Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, May 26, 2010

26. Berani Dihitung Cepat



“Banyak orang sekarang ini, sedang tidak sadar bahwa dia berada dalam masa perhitungan.
Ya. Banyak orang ingin segera dihitung kebaikannya dengan hadiah-hadiah berupa kesejahteraan dan kebahagiaan, tetapi tidak bersedia dihitung keburukannya. Padahal, hari perhitungan tidak usah ditunggu lagi, karena sudah terjadi.
Kualitas hidup kita, adalah bukti bahwa kita telah dihitung. Dan bukti bahwa hari perhitungan juga telah terjadi di depan mata, televisi getol sekali mengabarkan proses-proses pembuktian orang bersalah dan proses-proses pembuktian orang tidak bersalah.”

JANGAN MAU DIHITUNG SAAT SUDAH TUA

“Yang tidak baik, adalah dihitung saat sudah tua. Perhitungan dilakukan bukan pada usia dimana mental kita masih kuat, badan masih kuat.
Bayangkan:
Orang-orang yang seharusnya beristirahat, main-main dengan cucunya, sekarang harus membuktikan bahwa dia orang baik, diminta membuktikan bahwa dia jujur. Bukankah itu tanda bahwa sebagian kita dihitung terlambat sekali? Jadi anjurannya, agar kita semuda mungkin, menjadi tegas dalam berhitung.
Beranilah untuk segera dihitung atas keburukan kita, dan beranilah untuk segera dihitung kebaikannya saat kita baik. Sehingga, kita tidak harus menggunakan masa tua kita sebagai masa untuk bertanggung jawab atas keburukan yang kita lakukan di masa lalu.
Nah, bagi pihak-pihak yang sekarang sedang dihitung, jangan kecil hati, jangan marah dengan keputusan yang dibuat oleh publik.
Publik telah memutuskan dengan anarkisnya, dengan kasarnya, kerasnya, bahkan kejamnya, ..., publik telah mem-profile final. Tetapi, tugas kita bukan untuk bereaksi tidak anggun.
Lihat saja: kalau berlaku agresif, malah jadi tertuduh. Kalau berlaku anggun, tidak dituduh, dan kalau terlihat seperti korban, malah dimaafkan. Jadi kalau begitu, apapun yang dilakukan oleh publik dalam ‘menghakimi’, dalam mem-profile pejabat, itu masukan bagi para pejabat bahwa itu adalah perhitungan. Bukan fakta dia salah atau tidak, tapi perintah untuk memperbaiki pendekatan.”

BUKAN TUHAN, KITA YANG MENYIKSA DIRI SENDIRI

“Apakah kita menyadari bahwa masalah kita sekarang, berasal dari hal-hal kecil yang tadinya belum menjadi masalah, tetapi yang kita tunda penyelesaiannya. Dari soal kesehatan, kebersihan, kesantunan, kejujuran, sebelum menjadi masalah, kita tidak berlaku baik, lalu kita tidak siap menerima perhitungan dari kesalahan kita.
Nah, sekarang, sewaktu masih muda, apakah logis kita menunggu setelah umur 60an, setelah obat harus banyak diminum, istirahat, harus membuktikan bahwa kita orang baik? Mengapa tidak segerakan, ikhlaskan.
Ini sifat Tuhan: Tuhan itu, dari semua sifatnya, yang paling hebat adalah maha pengasih.
Sesalah-salahnya orang yang ikhlas melaporkan dirinya kepada Tuhan, ‘Tuhan, aku tidak suci lagi, izinkan aku mendekat, melaporkan semua dosaku, hitunglah aku.’
Apakah Anda lantas akan dihitung sekejam yang Anda duga?
Berprasangka baiklah kepada Tuhan.
Kalau Anda berprasangka buruk kepada Tuhan, Anda berlaku seperti Tuhan buruk, menyiksa Anda. Kenyataannya, Anda sendirilah yang menyiksa.
So, datanglah kepada Tuhan, berdirilah atau sujudlah. Sampaikan kegundahan hati Anda, ikhlaskan diri Anda untuk segera dinilai, dan Anda akan kaget bahwa Tuhan telah terbiasa memberikan Anda hal-hal yang bahkan tidak Anda minta.”

HUKUM SEBAB-AKIBAT YANG POWERFUL

“Salah satu hukum dalam logika keberhasilan hidup yang sangat powerful, adalah hukum sebab-akibat.
Tuhan, dalam firman-Nya di semua agama, selalu mengulangi, menekankan, pentingnya penyebaban kehidupan yang baik.
Kehidupan yang baik itu sudah ada. Pilihannya, kualitasnya, sudah ada. Nah, kalau kita ikhlas menaruh diri kita dalam jalur proses yang memantaskan kita bagi hadiah-hadiah itu, maka terjadi hukum sebab-akibat.
Kalau kita tahu bahwa keburukan tidak ada yang terlepas dari perhitungan, berarti kita juga harus tahu bahwa tidak ada kebaikan yang terlepas dari perhitungan. Kalau kebaikan sebesar biji sawi saja dihitung, apalagi kalau membahagiakan hati banyak orang? Seperti memuliakan ibunda, mengasihi kakek dan nenek, berbicara anggun dan santun kepada adik-adik. Kenapa kita tidak tergesa-gesa mengumpulkan butir-butir kebaikan setiap hari yang segera dihitung kebaikannya bagi kita? Jangan pernah lupakan bahwa apapun kualitas kehidupan kita sekarang, besar sekali peran kita dalam menyebabkannya.
Jangan pernah ragukan bahwa apapun yang kita upayakan, berdampak pada kualitas kehidupan kita.
Tidak mungkin Anda keluar satu detik dari jalur kebaikan, maka hati Anda akan damai. Semua orang yang hatinya tidak damai, sedang berlaku di luar kebaikan. Itu sebabnya kita disuruh memperhatikan hati, supaya kita tahu bahwa kita harus kembali kepada kebaikan.
Anda tidak damai saat Anda tidak baik kelakuannya, pikirannya atau sikapnya. Dan, Anda dibahagiakan dengan pikiran yang bersih, hati yang bening dan tindakan yang santun.”

HIDUP BAIK = PERHITUNGAN BAIK

“Ada pertanyaan: bagaimana caranya agar kita bisa berbuat baik dengan cepat, sebelum tergilas oleh perhitungan?
Entah mengapa, saya mendapat kesan: bangsa kita ini sangat takut dengan perhitungan. Berarti kesannya, perhitungan itu selalu negatif. Tetapi, saya sedang menunggu-nunggu perhitungan positif.
Ayo, siapa yang bertanya-tanya, ‘Kenapa ada orang yang tidak jujur pangkatnya tinggi, kenapa kita yang jujur belum? Kenapa ada orang malas, suka mengeluh, dilahirkan di keluarga yang kaya, sedangkan kita yang rajin, beribadah, kok dilahirkan di keluarga yang orang tuanya selalu bilang, ‘Hemat-hemat ya.’? Berarti, ada perhitungan yang sedang kita tunggu.
Hiduplah dengan harapan baik. Jangan suka menakuti hal-hal yang buruk. Ikhlaskan diri Anda untuk menjadi pribadi yang, ini tidak mudah: yang bersih pikirannya.
Gunakan pikiran yang bersih seperti saat Anda berdoa. Kemudian, pikiran itu digunakan dalam pergaulan Anda.
Gerakkan hati yang suci sewaktu berdoa, kemudian gunakan hati yang suci itu dalam menyapa sahabat Anda.
Gunakan berdiri yang anggun di depan Tuhan, sebagai cara Anda membahagiakan tamu Anda. Coba. Setelah itu, Anda tahu Anda tidak usah dihitung lagi, karena Anda telah hidup dalam pribadi yang baik.”

JADILAH INDAH SEPERTI BUNGA TERATAI

“Kesimpulannya:
Keberanian adalah ukuran keberserahan kepada Tuhan. Tapi keberanian sering disalahartikan dengan keberanian berlaku fatal, berlaku menyepelekan kehidupan. Padahal, orang berani itu, bukan berarti berani mati.
Keberanian yang sebetulnya adalah keberanian untuk hidup seutuhnya. Bertanggung jawab dalam pernikahan, bertanggung jawab kepada anak-anak yang dilahirkan, bertanggung jawab kepada alam. Jaga itu got, sungai, hutan. Itu yang namanya tanggung jawab.
Jadi kalau begitu, mengapa kita takut sekali tentang hal-hal buruk yang bisa kita hindari lalu menjadi tidak bersemangat, tidak berani untuk mengkhususkan diri menjadi pribadi yang hanya memikirkan yang baik, merasa yang baik, dan melakukan yang baik.
Harus ada masa dimana mudah bagi kita untuk berlaku baik, apapun yang terjadi di lingkungan kita.
Jadilah bunga teratai. Seperti apapun kotornya air, bunganya tetap indah. Maka putuskanlah untuk menjadi pribadi yang seindah-indahnya bagi pembahagiaan kehidupan. Lalu, perhatikan apa yang terjadi. (*)


*Mario Teguh Golden Ways disusun oleh Boy Mahar Indarto dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1050 (8 Februari – 15 Februari 2010)

No comments: