda lakukan belum besar.”

Ubah Tampilan dan Lihatlah Lebih Jauh
“Untuk Anda ketahui: gaji, bayaran atau imbalan adalah datang dari penilaian orang terhadap diri kita sendiri. Namun, kita kadang-kadang berbeda sebelum bekerja atau melakukan sebuah usaha. Ada orang yang boleh diganggu, adapula yang tidak, ada yang mudah dikerjakan, namun ada yang tidak.

Maka, kalau kita ingin mengubah perlakuan atau penilaian orang terhadap kita, ingin pula orang-orang di sekitar menghormati kita. Pertama kali yang Anda lakukan adalah mengubah tampilan Anda yang mengundang perlakuan yang merendahkan, kita harus melatih untuk tampil sebagaimana Anda ingin diperlakukan.

Banyak kejadian yang terjadi di luaran, ada yang baik adapula yang buruk. Yang parah, apabila kita merasa ramah, orang lain melihat kita sombong. Namun hal yang baik, apabila kita merasa minder, orang lain melihat kita yakin. Tapi sayangnya yang sering terjadi justru kita merasa minder, orang lain melihat kita lebih minder. Jadi, kalau begitu anjurannya adalah lihatlah ke dalam diri Anda lebih jauh karena cara Anda menampilkan diri menentukan perlakuan orang terhadap kita.”


“Keburukan bukanlah sikap tetapi pilihan, setiap orang dilahirkan dengan sifat-sifat kelangitan, maka marilah kita berpihak kepada yang memberikan, agar kita menjadi manusia yang jujur akhlaknya”.

Berpihak Pada Keadaan yang Lebih Baik
“Apabila Anda sedang berada di dalam keadaan yang gelisah itu adalah terkadang sebuah perintah bagi Anda untuk mengupayakan perpindahan ke keadaan yang lebih damai. Nah! Sedangkan kita termasuk orang-orang yang tidak menyukai rasa dari perintah Tuhan untuk pindah ke tempat yang lebih baik tersebut.

Bayangkan :
Jika kita bergaul dengan orang yang tidak jujur, rasanya kan tidak enak! Maunya ingin marah. Padahal perintah dari Tuhan : “Bergaullah kamu dengan orang-orang baik”.
Jadi, kalau kita mengerti rasa itu, maka belajar untuk menyukai tidak enaknya perasaan (jangan dibuat gelisah) lalu menegaskan untuk mendekatkan diri dalam pergaulan yang baik, mengisi pikiran dengan hal yang baik, merasa dan melakukan yang baik.”

Kejujuran Bukti Anda BerTuhan
“Meskipun rasa dari perintah menuju kebaikan tersebut tidak kita suka, tetapi kita harus ikhlas memindahkan diri menjadi pribadi yang lebih baik. Dan itu adalah ciri kepemimpinan diri yang pertama, yaitu berpihak kepada yang membaikkan diri.

Tidak ada cara apapun untuk yang tidak baik yang bisa Anda gunakan untuk membangun pondasi kebaikan. Kebaikan hanya di jalan kebaikan, tidak boleh ada pengertian bahwa di luar kebaikan ada cara untuk menjadi seseorang yang baik. Ingat! Kejujuran itu bukti bahwa Anda berTuhan.”

Kerja Cerdas = Kerja Keras
“Banyak orang yang sedang dan senang ‘ceramah’ di luar sana mengenai beda antara kerja keras dengan kerja cerdas. Padahal, untuk melakukan kerja cerdas, Anda harus menemukan konsep kerja keras terlebih dahulu.

Terbukti, kebanyakan orang yang sudah menemukan konsep kerja cerdas namun hidupnya belum baik, karena ternyata ia merasa tidak harus melakukannya dengan kerja keras di dalam kecerdasannya.

Untuk Anda ketahui, kecerdasan yang pertama dalam hal bekerja adalah kerja keras, setelah itu baru masuk akal dengan cara-cara peningkatan hasil kerja cerdas.

Jangan lakukan jika sedang malas-malasnya bekerja kok memilih cara yang lain?
Ya, satu-satunya cara untuk meningkatkan hasil yang baik adalah bekerja lebih rajin, lebih giat dan saya harus ingatkan bahwa kita ini harus mempunyai dua kombinasi yang utuh, kerja keras dan kerja cerdas.”


Hemat Jika Ahli
Banyak di antara kita merasa :
Gaji kecil sulit sekali untuk berhemat karena akan selalu kurang.
“Dan perhatikan bahwa berhemat itu tidak selalu baik. Karena berhemat itu, kalau ahli dalam hal berhemat orang tidak melihat perlu menambah pendapatan, karena gaji berapapun cukup, karena dia ahli dalam berhemat!

Jadi, kalau begitu, bukan berhematnya yang dihebatkan tapi kemampuan menghasilkan pendapatan lebih.

Untuk setiap kebingungan, tenaga, dan amarah untuk berhemat bisa digunakan sebagai agresifitas untuk menjual lebih baik, melayani lebih baik, memikirkan cara-cara mendistribusikan produk dengan lebih cepat.

Saya memiliki ide, bagaimana caranya menaikkan gaji. Coba uji kesaktian Anda di depan atasan. Hadapi atasan dan minta untuk naik gaji, sesuai dengan kepantasan dari seseorang.”

Bekerjalah dengan Sepenuh Hati
“Apakah Anda tahu pekerjaan yang paling sedikit mendapatkan saingan?
Pekerjaan itu adalah pekerjaan yang dilakukan dengan sepenuh hati, Itu sedikit sekali saingannya.

Karena sekarang ini banyak orang yang mengatakan ‘I love Friday’ atau ‘I hate Monday’, datang sesiang mungkin, makan sesiang mungkin dan pulang secepat mungkin tapi sampai di rumah semalam mungkin.

Cobalah ubah pola pikir seperti itu. Bagaimana kita harus melalui jalan yang dilalui orang.

Bekerja dengan kesungguhan yang menjadikan kita diutamakan dalam kehidupan ini.
Bagaimana kalau kita mencoba meminta kepada Tuhan, sebesar, sebanyak, kita percaya Tuhan mampu. Jangan lagi menakar kemampuan Tuhan untuk mensejahterakan dan mengkayakan kita. Datanglah kepada Tuhan dan katakanlah “Tuhanku yang Maha Kaya, kayakanlah aku”.

Lalu bekerjalah dengan besarnya kesungguhan yang memantaskan kita untuk menerima hadiah-hadiah yang besar. Lalu, perhatikan apa yang terjadi.”


*Mario Teguh Golden Ways, disusun oleh Gita Puspa Annisa dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1052 (22 Februari – 1 Maret 2010)

27. Penjara Identitas



Dalam lingkungan sekitar kita, kadang ada orang yang ingin hidup lebih baik melewati jalan-jalan keemasan, tetapi tidak lepas dari kenyataan sekeliling kita ada keapatisan, kegagalan, keterbatasan, ada orang-orang yang merasa terpenjara oleh identitas-identitas mereka.


TUMBUH SESUAI RENCANA TUHAN

Apakah Anda pernah merasa letih dengan tidak selesainya proses kita menjadi orang yang mapan, yang bijak yang pandai yang selalu tepat? Pernahkah merasakan itu? Iya. Dan kira-kira kapan itu berakhir? Tidak akan pernah. Selama kita ingin mencapai proses kedewasaan dan pendewasaan yang super, kita selalu akan merasa tidak puas dengan bagaimana hasil pengembangan pribadi. Tetapi yang lebih parah adalah orang-orang yang terkungkung oleh konsep dirinya.
Ada anak yang selama tumbuh direndah-rendahkan oleh orang tuanya. Kalau tidak bisa, dikatakan bodoh, tolol. Itu semua menjadi konsep tentang diri dan kadang-kadang mengungkung orang, memenjara orang sehingga tidak bebas menjadi pribadi yang tumbuh sebagaimana direncanakan Tuhan. Ada cara-cara untuk mengenali kita sedang terpenjara, dan cara-cara untuk keluar dari sana untuk mencapai tempat-tempat yang mulia dalam kehidupan kita sebagaimana telah direncanakan dalam kelahiran kita.

KONSEP DIRI ORANG BESAR
Ada orang-orang aliran kebatinan yang disebut terangisme. Jadi, kalau melihat orang lebih berhasil dari dirinya, dia katakan ‘terang saja’. Pangkatnya lebih tinggi, ‘terang saja’. Ada saja yang dikatakan tentang orang lain sebagai keberuntungan. Orang-orang yang melihat orang lain sebagai orang yang beruntung, selalu orang yang melihat dirinya sial. Perhatikan itu. Salah satu tanda bahwa kita terpenjara dalam konsep diri yang tidak baik adalah merasa sedih tidak berguna karena membandingkan kelemahan kita dengan kelebihan orang lain.
Setiap kali Anda merasa rendah, waktu Anda membanding-bandingkan diri , periksa pasti yang Anda bandingkan adalah kekurangan kita, daripada kelebihan kita. Apakah sebaiknya kita bandingkan kelebihan kita atas kekurangan orang lain? Tidak, karena itu sombong dan mensyukuri kurangnya orang. Dan, hanya orang kecil yang perlu mengecilkan orang lain supaya merasa besar. Dalam konteks identitas, karena Anda besar, hanya orang kecil yang sakit dipukul orang kecil. Biarkan mereka melukai Anda, maafkan, lalu katakan dalam hati tanpa kesombongan, ‘Aku orang besar yang dalam masa pembentukan, dan mereka belum menghormatiku, karena aku belum cukup melakukan sesuatu yang membuat mereka menghormatiku.’

DIRI BERKUALITAS EMAS
Sadari bahwa emas yang salah taruh akan dikira kuningan. Diri berkualitas emas yang bergaul di lingkungan yang tidak baik akan diperlakukan tidak baik. Diri yang bernilai tinggi yang mengizinkan bibirnya dilalui kata-kata tidak sopan, merendahkan wanita, agama lain, suku dan ras lain. Kok, bisa membiarkan pribadi dilalui kata tidak baik. Jadi, karena tidak memperlakukan seperti perhiasan, kita diperlakukan seperti tidak bernilai. Sebagai emas, berlakulah sebagaimana emas.
Kita tidak boleh mempertaruhkan masa depan dengan melihat penampilannya, bisakan melihat dari upayanya. Sebagai pribadi yang baik, Anda harus berpihak pada yang dikatakan hati Anda. Mana pribadi yang menurut Anda paling nyaman di hati. Hanya, tidak semua yang baik sesuai bagi yang lainnya. Orang memiliki kekuatan-kekuatan. Kelemahan itu tidak ada pada seseorang, karena kita menghormatinya. Karena, kelemahan adalah kekuatan yang belum ditemukan kegunaannya. Karena itu, berkasihsayanglah.


BERPIHAK PADA YANG BENAR

Apakah alasan yang kedengarannya benar itu memberikan izin kita melakukan sesuatu yang tidak baik? Tidak ada alasan, apapun dan bagaimanapun kedengarannya baik, mendengarkan sesuatu yang salah. Jadi, yang paling betul adalah berpihak pada yang benar.
Setiap kali kita dihadapkan pada pilihan menyelamatkan tetapi dengan cara yang salah, selalu tanya apa yang membuat Tuhan tersenyum. Kalau Anda lakukan yang membuat Tuhan tersenyum, itu telah terbukti memang benar. Bukankah orang-orang kecil yang akhirnya naik adalah mereka yang menggunakan cara-cara yang baik?


HATI-HATI DENGAN KONSEP “MENJADI DIRI SENDIRI”
Kita harus hati-hati mengenai konsep “menjadi diri sendiri”. Kalau menjadi diri sendiri, diri yang malas, penunda, itu bahaya sekali jadi diri sendiri. Jadi, katakan “menjadi diri sendiri yang merajinkan diri”, karena semua itu tidak ada yang alamiah. Jadikan diri yang mentuluskan diri, mensungguh-sungguhkan diri. Itu sebabnya yang hebat di antara kita selalu yang lebih tegas memutuskan.


“Kalau kita mengeluhkan tingkat diri, berlakulah seperti yang berarti meniru. Bagi sahabat muda yang selama ini direndahkan orang lain karena meniru, saya Mario Teguh adalah peniru. Seluruh proses belajar saya adalah meniru. Saya meniru luas, dalam, detil. Sungguh-sungguh dalam meniru untuk kemudian menjadi sulit ditiru. Pada saat sulit ditiru, Anda menjadi original, walau Anda mencapainya melalui peniruan.”

“Mulai dari sekarang, anjurannya kepada kita adalah menirulah orang-orang yang baik. Pilihlah pribadi terkemuka dalam industri atau karier Anda. Tirulah dia. Tirulah untuk menyamainya, untuk melebihkannya. Selalu lihat diri Anda menjadi pribadi lebih karena Anda akan bisa mencapai lebih dengan menjadi lebih. Selalu upayakan untuk menjadi lebih lalu perhatikan apa yang terjadi.”



*Mario Teguh Golden Ways, disusun oleh Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1051 (15 Februari – 22 Februari 2010)

26. Berani Dihitung Cepat



“Banyak orang sekarang ini, sedang tidak sadar bahwa dia berada dalam masa perhitungan.
Ya. Banyak orang ingin segera dihitung kebaikannya dengan hadiah-hadiah berupa kesejahteraan dan kebahagiaan, tetapi tidak bersedia dihitung keburukannya. Padahal, hari perhitungan tidak usah ditunggu lagi, karena sudah terjadi.
Kualitas hidup kita, adalah bukti bahwa kita telah dihitung. Dan bukti bahwa hari perhitungan juga telah terjadi di depan mata, televisi getol sekali mengabarkan proses-proses pembuktian orang bersalah dan proses-proses pembuktian orang tidak bersalah.”

JANGAN MAU DIHITUNG SAAT SUDAH TUA

“Yang tidak baik, adalah dihitung saat sudah tua. Perhitungan dilakukan bukan pada usia dimana mental kita masih kuat, badan masih kuat.
Bayangkan:
Orang-orang yang seharusnya beristirahat, main-main dengan cucunya, sekarang harus membuktikan bahwa dia orang baik, diminta membuktikan bahwa dia jujur. Bukankah itu tanda bahwa sebagian kita dihitung terlambat sekali? Jadi anjurannya, agar kita semuda mungkin, menjadi tegas dalam berhitung.
Beranilah untuk segera dihitung atas keburukan kita, dan beranilah untuk segera dihitung kebaikannya saat kita baik. Sehingga, kita tidak harus menggunakan masa tua kita sebagai masa untuk bertanggung jawab atas keburukan yang kita lakukan di masa lalu.
Nah, bagi pihak-pihak yang sekarang sedang dihitung, jangan kecil hati, jangan marah dengan keputusan yang dibuat oleh publik.
Publik telah memutuskan dengan anarkisnya, dengan kasarnya, kerasnya, bahkan kejamnya, ..., publik telah mem-profile final. Tetapi, tugas kita bukan untuk bereaksi tidak anggun.
Lihat saja: kalau berlaku agresif, malah jadi tertuduh. Kalau berlaku anggun, tidak dituduh, dan kalau terlihat seperti korban, malah dimaafkan. Jadi kalau begitu, apapun yang dilakukan oleh publik dalam ‘menghakimi’, dalam mem-profile pejabat, itu masukan bagi para pejabat bahwa itu adalah perhitungan. Bukan fakta dia salah atau tidak, tapi perintah untuk memperbaiki pendekatan.”

BUKAN TUHAN, KITA YANG MENYIKSA DIRI SENDIRI

“Apakah kita menyadari bahwa masalah kita sekarang, berasal dari hal-hal kecil yang tadinya belum menjadi masalah, tetapi yang kita tunda penyelesaiannya. Dari soal kesehatan, kebersihan, kesantunan, kejujuran, sebelum menjadi masalah, kita tidak berlaku baik, lalu kita tidak siap menerima perhitungan dari kesalahan kita.
Nah, sekarang, sewaktu masih muda, apakah logis kita menunggu setelah umur 60an, setelah obat harus banyak diminum, istirahat, harus membuktikan bahwa kita orang baik? Mengapa tidak segerakan, ikhlaskan.
Ini sifat Tuhan: Tuhan itu, dari semua sifatnya, yang paling hebat adalah maha pengasih.
Sesalah-salahnya orang yang ikhlas melaporkan dirinya kepada Tuhan, ‘Tuhan, aku tidak suci lagi, izinkan aku mendekat, melaporkan semua dosaku, hitunglah aku.’
Apakah Anda lantas akan dihitung sekejam yang Anda duga?
Berprasangka baiklah kepada Tuhan.
Kalau Anda berprasangka buruk kepada Tuhan, Anda berlaku seperti Tuhan buruk, menyiksa Anda. Kenyataannya, Anda sendirilah yang menyiksa.
So, datanglah kepada Tuhan, berdirilah atau sujudlah. Sampaikan kegundahan hati Anda, ikhlaskan diri Anda untuk segera dinilai, dan Anda akan kaget bahwa Tuhan telah terbiasa memberikan Anda hal-hal yang bahkan tidak Anda minta.”

HUKUM SEBAB-AKIBAT YANG POWERFUL

“Salah satu hukum dalam logika keberhasilan hidup yang sangat powerful, adalah hukum sebab-akibat.
Tuhan, dalam firman-Nya di semua agama, selalu mengulangi, menekankan, pentingnya penyebaban kehidupan yang baik.
Kehidupan yang baik itu sudah ada. Pilihannya, kualitasnya, sudah ada. Nah, kalau kita ikhlas menaruh diri kita dalam jalur proses yang memantaskan kita bagi hadiah-hadiah itu, maka terjadi hukum sebab-akibat.
Kalau kita tahu bahwa keburukan tidak ada yang terlepas dari perhitungan, berarti kita juga harus tahu bahwa tidak ada kebaikan yang terlepas dari perhitungan. Kalau kebaikan sebesar biji sawi saja dihitung, apalagi kalau membahagiakan hati banyak orang? Seperti memuliakan ibunda, mengasihi kakek dan nenek, berbicara anggun dan santun kepada adik-adik. Kenapa kita tidak tergesa-gesa mengumpulkan butir-butir kebaikan setiap hari yang segera dihitung kebaikannya bagi kita? Jangan pernah lupakan bahwa apapun kualitas kehidupan kita sekarang, besar sekali peran kita dalam menyebabkannya.
Jangan pernah ragukan bahwa apapun yang kita upayakan, berdampak pada kualitas kehidupan kita.
Tidak mungkin Anda keluar satu detik dari jalur kebaikan, maka hati Anda akan damai. Semua orang yang hatinya tidak damai, sedang berlaku di luar kebaikan. Itu sebabnya kita disuruh memperhatikan hati, supaya kita tahu bahwa kita harus kembali kepada kebaikan.
Anda tidak damai saat Anda tidak baik kelakuannya, pikirannya atau sikapnya. Dan, Anda dibahagiakan dengan pikiran yang bersih, hati yang bening dan tindakan yang santun.”

HIDUP BAIK = PERHITUNGAN BAIK

“Ada pertanyaan: bagaimana caranya agar kita bisa berbuat baik dengan cepat, sebelum tergilas oleh perhitungan?
Entah mengapa, saya mendapat kesan: bangsa kita ini sangat takut dengan perhitungan. Berarti kesannya, perhitungan itu selalu negatif. Tetapi, saya sedang menunggu-nunggu perhitungan positif.
Ayo, siapa yang bertanya-tanya, ‘Kenapa ada orang yang tidak jujur pangkatnya tinggi, kenapa kita yang jujur belum? Kenapa ada orang malas, suka mengeluh, dilahirkan di keluarga yang kaya, sedangkan kita yang rajin, beribadah, kok dilahirkan di keluarga yang orang tuanya selalu bilang, ‘Hemat-hemat ya.’? Berarti, ada perhitungan yang sedang kita tunggu.
Hiduplah dengan harapan baik. Jangan suka menakuti hal-hal yang buruk. Ikhlaskan diri Anda untuk menjadi pribadi yang, ini tidak mudah: yang bersih pikirannya.
Gunakan pikiran yang bersih seperti saat Anda berdoa. Kemudian, pikiran itu digunakan dalam pergaulan Anda.
Gerakkan hati yang suci sewaktu berdoa, kemudian gunakan hati yang suci itu dalam menyapa sahabat Anda.
Gunakan berdiri yang anggun di depan Tuhan, sebagai cara Anda membahagiakan tamu Anda. Coba. Setelah itu, Anda tahu Anda tidak usah dihitung lagi, karena Anda telah hidup dalam pribadi yang baik.”

JADILAH INDAH SEPERTI BUNGA TERATAI

“Kesimpulannya:
Keberanian adalah ukuran keberserahan kepada Tuhan. Tapi keberanian sering disalahartikan dengan keberanian berlaku fatal, berlaku menyepelekan kehidupan. Padahal, orang berani itu, bukan berarti berani mati.
Keberanian yang sebetulnya adalah keberanian untuk hidup seutuhnya. Bertanggung jawab dalam pernikahan, bertanggung jawab kepada anak-anak yang dilahirkan, bertanggung jawab kepada alam. Jaga itu got, sungai, hutan. Itu yang namanya tanggung jawab.
Jadi kalau begitu, mengapa kita takut sekali tentang hal-hal buruk yang bisa kita hindari lalu menjadi tidak bersemangat, tidak berani untuk mengkhususkan diri menjadi pribadi yang hanya memikirkan yang baik, merasa yang baik, dan melakukan yang baik.
Harus ada masa dimana mudah bagi kita untuk berlaku baik, apapun yang terjadi di lingkungan kita.
Jadilah bunga teratai. Seperti apapun kotornya air, bunganya tetap indah. Maka putuskanlah untuk menjadi pribadi yang seindah-indahnya bagi pembahagiaan kehidupan. Lalu, perhatikan apa yang terjadi. (*)


*Mario Teguh Golden Ways disusun oleh Boy Mahar Indarto dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1050 (8 Februari – 15 Februari 2010)

25. Dipimpin oleh Risiko



“Banyak di antara kita, membangun kehidupan yang besar, yang sangat berisiko. Sebagian lagi dari kita, sedang menunggu kesempatan untuk bekerja dan berusaha yang tidak ada risikonya.
Salah satu pertanyaan lucu yang saya terima dari orang adalah: ‘Pak Mario, apakah ada bisnis yang tidak ada risikonya?’
Banyak sekali orang yang baru mau berbisnis kalau tidak ada risikonya. Nah, kita akan bahas bahwa risiko, adalah ukuran dampak dari kesalahan, yang justru seharusnya, menjadikan kita hebat.”

SALAH VS. DOSA

Ada dua orang. Yang satu, membiarkan pembayangannya tentang risiko, membatasi yang dilakukannya. Tetapi, ada satu yang membayangkan, risiko yang justru membuatnya harus lebih hebat. Kesimpulannya dua: orang yang takut risiko akan mengkerdilkan upayanya, dan orang yang menghormati risiko, akan menghebatkan dirinya.
Bagaimana cara latihan terbaik untuk menghormati risiko dan menghebatkan diri? Yuk, kita bedakan antara kesalahan dan dosa.
Kesalahan itu, wajar bagi siapapun yang belum tahu, yang belum bisa. Tetapi dosa, justru dilakukan oleh orang-orang yang sangat terdidik, yang pangkatnya tinggi, dan ahli mengumpulkan uang. Berarti, yang sulit membangun kehidupan baik, yang tidak begitu pandai cari uang, yang tidak begitu tinggi pangkatnya, justru yang takut salah. Sedangkan yang pangkatnya sudah tinggi, gampang cari uang, koneksinya baik, justru tidak takut buat dosa. So, harus ada masa dimana kita perlu berlatih membangun kehidupan yang baik, yang tidak takut salah.
Orang-orang yang gampang ditipu uangnya, justru orang yang sulit cari uang. Orang-orang yang ahli cari uang, tidak bisa tertipu, karena mereka ngakali orang untuk cari uang. Iya toh?
So, kalau begitu, bedakan dulu yang tidak boleh kita lakukan adalah dosa. Karena dosa adalah pengumuman langsung kepada Tuhan: ‘Tuhan, aku tahu peraturan-Mu, tapi aku langgar.’ Sedangkan kesalahan adalah: ‘Tuhan, aku tahu hakku untuk berhasil. Hanya sekarang, aku belum betul-betul ikhlas mempercayai-Mu, sehingga aku tidak begitu percaya kalau orang berlaku benar, akan dikenali dengan baik.”

MENGENALI ORANG MELALUI DIRI SENDIRI

“Berkaitan dengan risiko, setiap hari kita menjalani hidup, kita bertemu dengan begitu banyak orang. Lalu, kita mengambil risiko untuk memilih jenis hubungan seperti apa dengan orang tersebut. Entah itu di bisnis, dalam pernikahan, apapun. Lalu, bagaimana caranya kita bisa mengenali sekeliling kita agar management risk kita lebih baik? Caranya, adalah kita baca.
Perintah untuk membaca, itu juga (termasuk) membaca kehidupan. Dan contoh terbaik dari perilaku kehidupan dalam kehidupan, adalah pada wajah orang.
Wajah kita, cara kita berdiri, warna pakaian kita, bagaimana cara kita mengenakan pakaian itu, diperhatikan orang.
Banyak orang bertanya, ‘Kenapa sih orang kok tidak menghormati saya? Apa yang salah di saya?’
Mungkin, tidak sadar, dia sering pakai celana terbalik, misalnya saja seperti itu, contoh ekstrimnya. Nah, berarti, ada yang kita beritahukan kepada orang lain dengan cara kita tampil. Dan, banyak orang menjadi korban dari salah pendapat.
Setiap orang, mewakili sikap-sikap kita juga. Maka, mudah bagi kita mengenali orang kalau kita mau melihat sebagian diri kita ada pada orang lain.”

