Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, May 26, 2010

27. Penjara Identitas



Dalam lingkungan sekitar kita, kadang ada orang yang ingin hidup lebih baik melewati jalan-jalan keemasan, tetapi tidak lepas dari kenyataan sekeliling kita ada keapatisan, kegagalan, keterbatasan, ada orang-orang yang merasa terpenjara oleh identitas-identitas mereka.


TUMBUH SESUAI RENCANA TUHAN

Apakah Anda pernah merasa letih dengan tidak selesainya proses kita menjadi orang yang mapan, yang bijak yang pandai yang selalu tepat? Pernahkah merasakan itu? Iya. Dan kira-kira kapan itu berakhir? Tidak akan pernah. Selama kita ingin mencapai proses kedewasaan dan pendewasaan yang super, kita selalu akan merasa tidak puas dengan bagaimana hasil pengembangan pribadi. Tetapi yang lebih parah adalah orang-orang yang terkungkung oleh konsep dirinya.
Ada anak yang selama tumbuh direndah-rendahkan oleh orang tuanya. Kalau tidak bisa, dikatakan bodoh, tolol. Itu semua menjadi konsep tentang diri dan kadang-kadang mengungkung orang, memenjara orang sehingga tidak bebas menjadi pribadi yang tumbuh sebagaimana direncanakan Tuhan. Ada cara-cara untuk mengenali kita sedang terpenjara, dan cara-cara untuk keluar dari sana untuk mencapai tempat-tempat yang mulia dalam kehidupan kita sebagaimana telah direncanakan dalam kelahiran kita.

KONSEP DIRI ORANG BESAR
Ada orang-orang aliran kebatinan yang disebut terangisme. Jadi, kalau melihat orang lebih berhasil dari dirinya, dia katakan ‘terang saja’. Pangkatnya lebih tinggi, ‘terang saja’. Ada saja yang dikatakan tentang orang lain sebagai keberuntungan. Orang-orang yang melihat orang lain sebagai orang yang beruntung, selalu orang yang melihat dirinya sial. Perhatikan itu. Salah satu tanda bahwa kita terpenjara dalam konsep diri yang tidak baik adalah merasa sedih tidak berguna karena membandingkan kelemahan kita dengan kelebihan orang lain.
Setiap kali Anda merasa rendah, waktu Anda membanding-bandingkan diri , periksa pasti yang Anda bandingkan adalah kekurangan kita, daripada kelebihan kita. Apakah sebaiknya kita bandingkan kelebihan kita atas kekurangan orang lain? Tidak, karena itu sombong dan mensyukuri kurangnya orang. Dan, hanya orang kecil yang perlu mengecilkan orang lain supaya merasa besar. Dalam konteks identitas, karena Anda besar, hanya orang kecil yang sakit dipukul orang kecil. Biarkan mereka melukai Anda, maafkan, lalu katakan dalam hati tanpa kesombongan, ‘Aku orang besar yang dalam masa pembentukan, dan mereka belum menghormatiku, karena aku belum cukup melakukan sesuatu yang membuat mereka menghormatiku.’

DIRI BERKUALITAS EMAS
Sadari bahwa emas yang salah taruh akan dikira kuningan. Diri berkualitas emas yang bergaul di lingkungan yang tidak baik akan diperlakukan tidak baik. Diri yang bernilai tinggi yang mengizinkan bibirnya dilalui kata-kata tidak sopan, merendahkan wanita, agama lain, suku dan ras lain. Kok, bisa membiarkan pribadi dilalui kata tidak baik. Jadi, karena tidak memperlakukan seperti perhiasan, kita diperlakukan seperti tidak bernilai. Sebagai emas, berlakulah sebagaimana emas.
Kita tidak boleh mempertaruhkan masa depan dengan melihat penampilannya, bisakan melihat dari upayanya. Sebagai pribadi yang baik, Anda harus berpihak pada yang dikatakan hati Anda. Mana pribadi yang menurut Anda paling nyaman di hati. Hanya, tidak semua yang baik sesuai bagi yang lainnya. Orang memiliki kekuatan-kekuatan. Kelemahan itu tidak ada pada seseorang, karena kita menghormatinya. Karena, kelemahan adalah kekuatan yang belum ditemukan kegunaannya. Karena itu, berkasihsayanglah.


BERPIHAK PADA YANG BENAR

Apakah alasan yang kedengarannya benar itu memberikan izin kita melakukan sesuatu yang tidak baik? Tidak ada alasan, apapun dan bagaimanapun kedengarannya baik, mendengarkan sesuatu yang salah. Jadi, yang paling betul adalah berpihak pada yang benar.
Setiap kali kita dihadapkan pada pilihan menyelamatkan tetapi dengan cara yang salah, selalu tanya apa yang membuat Tuhan tersenyum. Kalau Anda lakukan yang membuat Tuhan tersenyum, itu telah terbukti memang benar. Bukankah orang-orang kecil yang akhirnya naik adalah mereka yang menggunakan cara-cara yang baik?


HATI-HATI DENGAN KONSEP “MENJADI DIRI SENDIRI”
Kita harus hati-hati mengenai konsep “menjadi diri sendiri”. Kalau menjadi diri sendiri, diri yang malas, penunda, itu bahaya sekali jadi diri sendiri. Jadi, katakan “menjadi diri sendiri yang merajinkan diri”, karena semua itu tidak ada yang alamiah. Jadikan diri yang mentuluskan diri, mensungguh-sungguhkan diri. Itu sebabnya yang hebat di antara kita selalu yang lebih tegas memutuskan.


“Kalau kita mengeluhkan tingkat diri, berlakulah seperti yang berarti meniru. Bagi sahabat muda yang selama ini direndahkan orang lain karena meniru, saya Mario Teguh adalah peniru. Seluruh proses belajar saya adalah meniru. Saya meniru luas, dalam, detil. Sungguh-sungguh dalam meniru untuk kemudian menjadi sulit ditiru. Pada saat sulit ditiru, Anda menjadi original, walau Anda mencapainya melalui peniruan.”

“Mulai dari sekarang, anjurannya kepada kita adalah menirulah orang-orang yang baik. Pilihlah pribadi terkemuka dalam industri atau karier Anda. Tirulah dia. Tirulah untuk menyamainya, untuk melebihkannya. Selalu lihat diri Anda menjadi pribadi lebih karena Anda akan bisa mencapai lebih dengan menjadi lebih. Selalu upayakan untuk menjadi lebih lalu perhatikan apa yang terjadi.”



*Mario Teguh Golden Ways, disusun oleh Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1051 (15 Februari – 22 Februari 2010)

No comments: