Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, July 27, 2011

101. An Officer An Gentleman

Jadilah pribadi yang utuh, setia pada kebenaran serta tegas. Karena keberanian itu adalah sebuah kualitas, membuat gagasan kecil menjadi gunung berkah sumber rejeki.

Itulah cermin seorang perwira berjiwa kesatria. Tidak melihat kekurangan sebagai penghambat untuk membaikkan kehidupannya. Tetapi, bertanggungjawab memaksimalkan kelebihannya untuk menjadikan mereka yang dipimpinnya semakin baik dan berkualitas.

Maka mulailah menata diri serta berusaha yang terbaik dalam langkah. Dengan demikian akan memperoleh hasil yang juga baik.

Namun dari semua itu, tidak kalah penting untuk mengutamakan keluarga sebagai kekuataan utama pembangun pondasi. Karena seorang perwira yang hebat, memuliakan istri yang dicintainya, juga menegakkan harkat wanita lain yang membesarkannya. Seperti, ibu, nenek, dan saudara perempuannya. Dengan keikhlasan itu, bantuan Tuhan tetap terjaga.

Dituntut Keberanian
Seorang kesatria dikenal karena ketegasan dan keberaniannya. Selain itu, dituntut harus jujur dan bertanggungjawab. Perwira yang memiliki jiwa satria, berani mengambil sikap. Ia berani bertanggungjawab pada setiap keputusan yang diambilnya.

Prinsip ini menjadi ciri an officer. Beda dengan an gentleman. Yakni, bukan dilihat dari keberanian pada gentleman seorang lelaki, namun lebih pada 3 aspek yang memberikannya sikap gentleman. Tiga aspek itu, yakni penuh hormat pada dirinya, penyayang dan setia. Ciri itu harus dimiliki jika ingin menjadi seorang gentleman. Ia penuh hormat, memiliki jiwa besar untuk selalu membesarkan orang kecil.

Karena atasan yang selalu marah, adalah pribadi yang disandera oleh anak buahnya sendiri. Sedangkan atasan penyayang, mampu tegas dalam ketidakraguan. Sementara setia, adalah bentuk kesetiaan pada istri bukan setia pada janjinya.

Itulah mengapa membuat wanita memiliki alasan mau dinikahi. Ia ingin suami yang baik menjadi perwira dalam keluarganya.

Tema kali ini memang lebih dikhususkan membicarakan tentang pria. Karena sukses tidaknya seorang pria dapat dilihat dari pribadinya yang menghebatkan wanita. Pribadi yang tidak mensepelekan istri atau ibunya.

Namun, ada juga wanita hebat yang mengganti perannya sebagai seorang pria. Seperti yang dilakukan oleh Kartini atau Srikandi lainnya. Dan hal itu tidak dimaksudkan untuk mengganti tugas dari sosok lelaki yang diberi mandat oleh Tuhan Dalam hal ini, lelaki diberi kewenangan menjadi seorang perwira.

Pertahankan Kejujuran
Setiap orang mempunyai kekuatan. Pastikan anak-anak lelaki kita tumbuh baik. Sehingga ia mampu menampilkan dirinya dengan tugas sebagai perwira. Dan seorang perwira itu bukan dilihat dari jabatan, atau rendah tinggi pangkatnya. Melainkan dilihat dari kemampuannya tampil untuk kebaikan. Itulah kebaikan, yang tidak menua sepanjang jaman. Dan kebaikan itu adalah pemberian Tuhan, sehingga tidak ada alasan apapun dari manusia untuk tidak menjaga kebaikannya.

Hidup tenang itu bukan milik orang kecil. Menjadi orang besar pun bisa tenang, asal tetap mempertahankan kejujuran. Sejak muda, biasakan anak-anak kita atau mereka yang masih muda untuk selalu jujur. Kejujuran itu merupakan kunci menuju keberhasilan. Mereka yang tidak jujur, dipastikan hidupnya akan tercemar.

Jangan tidak jujur, atau bergaul dengan orang yang tidak jujur. Karena nanti kita akan dituntut oleh lingkungan yang membentuk kepridian kita menjadi tidak baik. Tegaslah pada kejujuran. Karena ketidakjujuran itu menghilangkan ketegasan. Dan Tuhan senang pada orang yang jujur.

Diibaratkan lilin, jadilah sebagai lilin yang menghidupkan kebaikan. Walau hanya hidup satu lilin saja, namun sinar kebaikannya menerangi kebaikan sesamanya. Jangan menghidupkan semua lilin, jika matinya serempak. Lebih baik hanya dengan nyala satu lilin, jika dengan satu lilin itu, terang kebaikannya mampu menyinari hati orang lain.

Syarat menjadi berhasil itu sangat mudah. Bahkan, bisa dilakukan dengan sangat cepat. Yakni, cukup meniru guru yang mengajarkannya. Sebab, untuk menjadi hebat, syaratnya minimal sama dengan gurunya dan bila mungkin mampu melampauinya.

Setelah itu, tambahkan dengan kualitas. Agar nantinya mempunyai nilai lebih dibanding gurunya. Maka itu, jangan kritik guru yang mengajarkan. Tapi ikhlaslah menerima pelajaran yang diberikannya. Agar nantinya mampu melebihi kemampuan yang ada.

Begitupun, seorang ksatria mengijinkan orang lain menang. Dirinya itulah yang disebut pemenang. Itulah hebatnya seorang ksatria, mampu melihat sesuatu yang membuat dirinya akhirnya tetap menang.

Karena kesatria itu tidak ingin berdebat dalam ketidakpastian. Dirinya lebih mengalah pada orang yang tadinya tidak bisa diajarkan. Justru dengan cara itu, kekuatan musuhnya menjadi lemah sendiri.

Tumbuh Dihargai
Tidak boleh seorang perwira bertindak otoriter. Karena mereka yang memiliki gaya otoriter, adalah cara tindakan yang tidak mau dibantah. Hanya semata menjaga sesaat kepentingannya. Seorang pemimpin yang otoriter, hanya dihargai pada sikapnya itu. Namun tidak memiliki pribadi yang ditiru oleh anak buahnya. Kepemimpinannya itu, tidak membuat orang lain tumbuh dan tidak dihargai. Bawahan yang memiliki atasan seperti itu, lebih baik pindah tempat. Karena kepemimpinannya tidak membuat dan membaikkan masa depan.

Apalagi bekerja bukan semata hanya mencari uang. Namun, memberi kebebasan untuk tumbuh dan menjadi manusia yang dihargai oleh sesamanya. Untuk itu, tetaplah setia pada janji yang telah Anda ucapkan. Baik pada perusahaan maupun pada pasangan. Sebab orang yang setia, selalu diperebutkan oleh banyak orang. Itulah keistimewaan kesetiaan, mampu memberi peluang dimuliakan oleh Tuhan.

Hidup pun menjadi damai dan mulia. Sebab penghormatan yang diberikan itu, wujud dari keihklasan dari upaya sebuah kebaikan yang menjadi dasar kepemimpinan, untuk tumbuh bersama-sama menjadi pribadi utuh yang setia pada kebenaran dan tegas menerima tanggungjawab.

Semoga kita menjadi pribadi yang mencerahkan sesama.

SEORANG KSATRIA BERTANGGUNBGJAWAB BAGI KEBAIKAN YANG DIPIMPINNYA.

KETEGASAN TIDAK BERHENTI PADA KATA-KATA TAPI MEWUJUDKAN DALAM TINDAKAN.

SEORANG PERWIRA DINILAI DARI PENGHORMATANNYA PADA WANITA



(Mario Teguh Golden Ways dalam Tabloid Wanita Indonesia Edisi 1126 - Juli 2011)