HIDUP ITU UNTUK MENCAPAI HAK YANG BAIK

“Ada satu pertanyaan yang terdengar simpel, tapi mungkin, ada banyak teman-teman di luar yang bisa terwakili: apakah risiko itu bisa menjadi candu? Dan, apakah itu baik atau buruk?
Ada orang-orang yang memang menyukai risiko. Jadi, dia bergelantungan di bukit tanpa tali, mendaki tanpa tali. Mereka, memang menyukai elemen risiko.
Tetapi, ada orang yang bilang, ‘Lebih baik di rumah nonton tv, makan kentang goreng.’, sambil kadang-kadang teriak, ‘Aaa...’, karena anaknya yang kecil tidak mau makan. Nah, yang mau saya tanyakan: apa yang akan Anda lakukan jika Anda lebih berani?
Kalau Anda lebih berani, Anda tidak mungkin melakukan yang Anda lakukan sekarang.
Anda tidak akan menerima pangkat hanya itu. Anda tidak menerima gaji hanya itu. Anda tidak menerima perlakuan seperti itu. Karena, Anda akan mencoba hal-hal yang lebih besar. Jadi pertanyaannya adalah: apakah kita tertarik kepada keberhasilan?
Masa untuk hidup baik kita harus ditakut-takuti dengan kurang uang? Dihina oleh atasan tidak jujur yang semena-mena? Coba, kalau kita berpikiran baik, kehidupan ini adalah untuk mencapai hak-hak yang baik. Maka, ikhlaslah berlaku baik. Jangan biarkan penciptaan Anda direndahkan oleh orang lain. Kita berhak bagi kemuliaan. Maka jangan lagi takut risiko, lebih tertariklah kepada janji keberhasilan.
Kalau ada yang bertanya, ‘Risiko itu bisa tidak sih dihindari, sehingga tidak ada sama sekali?’ Jawabannya: tidak bisa.
Sebetulnya, kalau kita mau melihat kehidupan ini lebih spiritual, yang namanya risiko, diberikan kepada orang yang harus memperbaiki diri. So, kalau kita tahu bahwa ada risiko dan risiko hanya datang kepada yang harus memperbaiki diri, jangan sampai kita pantas diberikan masalah. Banyak orang yang perilakunya mengundang masalah bagi dirinya.”

TUHAN ADA UNTUK KEMULIAAN

“Ini kesimpulannya:
Bagaimana kalau kita tidak meng-..., tidak melingkarkan kehidupan kita di seputar rasa takut kita? Bagaimana kalau kita sekarang, membangun kehidupan di seputar keberanian kita? Keberanian untuk berdagang, keberanian untuk melayani dengan santun, keberanian untuk membayar utang kita, untuk menerima yang pantas. Bagaimana kalau kita berfokus pada keberanian kita, dan menyerahkan yang kita takuti kepada yang Maha melindungi kita?
Tuhan itu ada untuk satu tujuan, dan tujuannya adalah kemuliaan.
Berfokuslah pada yang Anda berani lakukan. Serahkan kepada Tuhan hal-hal yang berada di luar kendali Anda. Jadikanlah Anda pribadi yang lebih mudah disukai orang lain, lalu perhatikan apa yang terjadi.” (*)

boks-boks:

“Banyak sekali kita mengatakan, ‘Selama bukan aku yang salah, biarlah, itu bukan urusan kita.’ Tetapi perhatikan: Tuhan akan menaruh hati-hati yang kuat untuk membela saudara yang sungainya dicemari untuk alasan ekonomi, yang tanahnya diakali untuk kepentingan pembangunan yang lebih besar, yang haknya untuk (mendapatkan fasilitas) telepon, listrik, belum sepenuhnya dipenuhi. Akan ada orang-orang yang dibuat Tuhan untuk membela. So, mari kita upayakan Indonesia hidup dalam keadilan yang menyejahterakan kita semua.”

“Biasanya, orang yang agak takut untuk meminta, sering ditolak. Itu sebabnya kalau Anda melihat orang yang sulit meminta, kita harus lebih berkasih sayang kepadanya. Karena mungkin, di lingkungannya dia tidak begitu didengarkan, atau sering ditolak.”

“Meskipun umur saya 53 tahun, tetapi untuk (masalah) cita-cita, saya sangat gundah. Saya sangat tidak tahu apa yang saya lakukan. Tetapi, saya akan melibatkan diri dalam pergaulan yang baik, supaya ketularan pengetahuan.”

“Setiap orang mewakili sikap-sikap kita juga. Maka, mudah bagi kita mengenali orang kalau kita mau melihat sebagian dari diri kita, ada pada orang lain.”


*Disusun oleh Boy Mahar Indarto dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1049 (1 Februari – 8 Februari 2010)