Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Monday, November 23, 2009

16. Jalan Menuju Kebesaran Pribadi



Yang jalannya lurus akan cepat sampai.

***

Banyak orang memimpikan menjadi bintang, tetapi tidak setiap orang berkesungguhan besar menjadi bintang. Yang menjadi alasan bagi sebagian besar masalah dalam kehidupan kita adalah besarnya rentang antara yang kita lakukan dengan yang betul-betul bisa kita lakukan. Kalau pekerjaan Anda hanya menggunakan lima persen dari kemampuan Anda, lalu mensyaratkan kalau nanti digaji lebih, kalau sudah bekerja di perusahaan yang baik, ada yang menghimpun tenaga kalau atasannya lebih baik. Mengapa kita menggunakan standar yang rendah bagi pertumbuhan pribadi kita? Kekuatan yang menjadi bukti sangat baik, yaitu disiplin. Disiplin adalah jalan menuju kebesaran pribadi seseorang. Yang malas, tetapi sudah disiplin untuk bekerja akan rawe-rawe rantas malang-malang putung bekerja, karena orang-orang hebat adalah orang-orang yang menjaga sebaik-baiknya sikap dalam seburuk-buruknya keadaan.

***

(Contoh) bukti adanya sebuah kepemimpinan yang baik adalah sungai yang bersih. Tidak mungkin seorang pemimpin yang kuat dan berkuasa, yang menginginkan tanda kesurgaan di dunia ini membiarkan sungai kotor. Surga itu dipimpin langsung oleh Tuhan, itu sebabnya sungai mengalir indah di bawahNya. Maka, bukti kepemimpinan baik itu sungai bersih, karena sungai itu separuh dari tanah air. Apa mungkin sungai bersih kalau tanahnya kita izinkan kotor, atau sebaliknya? Maka, jadilah pemimpin yang memelihara alam.

***

(Dalam episode ini hadir bintang tamu: Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi).

***

Disiplin dalam kehidupan yang nyata itu yang membuat kita naik ke tempat yang nyata, bukan angan-angan mencapai kualitas impian yang selama ini kita rindukan.

***

Mahfud MD (MD): Orang mungkin menganggap saya sukses, tapi saya merasa inilah capaian yang memang seharusnya yang saya kira saya capai, karena saya sejak kecil terbiasa hidup secara terarah. Bahwa kalau saya ingin itu, caranya harus begini, tidak boleh melenceng. Disiplin itu bukan hanya dalam arti waktu, jam sekian harus begini atau menepati janji, iya itu sebagian. Disiplin itu juga, yang kita pikirkan untuk kita capai, selalu ada orientasi untuk langkah kita. Itu sebabnya saya tidak mau tersandera oleh sesuatu yang akan menyebabkan saya keluar dari yang ingin saya capai itu. Misalnya saya katakan, menjadi hakim itu menegakkan kebenaran dan keadilan, kalau misalnya saya terlanjur menjanjikan sesuatu ke seseorang bahwa, 'Anda akan saya putus begini', itu saya menjadi tersandera. Atau menerima sesuatu yang tidak sah, lalu ada tekanan, 'Anda harus memutus dengan cara begini', itu sebabnya saya selalu menjaga diri dari penyanderaan-penyanderaan itu.

***

Sangat sederhana apa yang dikatakan Bapak Mahfud, tetapi kekuatannya tidak sederhana. Karena pertama, yang jalannya lurus akan cepat sampai. Nurani berbunyi kalau tidak lurus. Berikutnya adalah "if you want to be king, think of nothing else", kalau mau menjadi raja, jangan pikirkan yang lain. Seperti yang beliau (MD) sampaikan, yang kita inginkan, pikirkan, itu kunci menuju kebesaran pribadi.

***

MD: Saya selalu berusaha untuk berbuat lurus, kemudian memberikan ide-ide kepada lingkungan, lingkungan kerja dan sebagainya, dan kita konsekuen dengan gagasan-gagasan itu. Jadi, tidak bisa misalnya mengatakan sesuatu tetapi tidak melakukan hal itu, padahal kita bisa melakukannya. Dalam agama itu juga dilarang, 'Dosa besar bagimu menyuruh orang melakukan sesuatu, padahal kamu sendiri tidak melakukannya'. Itu menimbulkan kepercayaan kepada orang, sehingga apa yang kita katakan menjadi berpengaruh, kadang orang mau melakukan sesuatu itu betul atau tidak betul, menunggu pendapat kita, karena ia percaya, itu kalau kita konsekuen untuk setiap langkah kita.

***

Mahfud MD yang muda itu mengangkat beberapa orang untuk naik dalam lingkungan kecil, sampai dia dipercayakan untuk memimpin, kemudian ia memperbesar wilayah pelayanan sehingga beliau dipercaya untuk memimpin yang lebih besar.

***

MD: Saya selalu menghadapi segala sesuatu dengan tenang, dicerna dulu baru disikapi. Ada kalanya situasi tertentu, kita menyikapinya dengan keras dan cepat, ada kalanya harus menyikapinya dengan tenang dan santai, ada kalanya biarkan saja.

***

Dalam bahasa tukang kayu, tukang yang hanya mempunyai palu, akan memperlakukan segala sesuatu seperti paku. Pemarah akan marah mengahadapi segala sesuatu. Pak Mahfud tidak menggunakan satu alat untuk menghadapi segala sesuatu.

***

MD: Kalau keadaan lagi tidak bagus, situasi masyarakat sedang tidak bagus, kita tampil dengan solusi dengan penuh integritas penuh ketulusan, dengan sendirinya kita akan menjadi bintang, meski saya tidak merasa menjadi bintang.

***

Bangsa yang dibentuk dari pribadi-pribadi mulai akan menjadi bangsa yang mulia. Satu-satunya pengembangan karakter pribadi adalah disiplin, siapapun yang mau mencapai kebesaran pribadi harus segera mendisiplinkan dirinya.

***

(Hubungan iman dengan harga diri dalam menjadi bintang). Kalau kita itu kekasih Tuhan, apa yang tidak akan Beliau lakukan kepada kita sebagai kekasih. Jadi, kalau mau menjadi pribadi yang harganya tinggi, pandangannya dihormati orang, kata-katanya didengarkan, perilakunya diteladani, harus menjadi pribadi yang sedekat mungkin dengan kepemimpinan yang diizinkan Tuhan. Mengenai keadaan sekarang, yang harus dibedakan itu ada dua hal, yang senang melihat pemimpin jatuh itu politisi, negarawan ingin menyelamatkan negara. Jangan korbankan kemuliaan negara karena ingin berkuasa atau paling tidak melihat orang lain tidak berkuasa, hentikan proses mencari siapa yang salah, berfokuslah pada apa yang bisa kita lakukan agar keadaan menjadi lebih baik.

***

MD: Ada yang mengatakan bahwa budaya kita itu budaya korup, itu sesuatu yang saya tidak percaya, karena kalau kita percaya budaya kita korup, kita tidak bisa perbaiki kecuali harus menunggu ratusan tahun barangkali, karena budaya akan terjadi terus-menerus. Ternyata dari hasil penelitian yang saya lakukan maupun orang lain lakukan, Indonesia tidak punya budaya korup. Korupsi itu karena serakah, bukan karena miskin. Ini bisa kita selesaikan kalau kita punya kepemimpinan yang tegas dan punya integritas bersih, sehingga ia tidak perlu membayar apapun dan tidak bisa ditekan siapapun ketika menjabat. Dulu ada yang datang ke kantor saya, ia minta dimenangkan dalam perkara Pemilu, ia sudah menang tapi digugat, ia bilang, 'Pak Mahfud kan tahu, untuk jadi anggota DPR itu biayanya milyaran'. Saya katakan, 'Saya menjadi anggota DPR, tidak keluar serupiah pun, bagaimana Anda bisa milyaran begitu?' Itu yang saya lakukan. Itu sebabnya juga ketika kami akan menjadi hakim konstitusi, akan diseleksi, ada yang katanya mau membantu tetapi membayar uang sekian, saya katakan, 'Lebih baik Anda tidak memilih saya untuk menjadi hakim, kalau saya harus membayar satu rupiah pun'. Karena kalau saya sampai membayar, taruhlah Rp 100 ribu saja, setiap hari saya datang ke kantor Mahkamah Konstitusi, saya akan malu kepada diri saya, saya masuk gedung ini karena membayar pada seseorang. 'Jangan pilih saya kalau saya harus bayar atas nama apapun, uang administrasi atau uang bensin.' Saya tidak mau, itu yang terjadi.

***

Disiplin utama dalam kehidupan adalah kesetiaan pada yang benar. Kepemimpinan utama dalam kehidupan adalah pengendalian diri. Disiplin pribadi dimulai dari penguasaan pikiran dan perasaan. Jika Anda tidak menguasai pikiran dan perasaan Anda sendiri, Anda tidak akan menjadi penguasa atas pikiran dan perasaan Anda sendiri.

***

MD: Mari kita menjadi manusia seperti yang diperintahkan oleh Tuhan, yaitu manusia yang punya hati, yang menggunakan hati untuk memahami dan melaksanakan kebenaran. Manusia yang benar punya telinga yang digunakan untuk mendengar kebenaran, dan punya mata yang digunakan untuk melihat kebenaran. Kata Tuhan, kalau manusia punya hati tidak digunakan untuk memahami kebenaran, punya telinga tidak untuk mendengar kebenaran, punya mata tidak untuk melihat kebenaran, maka manusia itu ibarat binatang. Oleh sebab itu, untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, mari kita bangun diri kita menjadi manusia yang benar.

***

Bagi orang yang semangatnya terbiasa dalam kebaikan, seseorang yang punya disiplin mempunyai keteraturan, kekuatan dalam keteraturan itu untuk menjadikan dirinya sebesar yang ia inginkan. Disiplin adalah jalan menuju kebesaran pribadi. Disiplin utama dalam kehidupan ini adalah setia pada yang benar. Hanya orang yang ada dalam kebenaran yang hidupnya benar, yang jadi pribadi yang dimuliakan Tuhan dan sesama. Setialah pada yang benar, dahulukan keteraturan melakukan sesuatu yang berguna yang menguntungkan orang lain lalu perhatikan apa yang terjadi.


(Mario Teguh Golden Ways, Minggu 22 November 2009, by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1040)

Wednesday, November 18, 2009

15. Salah Berhasrat






Yang ingin kita fokuskan adalah pada hasrat yang baik. Hasrat tidak boleh digunakan untuk menggantikan kata nafsu, itu sangat berbeda. Hasrat adalah keinginan yang memajukan. Praktis, hanya ada tiga hasrat yang memajukan yang boleh kita jadikan pengejaran dalam kehidupan kita ini, pertama hasrat bagi kedudukan, kedua hasrat bagi pangkat, ketiga hasrat bagi derajat.

***

Kedudukan itu bukan hanya kedudukan, bukan hanya menjadi kepala desa, menjadi gubernur. Permintaan pria untuk menjadi suami bagi wanita, meminta untuk diangkat anak, itu juga kedudukan. Kedudukan itu betul-betul seperti kosong dari syarat, karena kalau saya sangat berwenang, saya bisa mendudukkan siapapun di suatu tempat, walau diprotes, walau orang itu kosong dari kesesuaian.

***

Pangkat mengharuskan kita mencapai kualitas-kualitas dalam sebuah kelompok, seperti mau jadi jenderal itu tidak sembarangan orang, dan kualitas itu yang harus dibuktikan dalam kelompok itu. Kedudukan menjadi menteri, presiden, jenderal, itu bisa dijadikan hasrat.

***

Derajat itu tingkat manusia di hadapan Tuhan.

***

Kedudukan di hadapan manusia, pangkat di hadapan manusia. Derajat lah yang membedakan kita, sehingga sebuah kedudukan menjadi utuh apabila diduduki orang yang berpangkat tinggi dan berderajat tinggi.

***

Orang-orang yang mau tahu komponen pembentuk diri yang mudah berderajat tinggi harus memperhatikan, pertama bahwa dia harus memiliki dalam dirinya kebenaran, sesuatu yang ketepatannya disampaikan sendiri oleh Tuhan dan tidak ada diskusi mengenai interpretasinya di semua umat, di semua budaya dan di semua bangsa. Kedua, yang agak dilupakan orang, yaitu penampilan. Orang bilang itu palsu, tapi apapun yang palsu bisa asli. Penampilan itu kira-kira mewakili 90-93% dari kesan orang yang dibangun, yang dikatakannya 7 sampai paling banyak 10% yang didengarkan. Orang dibedakan pertama kali dari penampilannya. Ketiga, pikirannya dipertajam, diperluas, diperdalam, dibersihkan. Keempat,hatinya dilunakkan, dilembutkan dengan kasih sayang. Kelima, pembuktian dari semua ini adalah tindakannya. Tidak ada kepalsuan lagi kalau sudah sampai di sini, karena banyak orang tindakannya keras sekali pada menampilkan yang baik, berpikir baik, merasa baik.

***

Berhasrat yang baik adalah berhasrat bagi derajat terbaik. Derajat terbaik adalah menjadi sebaik-baiknya manusia, dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Karena terbukti kedudukan yang diisi orang yang tidak berderajat akan diturunkan, bukan diturunkan dari kedudukannya, tetapi diturunkan dari derajat, sehingga orang kecil bisa menasehati orang besar. Derajat terbaik menjadikan kita bermanfaat bagi orang lain. Berarti semua pengejaran hasrat itu harus menjadikan kita bermanfaat bagi orang-orang terdekat lalu mudah-mudahan tumbuh pada sejauh mungkin orang yang tidak mengenal kita.

***

Tiap orang punya kebutuhan, yang membedakan adalah keinginan. Makan itu kebutuhan, pilihan menunya itu keinginan. Tiap orang ingin mencapai kedudukan tinggi dalam kehidupan ini tetapi lupa bukan kedudukan derajat, tapi sebagaimana yang dididikkan selama ini bahwa menjadi gubernur itu tinggi, menjadi walikota itu tinggi, lupa menjadikan anaknya jujur, amanah, bersih, itu lebih tinggi dari semua kedudukan di negara ini.

***

Biasanya orang yang merasa pasangannya tidak cocok, tidak melihat bahwa ia juga tidak cocok bagi pasangannya. Tidak cocok itu bisa keduanya, bukan salah satu saja. Tanggung jawab pertama bagi orang yang merasa tidak cocok, jadilah sebaik-baiknya suami atau sebaik-baiknya istri sebelum mengomentari orang lain.

***

Pertama kali ingatlah bahwa kita harus menjadi orang baik. Jangan lupa bahwa kita harus menjad orang baik. Orang baik itu yang benar plus santun. Orang benar yang tidak santun, membatalkan kebenaran karena cara menyampaikannya melukai perasaan orang lain. Orang santun yang tidak benar itu sama dengan semua penipu. Jangan lupa jadi orang baik, setia pada yang benar dan memberikan penghormatan yang tinggi kepada orang lain.

***

Sejauh mana lingkungan berpengaruh pada kita, sejauh izin kita pada lingkungan untuk mempengaruhi kita. Pribadi yang lemah mengizinkan kuatnya lingkungan mempengaruhinya.

***

Kembangkan cara-cara untuk selalu menjadi pribadi yang menarik, termasuk istri berpenampilan di depan suami, karena terutama laki-laki itu jenis makhluk pembosan dan pembenci yang rutin. Jangan buat orang lain bosan.

***

Menjadi sangat ambisius itu harus. Yang tidak disukai orang adalah ambisinya menjadikan mereka terancam. Kalau ambisinya adalah menjadi orang besar yang mempengaruhkan kebaikan, Anda didukung orang-orang yang hidupnya perlu diperbaiki. Jadi, berambisilah untuk menjadi orang yang bermanfaat, yang berpengaruh dan setia pada yang benar, menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan.

***

Jadilah orang yang egonya adalah untuk mengangkat orang lain.

***

Pengertian adalah ilmunya kehidupan. Orang yang mengerti, hidupnya akan baik. Orang berlaku tidak baik karena hidupnya tidak mengerti, apapun ilmunya, karena perlakuan adalah wajah dari ilmu. Orang berilmu baik perilakunya baik. Hasrat yang baik datang dari pengertian yang baik, bahwa dia bertugas memajukan kebaikan, mencegah keburukan, dan katakan 'Terima kasih Tuhan, atas penggunaan yang Engkau berikan padaku.'

***

Yang selama ini tidak berlaku berani karena takut salah, bertindaklah berani sampai Anda salah. Salah itu karena Anda telah melakukan dan terbukti salah. Orang yang cepat salah, cepat benar.

***

Hasrat yang indah sekali adalah hidup ikhlas dalam kebaikan. Kalau sudah ikhlas, kalau dia ditipu, dia bilang, 'Yang dilakukannya untuk menipuku tidak akan memiskinkanku, karena rezekiku dipelihara Tuhan. Mudah-mudahan yang ditipukan padaku, baik baginya.' Kalau difitnah, tidak usah marah-marah, terimalah, karena pemuliaan datang dari Tuhan, direndahkannya kita dari orang lain juga diizinkan terjadi oleh Tuhan, tapi pemelihara kita adalah Tuhan. Orang yang tidak bersahabat dengan yang buruk, tidak akan berutang keburukan. Kalau bergaul dengan orang baik, kita berutang budi, karena kita harus membayarnya maka kita berbudi baik. Maka itu sebabnya, wong becik kumpulono (bergaullah dengan orang baik). Orang yang bergaul dengan lingkungan yang tidak baik, sehingga utang keburukan, dia ditunjukkan keburukannya saat berada di kedudukan yang paling kelihatan, sehingga kita yang baik ini bisa mensyukuri pergaulan yang baik.

***

Sombong itu mempersulit orang mencapai hasratnya. Janganlah kau sampaikan pada orang lain, ingin jadi apa kamu, kecuali orang itu siap membantu. Kalau tidak, Anda hanya menyiapkan orang untuk mengganggu rencana-rencana Anda.

***

Kahlil Gibran mengatakan, sakit hati akan merobek kulit atau cangkang yang membungkus pengertian. Orang yang salah itu akan dibuat sakit, salah lagi dibuat sakit lagi, salah lagi dibuat sakit lagi, sampai dia benar dan Tuhan yang Maha Penyayang akan menghilangkan rasa sakitnya. Kalau salah lagi, dibuat sakit lagi, apakah Tuhan sabar? Sabar, karena Tuhan punya waktu, salah terus pun Tuhan melayani. Masalahnya, umur kita terbatas sehingga setelah sakit hati, jangan lakukan yang sama atau masuk ke kesalahan orang lain. Situasi adalah komponen pembentuk sejarah. Yang terjadi minggu-minggu belakangan ini, supaya kita nanti menjadi pemimpin, ketika memimpin tidak melakukan kesalahan yang harusnya tidak dilakukan orang sebelum kita.

***

Membalas perlakuan tidak baik orang itu boleh, diizinkan, tapi akan lebih baik bagi kita kalau kita memaafkan kalau orang itu salah pada kita. Kalau kita membalas, kita hanya bisa menurunkan orang. Kalau kita memaafkannya, Tuhan yang membalaskan, tapi perilaku Tuhan dalam membalas itu mengangkat orang. Tuhan itu memuliakan orang supaya jadi lebih baik. Memaafkan adalah tanda kita mengizinkan dan memberikan kesempatan Tuhan memperbaiki orang itu

***

Hasrat yang indah sekali adalah hidup ikhlas dalam kebaikan.

***

Apa yang dikatakan orang ketika berdoa kepada Tuhan? Apakah, 'Lapor Tuhan, semoga tahun ini aku lebih berguna bagi orang lain', ataukah mengeluhkan penderitaannya yang semakin lebar. Jarang orang bertanya pada dirinya sendiri, 'Apakah aku sudah menjadi lebih berguna bagi banyak jiwa untuk lebih banyak kebaikan?'

***

(Terkait perilaku poligami) Yang harus kita sadari setiap kali orang bertanya, bahwa sebetulnya orang jarang sekali meminta pendapat, orang itu pada dasarnya minta disetujui. Membantu wanita itu mulia sekali, karena menikahinya itu membuat mereka terbantu ekonominya dan mungkin martabatnya. Pertanyaan saya, yang penting itu membantunya atau menikahinya? Apapun alasannya, apapun keyakinan kita, lakukanlah. Yang saya tidak bisa pikirkan, ada orang yang membantu, bisa membantu tanpa menikahinya tetapi menikahinya. Logika saya, saya tidak bisa membayangkan Audrey (putri Mario Teguh) diduakan oleh suaminya, dan saya tidak bisa membayangkan saya melukai hati istri yang sangat saya cintai dengan saya memikirkan membantu orang yang tidak harus saya nikahi.

***

Letakkan kesadaran kita mengait hak kita untuk menjadi pribadi yang kedudukannya setinggi mungkin, supaya bisa mengharuskan kebaikan, mencegah terjadinya keburukan. Berpangkat tinggi supaya kita tahu kualitas upaya kita di lingkungan kita, dan kita membangun derajat yang tinggi supaya kita diletakkan di jenjang-jenjang tinggi di hadapan Tuhan. Kalau Tuhan saja sudah menghormati kita, apa di alam ini yang tidak akan tunduk dan mendengarkan kita dengan penuh kasih sayang. Jadi kalau begitu, bagaimana kalau kita menghasratkan bagi diri peningkatan derajat melalui perbaikan isi pikiran, perbaikan isi hati dan perbaikan kualitas tindakan kita. Marilah menjadi pribadi yang hidup ikhlas dalam kebaikan, marilah kita hidup ikhlas dalam kebaikan lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1039)

Tuesday, November 17, 2009

14. Diam Tidak Selalu Emas





Diam tidak selalu emas karena berbicara adalah proses peningkatan nilai. Kalau saya berbicara bahwa orang ini baik, tujuannya besar, rencananya sungguh-sungguh, itu bicara yang tepat, berbicara itu cara meningkatkan nilai dan sebaiknya itu adalah proses peningkatan nilai orang lain. Ada orang yang berbicara berupaya meningkatkan nilainya. Perhatikan, orang berbicara di teve, pelan dan satu-satu, itu bukan peningkatan nilai siapapun, malah pengurangan kesan kecerdasan. Jadi, jangan tingkatkan nilai dalam bicara, tinggikan orang lain, tugas meninggikan kita adalah tugas Tuhan.

***

Kalau orang berbicara lalu hanya membuat orang marah, sebaiknya dia diam. Kalau marahnya ini bernilai besar, maka dengan dia diam akan menyelamatkan keluarnya biaya. Sehingga orang yang kalau berbicara merusak akan bernilai emas diamnya. Kalau tidak tahu cara meningkatkan keheningan, jangan bicara, lebih baik hening, karena banyak orang tidak tahu bicara apa, menunjukkan tidak tahu apa yang dikatakan. Tetapi kalau orang itu diam menyebabkan kesalahpengertian dan perusakan, maka dia harus berbicara. Orang ini harusnya bicaranya senilai emas. Membatalkan kerusakan yang terjadi karena dia diam, tetapi kalau dia sudah melihat kerusakan karena diam, meneruskan diam adalah sesuatu yang harus diperbaiki.

***

Tuhan langsung menggunakan yang kita gunakan sebagai cara memberi tahu kita. Kalau orang menggunakan uang untuk menurunkan kebaikan, dia akan diturunkan dengan uang. Kalau dia berebut kekuasaan lalu bertingkah tidak baik yang menurunkan kebaikan, dia diganggu dengan kekuasaannya. Wanita yang jaim (menjaga imej) sekali, takut tidak cantik, dia melukai kebaikan, akan dilukai citranya. Itu pemberitahuan jelas sekali. Sehingga, jangan banggakan sebuah kualitas untuk menafikan kebutuhan kita akan kebaikan, karena itu yang digunakan Tuhan untuk menurunkan derajat kita.

***

Banyak orang berfokus pada yang dianggapnya benar, padahal kebenaran itu adalah yang diterima orang banyak, karena itu bergaullah. Semua kualitas diuji dalam pergaulan.

***

Jika Anda ingin menjadi pemimpin yang kuat, pembicara yang kuat, penulis yang kuat, maka yang kuat itu adalah yang menyelesaikan kesulitan orang lain.

***

Berbicara salah itu bukan berbicara, itu cari masalah. Kejujuran itu bahasa yang paling mudah, kalau tidak bisa bicara mudah yang seharusnya jujur, pasti orang itu tidak jujur. Maka, berhentilah membuktikan dia tidak jujur. Mendengarkan orang tidak jujur akan semakin membuat marah. Damailah, sebagian orang memang ditutup pengertiannya oleh Tuhan.

***

Bayangkan, perwira tinggi harus berbohong untuk atasannya. Hanya orang yang gagah yang di depan wartawan bisa menyatakan melepaskan lencana dan berkata dengan tegas, ‘Saya menolak berbohong.’ Tapi, berapa banyak orang percaya rezeki berada di tempat keburukan, mengganti Tuhan dengan keadaan yang membuatnya pantas dihujat. Jangan betulkan orang. Undang dia untuk jadi orang baik. Berbicaralah santun. Jangan orang yang Anda mau betulkan itu memusuhi Anda. Sampaikan, ‘Pak, dengarkan ini, kan Anda tidak ingin anak istri Anda jadi orang tidak jujur, kan lebih damai kalau Anda dulu memutuskan dengan baik, dan akan selalu ada waktu memulai baik’. Jadikanlah diri Anda sebagai awal kebaikan dengan diam, atau berbicara kalau memperbaiki. Pantaskanlah diri Anda dengan derajat.

***

Ada orang yang diamnya untuk berpikir. Tapi yang parah, orang bicara untuk berpikir. Dia berpikir sambil bersuara, kelihatan dia tidak terlatih dalam jalan-jalan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus punya sebuah kualitas yang pantas bagi kedudukannya. Maka, menunjuk orang karena pangkat tinggi, telah selesai. Kita harus tahu orang berkualitas di tempat penting bagi kebaikan 230 juta rakyat Indonesia. Harus berhenti masa tidak amanah. Tapi, kita menempatkannya berdasarkan kriteria palsu. Jangan lagi membuat kesalahan yang sama. Menaruh orang hanya karena dia kelihatan besar, harus berhenti. Diam yang tidak berpikir tadi, kalau bicara betul tidak akan siap, karena yang mentenagai kebicaraan kita sekarang adalah ketidakjujuran orang lain.

***

Jika Anda bernilai bagi orang lain, jika bicara Anda menjadi penyelesai bagi kesulitan.

***

Diam yang paling baik adalah diam yang menunjukkan hormat, seperti tangan sedang berdoa, dan berdoa bisa tergantung ukuran permintaan. Tapi ada juga berdoa, tidak khawatir lagi mengenai jumlahnya, terserah Tuhan, atau gerakan tangan seperti berbentuk hati, tangan di hati. Diam dengan wajah tersenyum, mengangguk dalam untuk yang dikatakan orang, itu diam yang indah. Bukan diamnya suami istri yang tidak bertegur sapa, tapi diam yang penuh hormat.

***

Rencana rahasia Anda menjadikan diri Anda besar, sehingga Anda bicara dari sudut pandang yang tidak bisa dibantahnya. Suami yang tidak berlaku berwibawa di depan istrinya, setinggi apapun pangkatnya di depan anak buahnya, dia diperlakukan rendah. Itu pemberitahuan agar suami tidak boleh terlalu bercanda, bicara kampungan, mengatakan kata-kata yang tidak ada gunanya, tidak menjaga pandangannya, sehingga istri tidak melihat dia orang besar. Dalam rencana rahasia Anda, jadilah pribadi yang besar, melihat ukuran Anda sebanding, sehingga Anda punya nilai dengar. Pernah dengar, pejabat kalau bicara ditinggal tidur oleh anak buahnya? Dia tidak punya nilai dengar, bicara saja tidak didengar apalagi diam. Dalam rencana rahasia Anda, besarkan diri Anda.

***

Kalau ada laki-laki pendiam pemarah, suka menyiksa istri, pasti dia seorang pria yang sedang tersiksa karena pangkatnya yang rendah, pendapatannya yang kecil, penghormatan lingkungan padanya kecil, sehingga ia harus tampil gagah di depan yang menghambakan hidupnya. Wanita itu, kalau menikah dengan pria lain, mungkin lebih dimuliakan. Bila Anda mengalami hal itu, hubungi orang yang bisa menolong Anda. Karena siapapun suami itu sedang tersiksa dan harus menyalurkan siksaan ke orang lain.

***


Masalah apapun, fitnah apapun, ketidakpatutan siapapun, abaikan semua, jadilah orang hebat. Kita tetap bisa berhasil walau istri kita tidak baik, walau atasan kita tidak baik. Abaikan semua, semoga setelah kita berhasil, mereka lebih hormat. Masak, baru bertengkar dengan satu orang saja, kehidupan Anda berhenti? Berhasillah, apapun masalah Anda.

***

Ketahuilah bahwa diam Anda akan bernilai emas jika Anda mengizinkan orang lain tumbuh mencapai potensi mereka. Jika diamnya Anda saja emas, apalagi Anda bicara untuk meninggikan nilai orang lain dalam kehidupan Anda.

***

Cara terdekat untuk memperbaiki rezeki keluarga adalah meningkatkan kualitas kasih sayang di keluarga. Makin indah hubungan kasih sayang antaranggota keluarga, makin mudah kebaikan datang menghampiri rumah. Karena, tujuan semua keberhasilan adalah pulang ke rumah dengan perasaan damai. Pulang ke rumah damai, tidak bisa Anda bayangkan terjadi kalau di keluarga bicara saling kasar. Ada suami istri yang bicara kalau marah, kalau mau bertengkar saja mereka bicara. Jadi, diam itu tidak selalu emas kalau harusnya kita utarakan kasih sayang. Jadi meskipun ini bukan sebuah hukum, patokan bagi diri kita bahwa orang yang lebih terbuka kasih sayangnya pada keluarga, pintu kebaikan baginya. Katakan sayang ke istri, anak, beritahu mereka. Lebih terbukalah mengenai perasaan sayang Anda pada keluarga karena dibangunnya kualitas kepemimpinan di keluarga, sehingga lebih mudah melihat orang yang disayangi dengan sebanding.

***

Diam yang bernilai emas itu keheningan yang ditaruh di tempat pas. Orang yang tidak terlatih bicara itu akan menaruh diam di tempat yang salah, karena tidak terlatih maka bahasanya sulit. Bahwa kejujuran adalah bahasa yang paling mudah, jadi harusnya orang jujur mudah bicara, termasuk mudah diam, sehingga orang yang diam pada saat bicara, dipertanyakan kejujurannya. Kalau sudah tahu itu tidak jujur, jangan beri tahu ia tidak jujur, dia akan berbohong lagi. Jadi yang anggunlah, sudah tahu ya sudah diam, tinggal putuskan nanti bagaimana.

***

Semua keterampilan dalam hidup itu membutuhkan latihan, berlatihlah, itu sebabnya kalau kita tidak pasti benar atau salah, pastikan menyampaikan dengan penghormatan kasih sayang, sehingga kalau salah akan mudah diperbaiki, dimaafkan.

***

Kalau kita bicara itu haruslah bicara yang meningkatkan nilai orang lain. Kalau kita diam, karena kita mengizinkan orang lain meningkatkan nilainya. Izinkanlah orang bicara agar Anda diam dulu. Anjurannya, kalau kita harus bicara, kalau mau bicara, cari apakah orang yang di depan Anda ini bisa dibantu merasa percaya diri, lebih menghormati dirinya, menerima dirinya harus dihormati lebih dengan cara mulai. Tiap kali Anda mau bicara, bicaralah dengan niat memuliakan orang. Setiap kali kalau Anda mau bicara, berbicaralah dengan niat memuliakan orang lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1038)

13. Hidup Ini Tidak Sementara


Hidup ini tidak sementara, padahal sebetulnya hidup ini sementara. Logika pertama sederhana saja, orang yang menganggap sesuatu sementara, tidak akan memberikan penghormatan sebagaimana sesuatu yang permanen. Logika kedua, bahwa yang kita sebut sementara tidak sementara kalau dibandingkan dengan ketidaksabaran menunggu. Menunggu dokter gigi, tidak usah 40 tahun, satu jam saja sudah tidak sabar, bagaimana mungkin hidup ini sementara. Kita itu mempunyai kemampuan memikul beban rasa sakit sangat minimal, sehingga kalau dibilang sementara, berapa lama hidup dalam kemiskinan? tidak lama, kemampuan kita itu pendek untuk menahan rasa sakit. Jadi, sebetulnya hidup itu panjang. Takutnya, kalau kita betul-betul meyakini hidup ini sementara lalu dihubungkan dengan penyepelean hidup, hidup kita ini tidak berkualitas. Sehingga kuncinya adalah sikap kita menentukan bentuk kehidupan kita. Sikap kita hari ini menentukan bentuk kehidupan kita di masa depan hari ini di kepala kita. Bentuk kehidupan yang belum jadi tetapi telah jadi di kepala orang. Jadi sebetulnya kalau bisa meyakini sesuatu itu sementara, berlakulah seperti ini permanen. Logika berikutnya, tiap-tiap jiwa merasakan kematian, tapi yang dirasakan bukan kematian jiwanya, tapi kematian badannya. Sehingga jiwa kita itu hidup setelah kematian badan, sehingga yang disebut kehidupan jiwa kita yang berkualitas ditentukan setelah kualitas kehidupan di dunia. Kalau ada kehidupan kekal dan abadi sebagaimana dijanjikan di surga, maka 40 tahun atau 60 tahun hidup di dunia ini menentukan kualitas kita abadi, sehingaga jangan anggap hidup ini sementara, karena menentukan kekekalan kita setelah ini.

***

Setiap raga ini diisi jiwa-jiwa mulia yang dituliskan Tuhan untuk masuk dalam raga ini. Kita membedakan perlakuan kita kepada orang karena melihat raganya. Tuhan melihat jiwanya. Sehingga manusia yang baik yang mengerti perilaku Tuhan dalam menilai manusia, akan menilai jiwanya. Sehingga kesimpulannya, kita semua adalah jiwa yang sedang hidup di alam raga, maka jangan pernah minder karena raga yang kita miliki, tetapi berbahagialah karena dikasih jiwa yang baik.

***




Siapapun yang berpikir logis akan tahu mengenai kapan hari perhitungan terjadi. Jangan risaukan kapan hari perhitungan terjadi, karena hari perhitungan telah terjadi dan menjadikan Anda apa adanya hari ini, maka rajinlah, pandailah. Orang yang hidupnya baik itu, kebaikan hidupnya adalah hasil perhitungan yang telah terjadi dan terjadi setiap hari dalam kehidupan kita. Mengapa kita mengabaikan perhitungan hari ini, hanya karena percaya ada perhitungan nanati, perhitungan nanti itu adalah perhitungan terakhir yang bersambung tiap hari ke perilaku kita hari ini. Hari perhitungan telah terjadi setiap hari, dan orang yang hidupnya baik telah dihitung karena kebaikannya, orang yang hidup belum baik telah dihitung karena yang perlu diperbaikinya. Jadi sadarlah bahwa bahkan masa depan itu datangnya dalam potongan hari. Tahun 2015 itu tidak datang mendadak, datangnya dalam bentuk hari Senin yang harus kita isi dengan kemuliaan pribadi, hari Selasa yang kita isi dengan pelayanan menggembirakan pada pelanggan, hari Rabu kita isi dengan pengabdian pada atasan, Kamis kita isi kasih sayang kepada keluarga. Orang seperti itu sudah tidak usah merisaukan perhitungan, dia telah dihitung dengan sangat baik.

***

Fokus pada yang sekarang menentukan kualitas dari yang nanti. Jadi, orang yang fokus pada yang baik dilakukannya nanti sebetulnya tidak usah khawatir mengenai kualitas yang dicapainya nanti. Semua orang yang memperbaiki kehidupannya selalu fokus pada yang bisa dilakukannya sekarang, sehingga kalau tahu hidup ini sementara bagi raga kita, tidak jiwa kita. Maka, kita fokus pada membangun ilmu yang bisa kita sampaikan agar digunakan bahkan sepeninggal kita, lalu kita membangun harta yang kita gunakan bagi kebaikan bahkan sepeninggal kita, dan kita mendidik anak yang baik yang soleh yang mendoakan pemaafan kebaikan bagi kita terutama setelah kita tidak lagi bersama mereka. Sehingga sebetulnya fokus pada kualitas sekarang, menentukan kualitas yang kita dapat nanti, yang bisa berarti 1 jam, 30 hari atau 30 tahun.

***

Jiwa yang kaya adalah jiwa yang damai, karena kedamaian jiwa dilandaskan pada semua kekuatan seperti kegembiraan, ketulusan. Perhatikan, tujuan dari semua keberhasilan adalah pulang ke rumah dengan perasaan damai. Sekaya apapun orang, kalau dia pulang ke rumah untuk bertengkar, untuk berbohong kepada istrinya, untuk menyia-nyiakan anaknya, mentransfer kemarahan yang diterimanya di kantor kepada keluarganya, seperti apapun yang dicapainya belum utuh. Orang-orang kaya yang belum bahagia pulang ke rumah, sebetulnya iri pada petani miskin yang pulang ke keluarga dengan bahagia.

***

Fokuslah pada yang membesarkan, hindari semua yang tidak memuliakan. Pergaulan apapun, periksa, ini membesarkan atau tidak. Kalau tidak, tinggalkan. Perusahaan yang tidak memuliakan, periksa berkah atau tidak. Kalau tidak, jangan takut meninggalkannya. Jangan tukar Tuhan dengan harga murah.

***

Orang yang bekerja yang tugasnya tidak akan selesai sampai ia dipanggil Tuhan harus membangun ketertarikan orang lain untuk meneruskannya. Itu sebabnya pekerjaan-pekerjaan yang baik selalu diturunkan ketertarikannya pada hati banyak orang untuk meneruskan pekerjaan itu, karena itu terlalu besar untuk dikerjakan satu orang.

***

Semua penderitaan adalah pemberitahuan untuk memperbaiki diri atau memperkuat diri atau mengutuhkan penyerahan pada Tuhan. Yang bersedih, lalu memperbaiki diri, lalu keluar dari kesedihan. Atau yang bersedih lalu dia melihat bahwa dia hanya berfokus pada kepentingan sendiri, lalu begitu melayani orang lain, tidak bersedih atau berserah. Kadang kita sedih, lalu berdoa kalau sedih, maka Tuhan ganggu dia supaya sedih, karena kalau sedih, dia berdoa. Maka sekarang berdoalah dalam kegembiraan, terutama dalam kegembiraan, agar Tuhan tertarik, meskipun Tuhan mampu melakukan apapun, tetapi Tuhan lebih tersemangati karena kita berdoa dalam kegembiraan.

***

Kita ini dinilai bukan karena kesiapan kita untuk mati, tapi karena keutuhan kita untuk memenangkan kehidupan yang baik. Karena kadang ada orang hidupnya pendek, semangat hidupnya besar, maka diteruskan dengan didirikannya foundation, yayasan, banyak perguruan tinggi didirikan karena jiwa yang kuat berusaha memenangkan kehidupan, walau hidup penuh rasa sakit dan tidak panjang.

***

Eling. Ingat. Nasehat paling bijaksana dari orang tua, hidup kita harus selalu ingat, supaya kecenderungan kita ke kiri, bel dalam hati kita berbunyi. Kalau betul, damai. Kalau salah, bunyi. Kita diberi kewenangan untuk mengetahu, dan alat itu yang namanya kalbu.

***

Jangan pikirkan kapan akhir dari kehidupan kita. Bekerjalah seperti kita tidak pernah akan dipanggil oleh Tuhan, tetapi berdoalah seperti akan dipanggil segera. Keseimbangan itu kadang bukan 50 sama 50, tapi karena maksimal ke Tuhan karena takut dinilai kurang setelah kehidupan ini selesai, maksimal ke dunia supaya bermanfat bagi saudara kita, karena sebaik-baiknya orang itu adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Manfaat itu menentukan kehidupan kita setelah ini, mulia.

***

Yang dikatakan hidup sementara itu adalah hidupnya badan. Kalau hidup mampir minum, itu perumpamaan untuk badannya. Tapi waktu minum, minumlah yang baik, minumlah minuman yagn diizinkan, minta izin pada yang punya minuman, minum secukupnya, jangan minum yang memabukkan. Karena kualitas yang di dalam ini kelihatan tampilan sementara. Sehingga waktu dikatakan hidup ini sementara, sementara di raga, keindahan jiwanya tidak, karena kita meneruskan kehidupan ini dalam kehidupan jiwa.


***

Berapa banyak orang yang capek waktu bangun pagi, merasa kerja lagi kerja lagi, tidur lagi tidur lagi. Kata Kahlil Gibran, pekerjaan adalah kasih sayang yang dibuat kelihatan. Kalau kita sayang istri, kita akan bekerja keras bagi kemuliaannya. Kalau kita sayang anak, kita akan bekerja keras bagi penyiapan masa depannya. Kita akan bekerja keras menjadikannya tampil sehat, ceria, damai, cerdas. Orang-orang yang mencintai pekerjaannya selalu merasa kekurangan waktu. Orang-orang yang tidak memiliki kecintaan pada apapun, waktunya panjang untuk tidak melakukan apapun. Perhatikan, dan orang yang hanya memperhatikan dirinya, gampang sedih, karena kesedihan adalah proses mengasihani diri sendiri. Orang yang sibuk mengasihani orang lain, membantu mengeluarkannya dari penderitaan, tidak sempat bersedih hati.

***

Orang yang sukses yang berhasil adalah orang yang menjadi orang baik. Kita menyempitkan pengertian sukses dengan hanya banyak uangnya, luas tanahnya, tinggi pangkatnya, itu baru komponen pembentuk sukses. Keberhasilan itu jadi orang baik, orang kaya yang kekayaannya dikumpulkan dengan tidak jujur, itu gagal menjadi orang baik, dia hanya berhasil mengumpulkan harta, yang jumlah hartanya menentukan jumlah hukumannya. Orang yang mencapai pangkat tinggi dengan cara tidak hak, itu menentukan ketinggian jatuhnya. Berhasil itu jadi orang baik, karena itu tidak ada orang sukses di dunia yang tidak sukses setelah kehidupan dunia ini.

***

(Bagaimana dengan orang sakit jiwa, terlihat mati, terlihat kosong, dalam raga yang hidup?) Kadang ada jiwa tersenyum-senyum sendiri melihat orang banyak, bagaimana kita bisa menghakiminya bahwa dia yang salah, dia tersenyum pada kita yang memuliakan orang yang tidak jujur, mengagumi artis selingkuh, artis selingkuh diinterview macam-macam, rating program naik karena ada yang mengkhianati anaknya, suaminya. Ini tersenyum mungkin karena memiliki kebijakan sederhana. Jangan kita hakimi orang lain bahkan saudara kita yang sedang gila itu sebagai yang tidak punya jiwa. Kalau betul jiwanya sakit, itu untuk menguji jiwa-jiwa yang sehat seperti kita, apakah berkasih sayang. Ada kemungkinan dia sembuh? Belum tentu, tapi berkasih sayanglah kerena orang-orang yang bersedih, dimurungkan, karena ada anaknya yang sakit, sedang dipersiapkan menjadi pribadi yang lebih besar. Ingat, hati yang dilukai karena kesedihan, lebih dalam dan lebih besar menerima kebijakan.

***

Kekhawatiran Anda tidak membatalkan apapun yang akan terjadi, tetapi pasti menyadap kekuatan Anda hari ini. Siapapun yang mengkhawatirkan keburukan yang akan terjadi, tidak membatalkan apapun, tapi membatalkan kemampuannya hari ini untuk menjadi pribadi yang tahan terhadap apapun yang terjadi. Berhenti berkhawatir. Khawatirlah diri kalau tidak bekerja keras.



***

Jadilah pribadi yang mempengaruhi masa depan. Jangan jadi pribadi yang sedang ditakut-takuti untuk diterkam oleh masa depan yang tidak pasti. Caranya, sadarlah bahwa semua orang hebat adalah orang yang digunakan untuk melakukan sesuatu yang hebat, digunakan Tuhan yang caranya digunakan manusia. Semua supervisor yang bagus adalah pelayan yang super, bukan hanya bisa mempengaruhi orang, tapi juga menata pekerjaan, lalu jadi sales manajer karena kemampuan perencanannya. Semua jenjang karier karena ada yang memutuskan dia bisa berperan lebih baik di atas. Jadi, kita yang masih muda hanya menyiapkan diri bagi penggunaan. Jadilah pribadi yang tahu, yang tangannya terampil, yang hatinya tahan banting, yang menjaga wajahnya profesional, karena kita dibayar karena keramahan kita, yang tubuh tegaknya, suaranya, untuk mewakili nama perusahaan dengan baik. Siapkan diri supaya digunakan oleh orang baik, oleh orang besar. Jadilah pribadi berkualitas emas, agar suatu ketika bertemu pengusaha emas, yang bisa membuatnya menjadi perhiasan seindah-indahnya bagi kerajaan mulia di dunia ini.

***

Percaya diri adalah kalau Anda katakan bisa karena Anda bisa melakukan yang Anda lakukan sekarang. Orang yang percaya diri itu percaya dirinya akan bekerja sekarang. Berapa banyak orang ragu-ragu karena dia pembatal rencananya. Kita semua ahli berencana, tetapi lebih ahli membatalkan rencana. Orang percaya diri itu menghormati dirinya akan melakukan yang direnacanakannya.

***

Kalau Anda sulit tidur karena rencana Anda besar, kalau Anda tidak sabar karena Anda ingin segera menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain, kalau Anda marah karena lambatnya pemimpin mendatangkan perubahan, kalau Anda gusar karena melihat yang sehrusnya adil berlaku tidak adil, itu tanda ada bakat-bakat kepemimpinan dalam diri Anda. Bersyukurlah, karena itu pemberitahuan, kita punya kualitas lebih besar dari kualitas sekarang. Jangan anggap pendeknya hidup badan kita ini adalah alasan untuk menyepelekan kualitas hidup yang panjang, seperti dijanjikan semua agama. Mari berfokus pada yang bisa kita lakukan sekarang, berfokus pada yang baik, berfokus pada penggunaan bagi orang lain. Jalankan kecintaan Anda pada pekerjaan Anda lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1037)

12. Di Balik Kesulitan, Ada Kemudahan



(Dua minggu pascabencana Padang, Mario Teguh datang ke sana, berjalan di antara puing-puing bangunan, mengunjungi tempat ibadah, sekolah, rumah sakit, berbicara dengan guru, anak-anak, dokter, wartawan, korban yang selamat, relawan yang membangunkan rumah untuk warga). Kita pasti bisa menemukan pelajaran dari saudara-saudara kita di Padang dan sekitarnya, yang bisa membangun kehidupan super sekali, yang besar, yang kuat, karena mereka bukan tipe yang lama mengeluh, tapi yang menyegerakan kebaikan kehidupan mereka. Di antara puing ini, saya temukan undangan pernikahan. Saya tidak berani melihat tanggal, karena pasti ada yang berubah, entah apa yang berubah dalam rencana itu. Kejadian mendadak seperti ini, menjadikan pribadi fleksibel, menerima yang sudah terjadi, membangun kehidupan selanjutnya, dari apapun yang tersisa dari kehidupan kita. Karena tidak mungkin Tuhan menempatkan kita di sebuah keadaan tanpa rencana untuk lebih memuliakan kehidupan kita.

***

Guru, bukan profesi yang membuat kita kaya raya, tetapi profesi yang sangat dimuliakan Tuhan.

***

Orang Padang hebat, tidak ada bekas luka hati, cepat sekali. Di Jakarta, kita mendengarnya parah sekali, lalu sampai di sini, seperti tidak pernah terjadi apapun. Mereka meneruskan hidup. Memang ini tidak mudah. Para ulama sudah mengingatkan kita, bahwa tidak ada sesuatu terjadi kecuali atas seizin Tuhan. Kalau sesuatu terjadi, berarti ada maksudnya. Ayat lain menyebutkan, tidak mungkin kita ditaruh di keadaan tanpa kemampuan menyelesaikannya. Tidak mungkin orang biasa, sebaik dan sekuat kita tahan dalam keadaan ini, lama mengeluh, menyalahkan keadaan. Kita menerima. Kita ditinggal keluarga, sedih itu wajar. Yang kita lakukan karena yang terjadi, mau terjadi apa tidak lebih penting dari yang kita lakukan karena terjadi itu. Gempa yang sama bisa terjadi pada dua kaum, bisa jadi satu kaum lebih cepat bangkit. Hebat itu sedih tapi berusaha membahagiakan orang lain.


***

(Mario Teguh bertanya pada anak-anak kelas 5 SD). ‘Siapa mau jadi bupati?’, ‘Siapa mau jadi pengusaha?’, siapa mau jadi orang kaya?’ (Anak-anak angkat tangan sesuai keinginan). Yang ini, semua harus angkat tangan, siapa mau jadi orang baik? (Semua anak angkat tangan). Berarti, kita mau jadi orang baik yang kaya, jadi orang baik yang pangkatnya tinggi, jadi orang baik yang dihormati, jadi orang baik yang kalau bicara didengarkan orang. Jadi kalau begitu, yang paling penting jadi orang baik. Jadi orang baik itu gampang ditolong Allah. Jadi, kalau ulangan lupa, minta tolong Tuhan, lalu ingat. Paling enak itu jadi murid yang disayangi guru. Caranya, kalau guru bicara, melihat guru sambil mengangguk-angguk. Waktu guru kelihatan pandai, kita gerakkan kepala dengan perasaan takjub. Jadi murid yang disayangi guru itu penting, karena murid yang disayangi guru berarti disayangi orang tua. Kepada orang tua juga hormat, kalau orang tua bicara, dengar, senyum.

***

Kalau belajar itu jangan tegang, yang gembira, senang, hidup kita panjang, tidak boleh tegang, sedih, yang gembira.

***

Orang Padang, yang kalau kami lihat, orang yang kuat, yang menatap masa depan tidak terhalangi puing di hadapan mereka, melihat masa depan dengan cara berjalan tegak di atas puing.

***

Orang yang hebat itu orang yang sedih tapi berusaha membahagiakan orang lain.

***

(Mario Teguh berbicara dengan dokter). Dalam keadaan gelap, listrik mati, mereka melakukan perawatan dan tindakan medis. Semua dokter dan dokter spesialis memakai penerangan dari handphone sendiri, digunakan untuk menerangi tindakan medis. Padahal dokter itu juga harus memikirkan keluarga yang tidak bersama mereka waktu itu. Dengan latar belakang seperti itu, mereka tetap melayani. Itu betul-betul bertindak dengan kualitas terbaik dalam seburuk-buruknya keadaan. Saluran air mati, dokter mencari air kemana-mana untuk pasiennya, menemukan kulkas terbuka di lapangan, menemukan air minum kemasan yang masih baik, di dalam kepemimpinan, pembuktian kualitas seorang pemimpin itu dalam keadaan seperti ini, mendahulukan tindakan. Karena semua tugas itu yang penting tindakannya, bukan rencananya.

***

Media tidak boleh bersaing, bertanding untuk banyak-banyakaan sumbangan, itu bukan tujuan penggalangan dana, tapi menerima dan secepatnya menyampaikan pada yang membutuhkan. Supaya kita bisa segera hidup normal. Karena tanpa bencana saja, hidup belum tentu mudah, apalagi dengan bencana. Maka, kita hargai dokter yang bekerja tanpa lampu, kita hargai tentara yang membantu, yang bekerja, padahal mereka bisa mengkhawatirkan keluarga, mereka bekerja. Kita diingatkan Tuhan untuk saling menyayangi. Saya tidak setuju kita dihukum karena pemimpin yang korup, tidak amanah. Masak orang yang tidak mengerti apa-apa dihukum karena dosa orang lain. Tidak ada orang menebus dosa orang lain. Jadi, mungkin itu pemberitahuan.

***

(Dokter bercerita, di rumah sakitnya itu, saat gempa terjadi, gedung pusat AC bergeser, semua AC mati. Dokter melakukan operasi di alam bebas. Padahal dalam keadaan normal, udara pun harus steril. Walau sedang gempa, operasi itu berhasil). Karena yang mensterilkan proses itu Tuhan. Niat yang mulia itu ajaib sekali.

***

Tidak mudah menerima kehidupan yang tercabik, tetapi memang bencana tidak mungkin dikenakan pada kaum yang tidak kuat. Hanya kepada saudara kita yang sekuat ini, untuk menjadikan kehidupan ini besar.

***

Orang bilang hidup ini sementara, jangan percaya. Hidup ini tidak sementara. Hidup di dunia yang sebentar ini menentukan kualitas kita yang abadi di akhirat nanti. Jangan sepelekan kualitas hidup di dunia.

***

Semua tugas itu yang penting tindakannya, bukan rencananya. Karena keberhasilan itu ada dalam tindakan.

***

(Kepada seorang Ibu yang selamat, yang sedang terbaring di rumah sakit, Mario Teguh bertanya, ‘Saya gembira melihat Ibu kuat sekali. Disamping kesedihan dan rasa takut, Ibu diberikan kesempatan menyaksikan, bukan yang mengalami, ceritakan kepada kami yang mendoakan Ibu cepat sembuh, pesan Ibu untuk kami?’) Ibu bernama Hanifah itu mengatakan, ‘Rasanya mau mati, (jadi) ingat Tuhan. Mungkin, selama ini saya kurang ingat Tuhan, kepada yang sehat agar ingat Tuhan. Mungkin, saya ada sedikit kesombongan dalam diri saya, ini ujian untuk saya, saya terima apa adanya, yang sehat tolong ingat Tuhan kembali.’

***

Di sini kami belajar bahwa bukan yang terjadi pada kita yang menentukan, tetapi apa yang kita lakukan karena yang terjadi itu.

***

(Mario Teguh berbicara dengan jurnalis yang meliput peristiwa gempa). Mereka membuat peristiwa ini secara nasional diketahui, secara emosional kita jadi terlibat, segeranya bantuan tidak bisa dilepaskan dari peran jurnalis. Jadi kalau orang menyumbang, teman-teman jurnalis lah yang menyebabkan sumbangan itu terjadi, pemberitaan gencar mengakibatkan perubahan besar sekali. Kami yang datang (dua minggu kemudian), melihat kehidupan yang belum sepenuhnya utuh, telah kembali, ada semangat untuk kembali ke kehidupan normal, wajar. Pekerjaan itu mulia sekali.

***

Kehidupan yang ada yang kita sepelekan cuma duniawi, hati-hati, jadilah pribadi pengasih penyayang. Kalau dunianya baik, akhiratnya baik. Kalau Tuhan mencintai orang yang bermanfaat bagi orang lain, itu bermanfaat dalam hidup. Kehidupan surga itu dimulai dari sini, menjadi pribadi penyayang, pengasih. Melihat semua orang sama indahnya dengan kita. Kalau kita mau memiliki pandangan yang diharapkan Tuhan, melihat semua orang dengan kasih sayang, semua sama, semua orang butuh disayangi.

***

Kami melihat orang Padang kuat sekali, cepat sekali bangkit, membuktikan bahwa kita lebih kuat daripada yang dicoba, sehingga kita lihat dua minggu lalu berbeda sekali dengan yang sekarang.

***

(Mario Teguh berbicara dengan seorang nenek yang kehilangan anggota keluarga dan rumahnya). Sahabat Indonesia yang hatinya baik, kalau ada kelebihan sedikit, Anda kirimkan, jangan khawatir bantuan tidak sampai, kirimkan saja, lihat wajah Ibu ini, lihat ribuan orang yang perasaannya sama dengan Ibu.

***

(Mario Teguh di depan sekelompok jurnalis). Jangan pernah puas dengan baik kalau lebih baik masih mungkin. Kita mencukupkan dengan baik padahal belum tentu baik. Kalau ditanya apa kabar, katakan ‘super!’ itu melatih mental supaya tidak menyesuaikan diri dengan yang kurang. Karena, kurang pun kalau sudah terbiasa jadi baik. Maka, jadilah orang yang menuntut lebih baik, mengupayakan lebih baik. Adakah pertanyaan, apa penting yang kita lakukan dalam hidup ini? Mau ke mana kita? Kok, nggak selesai-selesai, masih membuat salah terus, masih tergesa-gesa di sini, ceroboh di sini, masih marah di sini, adakah perasaan seperti itu?

***

Kita tidak akan masuk ke keadaan sulit ini kalau kita tidak kuat. Hanya yang kuat dengan pekerjaan seperti ini. Soal orang memperhatikan kita atau tidak, itu cerminan hidup, bahwa kita itu tidak mungkin selalu mendapat perhatian yang kita minta. Jadi, kita itu harus jadi orang yang didahulukan. Hidup tidak enak dinomorakhirkan, ada yang menggantikan kita lebih murah, kita tidak lebih penting, ada yang lebih pandai dari kita. Jadi, urutan karier itu ada tiga. Pertama, melakukan yang bisa dilakukan orang, dibayarnya sama karena ada beberapa orang, pelan-pelan naik ke kedua, bisa mengerjakan yang sulit dikerjakan orang, yang dilakukan ini sedang latihan supaya bisa melakukan sesuatu yang sulit dilakukan orang lain. Ketiga yang utama, melakukan yang tidak mungkin dilakukan orang lain. Berjalannya waktu, tahu-tahu bisa melakukan hal yang tidak mungkin dilakukan orang lain.

***

Urutan karier itu, pertama kita melakukan yang bisa dilakukan orang lain, kedua melakukan yang sulit dilakukan orang lain, ketiga melakukan yang tidak mungkin dilakukan orang lain.

***

Orang Padang kuat sekali, cepat sekali bangkit. Ada waktu untuk bersedih, tetapi ada waktu membuktikan bahwa kita bisa segera menjadi lebih kuat daripada yang dicoba ke kita, sehingga saya lihat dalam perjalanan ini, mungkin kita lihat dua minggu lalu, beda sekali dengan yang kita lihat sekarang.

(Tentang isu yang membuat khawatir), kalau Anda tahu bahwa itu isu, mengapa Anda mengizinkannya mengganggu tidur Anda, mengusik kehidupan Anda. Kalau Anda tahu itu tidak benar, mengapa Anda menjadi tidak bahagia karena itu. Jadilah pribadi yang mencontohkan kekuatan.di atas semua itu

***

Kita belajar menghayati bagaimana kekuatan hati saudara kita di Padang, bagaimana mereka mengembalikan kehidupan ke taraf hampir paling normal. Saudara kita di Padang dan sekitarnya akan kembali dan melampaui kualitas kehidupan mereka sebelumnya. Saya berdiri di atas jembatan Siti Nurbaya, menyaksikan bagaimana kehidupan, bahwa kita tidak bisa menghindari masalah, bahwa sebagian dari kita duduk di atas masalah. Tetapi kehidupan ini, keberhasilannya bukan karena kita bebas dari masalah, tapi karena masalah apapun yang kita hadapi, kita mengapung di atasnya. Seperti kapal-kapal ini, mereka ini lebih berat dari air tetapi mereka mengapung. Mereka lebih berat. Kita tidak lebih kuat dari gempat, tidak lebih kuat dari badai, tidak lebih kuat dari topan, tapi kita diberikan pikiran, kecerdasan, kesungguhan, tenaga, untuk bekerja sama membangun kehidupan lebih baik terjadi di atas.

***

Pelajaran paling penting dalam kehidupan yang bisa kita lihat di sini, apabila kita bersaudara, mensaudarakan diri, tidak ada penderitaan terlalu kuat karena semua orang di sekitar kita, bahkan yang bukan saudara menjadi saudara saat bencana seperti ini terjadi. Maka, baiklah pada orang sekitar, mudahkanlah hubungan yang baik, mudahkanlah pengertian yang baik agar saat bencana terjadi, walau kita tidak berharap, kita tetap menjadi pribadi yang bersama-sama membangun pribadi yang kuat. Dekatkan diri Anda bagi orang lain lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1036)

11. Reaksi Pengubah Hidup


Banyak di antara kita hanya menjadi pribadi yang mensyaratkan kejadian, yang baik untuk dia merasa bahagia, dan dia tidak salah. Karena kehidupan ini intinya kejadian, kejadian yang kita harapkan baik, tetapi sebagian tidak baik. Tetapi yang menjadikan hidup ini besar, kuat dan bahagia, bukan tepatnya kejadian, tetapi apapun yang terjadi, kita menggunakannya sebagai alat untuk berbuat dan membahagiakan kita. Bukan kejadian yang merendahkan kualitas hidup, tapi bagaimana kita bereaksi dan menjadikannya penguat dalam kehidupan kita.

***

Yang terjadi kepada kita lebih banyak yang tidak kita pilih; hujan, gempa, banjir, kadang fitnah, ujian, menemukan uang, disebut menemukan karena itu bukan pilihan kita. Semua yang terjadi ini mungkin bukan pilihan, tetapi reaksi kita terhadapnya itu masalah keputusan kita. Orang-orang yang bereaksi baik akan mendapatkan reaksi baik dari orang lain. Kalau sesuatu yang buruk terjadi pada saya, saya bereaksi buruk terhadapnya, maka saya memantaskan kejadian buruk berikutnya.

***

Apapun yang terjadi kepada kita, mungkin bukan pilihan kita, tapi bagaimana kita menjadi pribadi setelah itu, sepenuhnya dalam tanggung jawab kita.

***

Kehidupan ini tidak mengizinkan perjalanan yang datar, yang lapang, itu tidak diizinkan oleh kehidupan. Kehidupan hanya mengizinkan dua arah perjalanan, kalau Anda sedang tidak baik, berarti Anda sedang turun. Setiap dari kita ini menua, melemah, melupa, melambat, sehingga kemampuan menghasilkan pendapatan yang sama itu menjadi tidak sama karena kita menjadi pribadi yang lebih lemah. Sehingga, hasil kita harus lebih besar, kemampuan mempengaruhi orang lain harus lebih kuat daripada proses pelemahan diri kita. Banyak sekali orang yang mengatakan hidupnya begini-begini saja, pasti tidak begini-begini saja, tapi melemah. Hati-hatilah kalau hidup Anda begini-begini saja, berarti Anda tidak lebih mampu daripada keharusan-keharusan Anda. Dan, orang yang merasakan hidupnya datar, adalah orang yang sedang turun, tapi dia sedang diberitahu perasaan hampir tidak berdaya itu.

***

Kita sebagai manusia bukan sebuah benda yang tidak akan menua, melapuk dengan berjalannya waktu. Kita bisa menua, melemah, karena waktu dan yang terjadi, maka kewajiban kita adalah memperbaiki diri. Jadi, pribadi yang aktif memiliki kesempatan yang lebih baik untuk hidup baik. Kalau yang mengatakan kepada saya, ‘Pak Mario, motivasi itu tidak perlu karena setelah saya bersemangat, tapi sebentar lagi hilang’. Ini orang yang tidak perlu mandi karena setelah mandi nanti kotor lagi.

***

Supaya positif sebetulnya mudah, hindari jangan sampai negatif. Betul kita dilahirkan dengan bakat-bakat kebaikan kita, tapi pada saat yang sama kalau kita tahu yang baik, tahu yang tidak baik, masalahnya kita menghibur, memelihara, membesarkan dan berfokus pada yang tidak baik. Yang tidak baik pada orang lain, bereaksi negatif atas perlakuan tidak baik orang lain, tunggu. Maka, berfokuslah pada yang positif.

***

Takdir tidak merampas apapun dari siapapun, karena takdir itu justru sesuatu yang harus dibuktikan. Orang yang tidak tahu takdirnya, dan seperti kita semua tidak ada yang tahu takdirnya, mengetahui tanggungjawabnya untuk menjadi sebaik-baiknya pribadi agar pantas bagi sebaik-baiknya takdir.

***

Bereaksilah seperti cara-cara orang yang berbahagia. Tanda-tanda orang yang berbahagia, pertama tersenyum, kedua bersyukur, ketiga damai. Orang yang gembira, damai dan bersyukur, karena definisi kebahagiaan adalah kegembiraan dalam perasaan damai yang penuh kesyukuran, akan bereaksi sangat santun terhadap orang lain. Tidak marah berlebihan kalau haknya diambil, karena itu juga kemauan Tuhan. Kejadian buruk terjadi padanya, dia tidak berlaku macam-macam karena dia sadar dalam pengamatan Tuhan. Karena yang dikasihiNya adalah jiwa kecil, lemah, yang diberi penderitaan lalu tetap berTuhan. ‘Tuhan, ini perilakuMu, aku terima. Kalau ada lagi yang ditambahkan lebih jelek dari ini, tolong aku diperkuat. Dan, kalau Tuhan merasa tidak perlu lagi, lepaskan aku dari penderitaan. Jadikan aku pribadi yang berbahagia’.

***

Kita tidak tahu takdir. Mengapa kita sibuk mengait-ngaitkan kehidupan kita dengan sesuatu yang kita tidak tahu? Apapun takdir kita nanti, apakah menjadi pemegang amanah, amanah itu penting, berbicaralah baik, menghormati, sayang ke istri, apapun takdirnya. Karena kalau ada orang baik sekali, Tuhan kan Maha Penyayang, masak sejak awal sudah mengincarnya untuk bikin susah. Seandainya ada rencana penyiksaan, rencana itu akan diubah karena dia sudah jadi lebih baik. Jadi kalau begitu, bagaimana kalau kita berfokus pada yang kita ketahui dan lakukan yang baik.

***

Orang yang menolong orang lain adalah orang yang diizinkan meneruskan kebaikan dari Tuhan. Menjadi kekuatan yang datang dari Tuhan. Bantulah orang yang susah karena doanya adalah pertolongan dari Tuhan. Doa itu, pertama untuk pertolongan. Kedua, untuk kekuatan.

***

Tidak ada keinginan di atas kemampuan kita nanti, yang ada itu keinginan di atas kemampuan kita sekarang. Kemampuan kita itu tumbuh, jadi jangan kecilkan keinginan. Lebih baik gagal mengupayakan sesuatu yang besar, daripada berhasil mengupayakan sesuatu yang kecil. Jangan batasi keinginan. Upayakan pertumbuhan kemampuan.

***

Jadilah pribadi yang lebih kuat dari sewajarnya. Semua kejadian bisa menyedihkan, tetapi jadilah pribadi yang hebat dalam kesedihan itu, dan jadikan pengertian kita mengenai kesedihan sebagai kekuatan yang mentenagai kerja kita.

***

Orang yang melalui pintu dan tidak berlama-lama melihat pintu itu adalah orang hebat, karena dia segera ingin sampai. Banyak orang berhenti di pintu, menganalisis kejadian, memprotes kejadian, padahal semua kejadian adalah pemberitahuan. Jadi apapun yang terjadi, melangkahlah.

***

Ada satu kampung terbakar, lalu ada orang-orang yang memprotes, marah kepada yang membakarnya, meminta ganti rugi. Ada orang-orang yang pergi ke kampung lain dan memulai kehiduapn baru. Dua bulan setelah kejadian itu, mana yang hidupnya lebih baik? Yang menerima kejadian lalu memutuskan meneruskan kehidupan. Karena orang-orang yang pertama mengharapkan penggantian dari orang lain, sedangkan orang-orang yang kedua mengharapkan penggantian dari Tuhan.

***

Biasakanlah. Kebiasaan adalah sesuatu yang kecil yang dilakukan berulang-ulang. Sesuatu yang kecil yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan, setelah jadi kebiasaan, menjadi nama orangnya. Orang yang terlambat, itu kejadian kecil, tapi kalau berulang-ulang, jadi kebiasaan terlambat, namanya mister telatan. Kita itu dinamai sesuai kebiasaan kita. Orang yang mau mengubah namanya harus mengubah kebiasaannya. Cara mengubah kebiasaan, memperbarui hal kecil yang diulanginya. Jadi, orang yang ingin berarti baik bagi kehidupan, melatih yang kecil-kecil, kalau istrinya memanggil, jawablah seperti dia satu-satunya wanita, perhatikan bagaimana kehidupan Anda baik, maka namanya sekarang suami yang penyayang. Kebahagiaan itu mudah datang karena kita mendahulukan kebiasaan baru yang baik.

***

Orang yang penakut dikalahkan oleh orang yang berani. Orang yang berani dikalahkan oleh orang yang nekat. Orang yang nekat dikalahkan oleh orang yang gila. Satu kualitas terhebat yang bisa dicapai anak manusia, yang tidak bisa dikalahkan oleh semua orang itu, yaitu lebih gila. Karena dia berada dalam perawatan Tuhan langsung. Bisa dibayangkan itu. Jadi, kalau Anda merasa tidak pandai, semakin dekatlah kepada Tuhan, karena butuh bantuan. Semakin tidak pandai berdagang, semakin dekatlah kepada Tuhan. Jadi kalau begitu, keberhasilan itu kalau tidak kita miliki, bisa kita ganti dengan keberserahan kepada yang Maha Berani.

***

Semua kejadian adalah pemberitahuan agar kita memperbarui kehidupan. Jadi apapun yang terjadi, melangkahlah.

***

Semua yang kita inginkan tidak berada di tempat kita berada sekarang, semua yang kita inginkan ada di tempat dimana kita tidak berada sekarang. Itu sebabnya, kita tidak mensyukuri istri yang cantik, anak yang sehat lucu, kucing, motor tidak disyukuri, mobil tidak disyukuri, karena yang kita inginkan belum ada di sini. Jadi, orang yang mau menemukan keberhasilan harus belajar mensyukuri yang dimilikinya. Kita itu menginginkan yang belum kita miliki. Padahal, kebahagiaan itu dibangun dari rasa syukur terhadap yang kita miliki.

***

Siapa yang menaruh keinginan di dalam hati kita? Tuhan. Tuhan itu Maha Pengasih, apakah mungkin diberikan keinginan di hati kita tanpa disertakan kewenangan untuk mencapainya? Kan, kasihan sekali orang itu, tersiksa di malam-malam tidak bisa tidur karena menginginkan kebesaran, menyejahterakan banyak orang, ada kewenangan di situ. Kalau kita bergaul dengan lingkungan yang baik, kita akan dibantu menemukan keinginan itu. Waktu kita mencuci motor, ‘Terima kasih, Tuhan’. Bersyukurlah. Kalau kita sudah punya mobil yang lebih baik, bersyukur. Masih boleh punya armada taksi setelah itu? Boleh. Bersyukur itu harus, lebih bersyukur itu hak. Kalau berani menginginkan lebih dari itu, kita bekerja keras, mensyukuri dengan akhlak yang lebih tinggi. Nah, kalau ada orang besar yang sudah dimuliakan lalu jatuh, belajarlah, mengapa orang besar lupa bahwa hukum kebaikan itu terus berlaku?

***

Kebahagiaan orang itu penting sekali bagi Tuhan. Ia turunkan rasul, kitab-kitab suci, supaya kita menjadi pribadi yang berpihak pada yang baik, melakukan yang baik, supaya kita hidupnya baik. Kita ini kadang merasa kecil hati, dalam berlaku melihat peliknya kehidupan. Kita memang sedih melihat kelakuan orang lain, tapi sebetulnya lebih sedih melihat kelakuan kita sendiri. Kita semua akan mengalami kejadian, bisa baik dan tidak baik, tetapi yang lebih penting adalah kualitas dari reaksi kita terhadap kejadian. Dan, kita tidak bisa disebut orang kecil kalau kita bereaksi anggun terhadap yang terjadi. Sesuatu yang buruk terjadi, menangislah seperti tangisan orang besar, marahlah sebentar seperti marah-marahnya orang bijak. Tetapi segera setelah itu, berlakulah baik, katakanlah baik, itu tidak bikin salah. Maka, pilihlah reaksi yang memuliakan kehidupan, pilihlah reaksi yang memuliakan orang lain, lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1035)

10. Hak untuk Berbahagia


Saya berdoa kepada Tuhan agar saya diberikan kelancaran bicara untuk menyampaikan perasaan berduka kepada semua Ibu yang kehilangan putra-putrinya, terutama yang sedang bersekolah, yang sedang belajar. Itu tidak mudah, tetapi bagi Ibu yang sekarang sedang memarahi dirinya karena anaknya disuruhnya sekolah, belajar dan meninggal dalam proses itu, marilah kita membayangkan sedikit sekali keadaan yang lebih baik bagi anak-anak kita untuk diambil, dijemput oleh malaikat, kecuali mereka sedang belajar.

***

Jangan bayangkan kematian itu pedih seperti kita pedih melihatnya, karena istilah dijemput malaikat itu bukan proses yang menyedihkan atau sakit, karena bisa saja mereka tidak merasakan sakit itu, mereka tidak merasakan pahit itu, karena mereka dijemput dalam kemuliaan. Yang ingin saya ingatkan, yang mudah bagi kita mengerti secara logis, bahwa tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian. Sekarang saya tanya, waktu kita berdiri di luar, kena matahari, Anda merasakan panasnya. Setelah masuk ruangan berpendingin, Anda merasa panas? Tidak. Tapi Anda tetap merasakan panasnya di luar tadi. Waktu Anda merasakan kedinginan, setelah masuk ke tempat hangat, tidak merasakan dingin, tapi Anda yang merasa tetap ada.

***

Setiap jiwa merasakan kematian, tetapi jiwanya tidak mati. Jiwa hanya merasakan kematian dari badannya, jiwanya hidup. Apalagi orang-orang yang meninggalnya dalam proses memperbaiki diri, sekolah, training. Jadi, setiap jiwa merasakan kematian, iya, kita semua mengerti dan sudah menerima. Tapi, kita bersyukur anak-anak hidup dalam pemeliharaan penuh kasih sayang Tuhan. Adik-adik kita yang pergi itu sebetulnya berharap yang ditinggalkannya hidup berbahagia. Maka, janganlah terlalu lama bersedih. Ingatlah kebahagiaan yang telah pernah dibagikan adik-adik selama hidup. Kita mengerti dan menerima kematian, yang tidak bisa kita mengerti adalah waktu dan caranya. Tetapi kalau kita dikasih pilihan mengenai waktu dan caranya, kita tidak akan pernah ikhlas mengenai kematian. Itu sebabnya kita harus ikhlaskan pada Tuhan bahwa Tuhan lah yang terbaik untuk memilih kapan kita dijemput dan bagaimana kita dijemput.

***

Kita tidak bisa mengendalikan apa yang dikenakan kepada hati kita, tetapi kita memiliki kendali total atas apa yang kita lakukan. Maka marilah kita bersedih, tetapi dalam kesedihan itu kita ubah kesedihan itu menjadi kesungguhan untuk menuliskan sejumlah uang untuk dikirim. Berapa banyak orang mencatat nomor rekening di teve itu untuk berjanji mengirimkan dan tidak pernah mengirimkan. Mudah bagi kita untuk melupakan penderitaan karena itu bukan penderitaan kita. Tetapi kalau kita bersaudara, segerakan membantu, karena proses membantu orang lain itu menguatkan kita. Mudah-mudahan dalam kesedihan kita, karena ketulusan kita, Tuhan campur tangan dengan sebesar-besarnya peran, sehingga yang tidak perlu kita alami yang namanya penderitaan, dijauhkan dari kita, dijauhkan dari tetangga kita, dijauhkan dari bangsa kita.

***

Kebahagiaan adalah masalah keputusan. Hidup yang berbahagia adalah untaian dari keputusan untuk berbahagia dari waktu ke waktu berikutnya. Maka, putuskanlah untuk berbahagia, sehingga Anda akan fokus pada yang membahagiakan.

***

Bagaimana kalau Anda tidak punya tempat, tetapi Anda ingin memberi tempat kepada orang lain yang namanya kebahagiaan? Tidak ada satu tempat dibiarkan kosong- kalau itu dikosongkan karena kebaikan- maka Tuhan lah yang mengisikan kotak itu bagi Anda agar Anda punya sesuatu untuk diberikan. Jadi, orang yang ingin berbahagia harus berupaya membahagiakan orang lain, karena kesadaran untuk berbahagia itu diberikan karena Anda peduli untuk membahagiakan orang lain. Jadi, Anda tidak mungkin memberikan kebahagiaan, karena kebahagiaan itu sudah ada di dia, kebahagiaan itu sudah ada di kita. Jadi, yang kita lakukan adalah membantunya mensyukuri kualitas indah yang namanya kebahagiaan, sehingga dengan proses itu kita menjadi pribadi yang lebih peka pada kebahagiaannya sendiri.

***

Kesulitan, bencana seperti ini, salah satu tujuannya adalah untuk melihat aslinya diri kita, sebagai pribadi yang baik, sebagai pribadi yang santun. Saya tidak percaya waktu orang mengatakan, bahwa saudara-saudara kita di padang sukabumi toli-tilo dimana punmereka berada karena dipimpin oleh orang yang tidak amanah. Tuhan terlalu kaya untuk tersinggung karena harta rakyat dikorupsi oleh beberapa orang. Kita sedang diuji kepedulian kita untuk mengasihi saudara kita. Pemimpin Yang telah melakukan hal hal baik ini tidak berhak hanya untuk dikritik, mereka juga sudah melakukan yang trbaikhal baik, dan jkalau kita betul2 tahu, itu tidak mudah, tetapi pemimpin juga tidak boleh mengeluh bahwa itu tidak mudah, karena mereka mengambil tugas sebagai pemimpin, sehingga tanggung jawab bagi mereka ad menjadi pribadi2 tyg menyiapkan kita bagi keadaan seperti ini, tidak ada pemimpin yang berhasil tanpa rakyat yang berhasil. Maka marilah kit amembangun persaan bersaudara, gotong royong, Budi pekerti dan kesantunan kita sebagai bangsa, itu harapan kita.

***

Masa lalu itu jangan dilihat sebagai potongan sejarah yang besar. Masa lalu, dua menit tadi ini sudah menjadi masa lalu. Jangan melihat masa lalu sebagai momok yang besar. Kita sedang membesarkan masa lalu. Dua detik ini telah menjadi masa lalu. Banyak orang yang hari ini pekerjaannya tidak dihormati, hubungan dengan orang lain tidak dimuliakan, sehingga dia sedang membangun masa lalu yang tidak baik. Untuk apa kita berepot-repot memikirkan jeleknya masa lalu, kalau yang sekarang kita kerjakan adalah membangun masa lalu yang lebih buruk lagi. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah kita dengan masa lalu adalah menjadikan pribadi kita yang pantas untuk masuk ke masa depan yang cemerlang. Sehingga saat Anda nanti berhasil dan sampai di sini, Anda akan melihat semua penderitaan ini sebagai cerita. Karena semua keberanian Anda menjadi indah. Bukan sampai dimana, dari mana Anda berangkat juga penitng. Orang mau berangkat dari penderitaan sampai tempat yang baik.

***

Jangan sampaikan semua rahasia Anda. Semua orang yang mencapai kebesaran dalam hidupnya mengeluarkan rahasia hatinya secara bertahap. Sedikit demi sedikit. Seorang pemulung yang kemudian menjadi pengusaha besar itu tidak langsung menyampaikan ke teman pemulungnya bahwa dia akan memiliki pabrik tapioka. Dia mengatakan akan membuat pengait sampah yang lebih baik, dia akan cari bahan yang baik lalu dijualnya. Orang yang menderita karena rencana-rencananya sangat tidak strategis mengenali rahasia-rahasia hatinya. Bahkan istrinya pun menertawainya, waktu dia bilang, ‘Adinda, aku mau menjadi menteri’. Istrinya terbahak-bahak, ‘Kamu tidak bisa lihat wajahmu?’ Strategislah dalam rencana-rencana Anda. Simpanlah, sampai orang-orang mengerti kesungguhan yang paling rahasia di hati Anda.

***

Keputusan yang berdampak adalah keputusan yang tegas. Dan ketegasan untuk berbahagia datang dari keikhlasan yang membahagiakan. Maka tegaslah memutuskan untuk berbahagia sekarang. Tempat terbaik untuk berbahagia itu di sini. Dan cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain.

**

Kadang-kadang kita berharap, setelah diturunkannya rasul-rasul, kitab-kitab suci, para wali, manusia otomatis baik, sehingga kita terheran-heran melihat pejabat sudah punya istri baik, masih berselingkuh, yang membuatnya dipermalukan secara nasional. Pejabat yang lain akan ada lagi. Yang merasa bahwa dia bebas dari hukuman, perhatikan pejabat itu, ngomong apa saja, anak buahnya bilang iya, sehingga para pejabat itu, para pemimpin itu tidak merasa bisa salah. Sedangkan kita yang kecil-kecil ini yang sering dimarahi, ini nggak boleh, itu nggak boleh. Itu sebabnya masjid, gereja, kuil, kelenteng, pura, tidak akan pernah tutup karena kebutuhan untuk memperbaiki sikap manusia itu abadi. Orang-orang yang mengambil tugas untuk membaikkan perilaku, selalu dipelihara Tuhan. Untuk setiap lingkungan, setiap masa, setiap tahun, akan diturunkan pembawa berita, kadang-kadang berita itu kelihatan, kadang harus dibuktikan dengan selentingan kecil.

***

Kebahagiaan adalah tidak adanya ketidakbahagiaan. Jadi, orang yang berhasil menyingkirkan ketidakbahagiaan, ia jadi bahagia. Mari sekarang kita mengerti apa yang tidak membahagiakan, yaitu ada dua. Yang pertama disebut kekhawatiran. Yang kedua, kekhawatiran yang kuat sekali disebut ketakutan. Tidak ada orang bisa khawatir lalu bahagia, tidak ada orang takut lalu berbahagia. Itu sebabnya Tuhan mengatakan, ‘Kalau kamu beriman kepada-Ku, kamu berhenti khawatir. Karena Aku tempat sebaik-baik kembalinya urusan’. ‘Kalau kamu takut, bukankah aku beritahumu, hanya takutlah kamu kepadaKu’. Kok, takut dipecat. Kok, takut difitnah.

***

Mengelola kebahagiaan itu memihakkan diri kita pada hal-hal yang membuat kita tidak khawatir. Kalau ada satu masalah bisa Anda selesaikan, jangan khawatir, selesaikan. Kalau sebuah masalah itu tidak bisa diselesaikan, khawatir pun tidak akan menyelesaikannya, kan? Sehingga, janganlah khawatir. Tetapi, sebagian besar di antara kita sedang mengkhawatirkan hal-hal yang sebetulnya bisa kita selesaikan, lalu kita menyalahkan Tuhan untuk hal-hal yang sebetulnya bisa kita perbaiki. Jadi, sebetulnya kebahagaian itu hak, tapi sebagaimana hak, kita harus memantaskan diri untuk menerimanya.

***

Selalu perhatikan, perasaan senang, bahagia, gelisah, ditentukan oleh yang kita lakukan atau yang kita hindari. Perhatikan, kalau kita melakukan sesuatu yang baik, langsung rasanya baik. Menghindari hal yang tidak baik, langsung bahagia. Melakukan yang tidak baik, langsung mengarang cerita bahwa itu tadi bukan kesalahan, untuk merasionalisasi, mencari pembenaran, ‘Kan, terpaksa’, ‘Kan, nggak apa-apa toh, kan orang lain juga begitu’. Bagaimana kalau kita berpihak kepada yang baik, menjadikan kita berhak bagi yang baik? Kalau kita belum bisa berbahagia, jadilah pribadi yang pantas dibahagiakan. Dan, pribadi yang pantas dibahagiakan adalah pribadi yang berpikiran baik, yang perasaannya baik, yang dilakukannya baik. Dan, semua yang disebut baik itu selalu membaikkan perasaan orang lain. Berfokuslah pada yang membahagiakan orang lain lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1034)

9. Saya + Tuhan = Cukup


Saya + Tuhan = Cukup. Kita melihat bahwa kalau teh + gula = manis. Apa yang terjadi kalau manisnya itu ternyata kopi manis? Kesalahan. Berarti kita tidak cek, itu teh atau bukan, ternyata itu kopi. Paling parah kalau ternyata itu kopi asin. Kalau begitu, waktu dikatakan saya + Tuhan = cukup, cek apa betul itu saya. Apakah saya masih membawa perasaan bersalah, dosa, dendam di masa lalu, sehingga yang ada masih pribadi masa lalu yang pura-pura menjadi pribadi di masa sekarang. Yang kita butuhkan adalah pribadi yang sekarang, yang menerima dirinya adanya. Saya + Tuhan, yang tidak diganti dengan yang lain; arah rumah, ukuran pintu, batu celup yang menyembuhkan penyakit. Cek apa kita berserah dalam kekuatan terbesar dalam kehidupan ini.

***

Pertama kali tersenyumlah kalau orang salah mengerti, berkasih sayanglah pada orang yang bertanya.

***

Kita itu punya keharusan. Dalam hidup ini ada keharusan-keharusan. orang Stres adalah kemampuannya lebih kecil daripada keharusan-keharusannya. Orang yang damai adalah kemampuannya lebih besar daripada keharusan-keharusannya. Selama Anda lebih mampu dari keharusan, disebut cukup. Keharusan itu tumbuh. Waktu lajang, keharusan untuk diri sendiri. Setelah menikah, keharusan ada untuk diri sendiri dan pasangan. Setelah anak lahir, keharusan untuk diri sendiri, pasangan dan anak. Jadi, kita ini insan-insan yang sedang bersaing dengan keharusan-keharusanNya. Ada orang yang ditekan oleh keharusan-keharusan, dan orang yang hebat adalah yang mengharuskan dirinya, bahkan lebih besar daripada yang diharuskan oleh orang lain.

***

Tuhan itu pemilik keajaiban, jadi sebagai owner (pemilik). Karena Beliau Maha Pengasih, pemberi, sehingga kita harus menjadi pribadi yang mudah masuk di dalam keadaan yang menjadikan owner ini sebagai giver (pemberi). Jadi, harus ada yang kita lakukan supaya Tuhan tidak hanya memiliki keajaiban, tetapi memberiakn keajaiban. Apa yang membuat kita diberi? Meminta. Apa yang kita lakukan pada orang kalau meminta? 'Minta'. Berapa banyak orang yang sederhana sekali dalam permintaannya, 'Tuhan, aku minta sedikit saja dari keajaibanMu yang menjadikan orang biasa, hebat dalam kehidupan, lakukanlah yang sama kepadaku'. Minta. Ada orang yang tidak bisa bicara selancar itu, 'Tuhan, aku tidak tahu cara meminta, tapi aku buktikan dalam pekerjaanku’. Kalau kita bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, apakah kita meminta? Tidak. Kalau kita melakukan sesuatu yang bisa dibantu orang, apa minta bantuan yang lebih dari bantuan orang? Tidak. Lakukanlah sesuatu yang hanya bisa ditolong Tuhan. Lakukan sesuatu yang besar yang terlalu besar untuk dibantu manusia, ‘Ingin membersihkan sungai di seluruh Indonesia, ingin membersihkan pantai di seluruh Indonesia’, minta yang tidak bisa dibantu manusia, itu tanda Anda meminta keajaiban Tuhan. Itu proses saya + Tuhan = cukup.

***

Semua orang yang tidak dekat Tuhan, tidak damai. Baru tidak dekat saja tidak damai, apalagi tidak ada Tuhan dalam kehidupannya. Orang-orang yang mengatakan tidak ada Tuhan, akan dibuat terpaksa berada dalam keadaan berharap sesuatu yang besar, yang kita sebut Tuhan. Saya kenal orang yang seperti itu, ia berada dalam keadaan didera kanker yang ganas sekali. Dalam kesendiriannya ia bilang, ‘Tak ada seorang pun yang bisa membantuku’.

***

Saya is not simpel, saya is very powerfull. Jangan lihat diri Anda hanya badan, lihat diri Anda keajaiban. Lihat tanda dari keajaiban, Anda diingat, dihormati, didengarkan. Jangan sederhanakan yang hebat yang namanya saya.

***

Apakah Tuhan tidak hadir waktu kita tidak panggil? Apakah Tuhan tidak ada waktu kita lupakan? Dilupakan pun Tuhan itu hadir. Yang tidak hadir itu di hati Anda. Beliau ada. Pertanyaannya, ada nggak dalam kesadaran Anda?

***

Orang yang mengatakan pemberian Tuhan kurang adalah orang yang memberikan apa yang diterimanya. Yang diterimanya, diberikan kepada orang lain, baru bisa bilang kurang. Yang tidak memberi tidak bisa bilang kurang karena ia tidak memberi. Ada paradoks dalam harta; semakin kita menyimpannya semakin kita harus mempertahankannya, semakin kita memberikan semakin mudah mendapatkannya. Sulit dipercaya. Jadi, memberilah karena Anda tidak mungkin bisa memberi tanpa lebih pantas untuk menerima.

***

Banyak orang memiliki sesuatu yang tidak dianggap sesuatu karena ia tidak mau mengenalinya sebagai berkat. Keberadaan kita sendiri adalah berkat. Sadarilah kita, saya, ada. Dan saya tidak sederhana. Kalau saya kelihatan sederhana, karena saya adalah sederhana dalam kesadaran saya. Kalau saya perbaiki kesadaran saya, saya jadi bernilai.

***

Saya + Tuhan = Cukup, berarti saya mensyukuri kelahiran saya, mensyukuri orang tua saya. Orang yang berani itu membanggakan orang tuanya. Bahwa dia telah dilahirkan menjadi pribadi kuat yang tadinya dipikir tidak mungkin dicapainya. Berapa banyak orang yang dikatakan tidak mungkin sebelumnya, hidup dalam kemungkinan-kemungkinan yang ajaib? Orang yang memuliakan orang tua, bagaimana mungkin mengabaikan orang lain. Hanya orang yang berani yang berupaya, karena upaya dan upayanya, karena orang berupaya, damai dengan keadaannya, gembira dengan keadaannya, berani melakukan yang tidak mungkin.

***

Apakah dibutuhkan doa yang banyak bagi Tuhan untuk melakukan sesuatu yang ajaib bagi kehidupan kita? Tidak. Bahkan, tidak miminta pun, kalau Tuhan melihat kita pantas dapat hadiah, diberikan. Jadi ajakannya, bukan memberi karena meminta. Yang diajarkan, memberi karena mengerti, bahwa sebagian milik kita adalah hak milik mereka yang membutuhkan bantuan. Tanda kita syukur adalah kita membagi. Apapun yang dikatakanNya, kalau kita berlaku pada sesama, memberi bukan karena diminta, tapi mengerti, Tuhan berlaku yang sama.

***

Jadi sebetulnya Tuhan tidak membutuhkan banyak. Yang sangat dinantikannya adalah kepantasan. Itu sebabnya jadilah pribadi yang lengkap yang spiritual dan profesional. Yang spiritual, yang berdoanya seperti kepandaiannya tak ada gunanya. Yang berdoanya seperti upayanya tidak berguna. Yang profesional, yang bekerjanya seperti Tuhan tidak akan membantunya. Bayangkan hebatnya orang itu, maksimal kedekatannya kepada Tuhan, maksimal kegunaannya bagi orang lain.

***

Yang menghebatkan kehidupan kita bukan tepat atau salahnya pilihan kita, tapi fakta bahwa kita memilih. Tugas kita itu memilih. Salah atau benar, kita tidak tahu. Kalau disayang Tuhan, salahnya dibetulkan supaya berhasilnya besar. Setelah memilih, kita menerima tanggung jawab dari pilihan itu.

***

Tuhan itu memiliki keajaiban, tapi kita tidak melakukan keajaiban untukNya. Baru memuja-memuji tapi belum meminta. Mengeluh, malu untuk meminta, merasa tidak pantas meminta. Tuhan itu tahu sekali kalau kita mengakui keberadaan Beliau. Orang super tidak berhenti membiarkan Tuhan menjadi pelaksana keajaiban. Mintalah Tuhan jadi pemberi dari sebagian kemampuannya pada kita, sehingga Beliau titipkan sebagian kemampuan itu kepada kita. Kita mengertinya dengan istilah wibawa, pengaruh, kharisma, berdampak. Minta, kalau betul-betul kita mengakui keberadaan pemilik keajaiban, beranikan diri untuk mendekat kepada beliau, 'Tuhan, sekarang aku meminta Engkau, berikan sebagian dari kemampuan untuk membaikkan kebaikan.'

***

Apa yang menyebabkan orang kesepian di tempat ramai, adalah apabila ia tidak menjadi sahabat bagi dirinya sendiri. Dia tidak merasa senang bersama dirinya. Dia tidak menyadari dirinya ada, sehingga kalau sendirian, 'Lho, kok tidak ada orang?' Sebelum mengerti konsep apapun mengenai saya, kembalilah pada kesadaran bahwa Anda tidak pernah sendirian kalau Anda bersahabat dengan diri Anda sendiri. Apakah Anda bicara penuh kasih sayang pada diri Anda sendiri? Hormati diri Anda, letakkan penghormatan yang tinggi pada diri Anda, sehingga Anda mulai berjalan seperti membawa barang mahal.

***

Yang kita pikirkan akhir dari perjalanan kehidupan kita, kita cek, kalau kita menerima Tuhan dengan kesadaran Saya + Tuhan = Cukup, kita akan damai, karena damai menjadi gembira, karena gembira menjadi lebih positif melihat sesuatu, sehingga lebih berani. Karena berani, saya berupaya. Karena upaya saya itu terjadi dalam waktu, dan waktu itu berlanjut, maka upaya yang berlanjut itu perjalanan. Hidup itu sebuah perjalanan yang diisi upaya dari waktu ke waktu, karena kita gembira, damai, karena kita berguna. Kembali lagi, tetap berangkat ke Tuhan dan kembali ke Tuhan.

***

Sucikanlah pikiran kita dengan selalu menyadari keberadaanNya, sehingga tidak mungkin kita melakukan tindakan yang memalukan. Sucikanlah hubungan Anda sendiri dengan diri sendiri dan dengan orang lain, lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways
by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1033)

8. Kembali Polos


Kualitas dasar kita adalah pemenang. Sehingga, kembali ke fitrah adalah kembali ke kualitas yang berbakat bagi kemenangan-kemenangan. Untuk itu, cara yang paling mudah adalah kembali polos, kembali merasa tidak dibatasi oleh apapun, sehingga kita tidak malu lagi untuk angkat tangan untuk menyatakan keinginan, tidak lagi membatasi ukuran yang ingin kita capai.

***

Tindakan kebaikan adalah tindakan kebahagiaan. Kalau Anda ingin bahagia, lakukanlah yang baik.

***

Orang Jawa bilang ‘nggak ilok’, ‘ewuh pakewuh’, ‘sungkan’, ‘nanti kualat’, banyak sekali kata yang tidak membesarkan hati. Jadi, kita sebetulnya disandera oleh pendapat-pendapat kita sendiri mengenai yang tidak mungkin. Semakin Anda yakini banyak yang tidak mungkin bagi Anda, semakin Anda tidak tumbuh. Kembalilah polos, pertama dengan menjadi orang yang penuh hormat. Orang yang penuh hormat, akan menghormati dirinya sendiri, tidak mungkin melibatkan diri ke dalam pergaulan yang tidak berguna. Kedua, dengan menjadi pribadi yang lebih langsung. Kalau mau, minta. Kalau tidak setuju, katakan. Ketiga, menjadi pribadi obsesif, fokus yang tergila-gila. Keempat, menjadi pribadi yang harus cepat bosan. Banyak orang ahli yang bosan akan membangun keahlian baru. Jangan setia pada satu hal saja, hidup Anda terlalu penting untuk satu bidang. Itu namanya polos.

***

Kalau ada orang yang mengatakan, ‘Saya sudah melakukan yang terbaik, tapi Tuhan....’ Jangan bawa Tuhan dulu, karena ada orang yang bisa melakukan yang lebih baik dari Anda. Berarti yang terbaiknya belum cukup. Itu pemberitahuan pertama. Karena yang disebut paling baik itu kan sekarang, kualitas kita sekarang, kualitas cara-cara kita sekarang. Jangan salahkan Tuhan untuk cara-cara yang bisa kita perbaiki.

***

Pasrah hanya boleh dilakukan dan dikatakan oleh orang yang sangat hebat, yang telah menggunakan sebaik-baiknya cara, yang telah membangun sebaik-baiknya hubungan, itu dicobanya lagi, dicobanya lagi. Itu orang yang berhak mengatakan pasrah, setelah yang terbaik dilakukan. Selain itu, hanya pemalas, belum memulai apa-apa sudah pasrah.

***

Akan selalu ada orang yang mengganggu kita. Sebetulnya, kalau ada orang jahat datang pada Anda, orang itu sedang diperankan Tuhan untuk jahat pada Anda. Kalau ada orang tidak jujur, ia sedang dibuat berperan tidak jujur. Supaya kita tampil sebaik mungkin pada yang diperankan dia. Masak iya, ada yang berlaku jelek, kita juga berlaku jelek, kan kita diamati di depan orang itu.

***

Waktu badan kita menyembah, apa hati kita juga menyembah? Waktu bibir mengucapkan ayat, apa hatinya bicara? Bukan ritualnya, tapi kesertaan hati kita dalam proses menjadi pribadi yang polos.

***

Polos itu juga berwarna. Apakah kita merasa berwarna setelah punya warna? Apakah Anda jadi pemimpin setelah menjabat? Apakah Anda jadi pria setelah menikah? Jangan mensyaratkan kelengkapan untuk Anda merasa lengkap. Jangan menyaratkan kekayaan untuk Anda merasa kaya. Orang yang memiliki dirinya seutuhnya telah sangat kaya.

***

Kalau selama ini kita dibatasi oleh pendapat kita yang mungkin atau tidak mungkin, boleh atau tidak boleh, begitu kita mengabaikan itu semua, menjadi pribadi yang berhak apapun itu, dia sudah menang.

***

Sadarilah, kelemahan itu ada karena kekuatan kita tidak dominan. Kelemahan itu kelihatan karena kekuatan Anda tidak dominan. Kembangkan satu kekuatan Anda, orang akan memaafkan segala kelemahan Anda. Sehingga, kalau mau jadi pribadi polos dan khusus, kembangkan kekuatan, bukan rewel, mengeluh pada Tuhan mengenai kelemahan. Katakan, ‘Tuhan, dari semua kelemahan yang ada pada diriku, aku melihat satu kekuatan yang bisa kukembangkan’. Mendahulukan syukur bagi sekecil-kecilnya kekuatan.

***

Serahkan diri Anda bagi penggunaan. Apakah Anda tertarik dikhususkan banyak orang? Kalau tertarik, khususkanlah setiap orang yang Anda temui. Gunakan kekuatan Anda bagi keuntungan orang lain. Apapun yang Anda miliki, jadikanlah orang lain untung dengan yang Anda miliki, maka Anda akan menjadi besar.

***

Televisi itu penting tapi tidak boleh menjadikan Anda terganggu kedamaiannya. Ambil yang penting. Kalau kita mau jadi pribadi yang polos, melihat teve, mendengar radio, baca koran, ini caranya: semua kejadian, tidak bernilai negatif atau positif, kita yang menempelkan nilai negatif, berita apapun itu. Menyikapi segala sesuatu itu meletihkan sekali. Orang polos melihat segala sesuatu tidak bernilai lalu memilih yang ditetapkan bernilai baik, dia menempel di proses itu, dalam proses yang membesarkan pribadi.

***

Semua orang harus menyadari bahwa apabila dirinya belum penting, itu karena dia belum digunakan untuk tujuan-tujuan kebaikan orang lain. Karena orang yang digunakan bagi kebaikan banyak orang, selalu dilindungi, dipelihara, dimodali oleh pemilik kehidupan, karena Tuhan sangat berkepentingan bagi keberhasilan orang baik. Jadilah pribadi polos, langsung bicara pada Tuhan, mintalah peran, ‘Tuhanku, aku minta kepadamu peran yang besar. Pekerjakanlah aku, Tuhan. Jadikanlah aku tenaga yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Minta itu saja. Di luar permintaan Anda, pantaskan Anda bagi peran Anda, lalu perhatikan apa yang terjadi.


# (setengah halaman)
Minggu, 27 September 2009

Tangga Menuju Surga

Entah mengapa kita selalu melihat surga sebagai sebuah tempat yang harus dicapai dengan keadaan naik, sehingga naik itu membuat kesan sulit, seram. Kalau tidak, kita akan di bawah. Lalu menggambarkan neraka di bawah. Jadi kalau begitu, mungkin kita harus mengingat lagi, bagaimana kita menyikapi yang naik dan turun dalam kehidupan, karena banyak orang mampu hidup dengan kualitas kesurgaan dalam kehidupan dunia. Bahwa, tidak semua yang mengkilat itu emas. Tidak semua yang gemerlap itu bernilai. Dan, ada orang yang menganggap bahwa jalan menuju surga bisa dibayar dengan uang. Padahal, perjalanan menuju surga hanya bisa dilakukan dengan kepantasan, bukan harga, bukan harta, bukan uang, karena banyak orang berharta banyak yang tidak pantas bagi kebaikan, tidak pantas bagi surga. Kesimpulannya, tiket masuk surga, mata uangnya adalah kebaikan.

***

Waktu Anda menghadap kemanapun, sadarlah Anda menghadap Tuhan. Kalau kita sadar menghadap kemanapun kita menghadap Tuhan, kejadian apapun terletak di antara kita dengan Tuhan, dan Tuhan menyaksikan. Itu sebabnya, berlakulah sebaik-baiknya yang terjadi karena kita dalam pengamatan Beliau.

***

Kalau kita mencintai Tuhan, selalu perintahnya; apabila kamu mencintaiku, muliakanlah saudaramu; kalau kamu mencintaiku, bicaralah yang santun kepada saudaramu; kalau kamu mencintaiku, memimpinlah dengan adil. Tidak ada kecintaan kepada Tuhan yang tidak dibuktikan dalam kehidupan.

***

Bukti bahwa kita mencintai Tuhan, kita menuruti perintah beliau untuk memuliakan kehidupan.

***

Apapun yang dikatakan orang tentang karakter Anda, jadikanlah Anda pribadi yang kuat, izinkanlah diri Anda mengabdi pada orang yang kuat, lalu izinkanlah dia menjadikan Anda: wakilnya. Kalau Anda mewakili seseorang yang kuat, Anda menjadi orang yang kuat.

***

Kalau Anda mencintai Tuhan, jangan biarkan uang berapapun jumlahnya membuat Anda tidak damai di hadapannya.

***

Apa maksud Tuhan, waktu kita dibuat tidak punya apa-apa? Supaya kita tahu kita punya Tuhan.

***

Kalau di surga, kita dibuat sebaik-baiknya, di bumi kita menjadikan diri sebaik-baiknya.

***

Jika Anda membutuhkan kehidupan yang baik, Anda butuh sesuatu yang membaikkan. Dan hukumnya, hanya kebaikan yang membaikkan.

***

Pekerjaan yang paling sedikit saingannya adalah pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Berapa banyak orang sekarang tidak sungguh-sungguh, menunggu digaji besar, menunggu dihormati atasan, menunggu dinaikkan pangkat, menunggu di tempatkan di kantor yang baik, menunggu ditempatkan di kota yang baik. Dan semua orang yang berhasil, melalui jalur karier itu. Apapun pekerjaannya, sungguh-sungguh, bukti pantas untuk naik, kuat, sampai akhirnya dia berwenang.

***

Semakin banyak tenaga untuk meragukan sesuatu, Anda menjadikan yang ragu-ragu sebuah keyakinan. Coba, Anda mau berbisnis, ragu-ragu, lama-lama yakin tidak bisa berbisnis, karena yang Anda fokuskan akan tumbuh. Dalam kehidupan, kita tidak boleh berlama-lama tidak tegas antara jadi dan tidak jadi. Harus ada ketegasan. Gunakan tenaga sebagai orang baik, pribadi berwenang yang membaikkan.

***

Tuhan berada di mana-mana. Kita menghadap Tuhan, kemanapun wajah kita arahkan. Undangannya pada kita adalah untuk selalu sadar, sebetulnya kita menghadapkan wajah ke Tuhan, dan sangat sadarlah kita sedang diharapkan untuk berlaku baik. Kalau kita dalam kesadaran dan berlaku baik, maka yang kita lakukan adalah kebaikan, dan hanya kebaikan yang membaikkan, berlaku baik, lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1032)