Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

10. Hak untuk Berbahagia


Saya berdoa kepada Tuhan agar saya diberikan kelancaran bicara untuk menyampaikan perasaan berduka kepada semua Ibu yang kehilangan putra-putrinya, terutama yang sedang bersekolah, yang sedang belajar. Itu tidak mudah, tetapi bagi Ibu yang sekarang sedang memarahi dirinya karena anaknya disuruhnya sekolah, belajar dan meninggal dalam proses itu, marilah kita membayangkan sedikit sekali keadaan yang lebih baik bagi anak-anak kita untuk diambil, dijemput oleh malaikat, kecuali mereka sedang belajar.

***

Jangan bayangkan kematian itu pedih seperti kita pedih melihatnya, karena istilah dijemput malaikat itu bukan proses yang menyedihkan atau sakit, karena bisa saja mereka tidak merasakan sakit itu, mereka tidak merasakan pahit itu, karena mereka dijemput dalam kemuliaan. Yang ingin saya ingatkan, yang mudah bagi kita mengerti secara logis, bahwa tiap-tiap jiwa akan merasakan kematian. Sekarang saya tanya, waktu kita berdiri di luar, kena matahari, Anda merasakan panasnya. Setelah masuk ruangan berpendingin, Anda merasa panas? Tidak. Tapi Anda tetap merasakan panasnya di luar tadi. Waktu Anda merasakan kedinginan, setelah masuk ke tempat hangat, tidak merasakan dingin, tapi Anda yang merasa tetap ada.

***

Setiap jiwa merasakan kematian, tetapi jiwanya tidak mati. Jiwa hanya merasakan kematian dari badannya, jiwanya hidup. Apalagi orang-orang yang meninggalnya dalam proses memperbaiki diri, sekolah, training. Jadi, setiap jiwa merasakan kematian, iya, kita semua mengerti dan sudah menerima. Tapi, kita bersyukur anak-anak hidup dalam pemeliharaan penuh kasih sayang Tuhan. Adik-adik kita yang pergi itu sebetulnya berharap yang ditinggalkannya hidup berbahagia. Maka, janganlah terlalu lama bersedih. Ingatlah kebahagiaan yang telah pernah dibagikan adik-adik selama hidup. Kita mengerti dan menerima kematian, yang tidak bisa kita mengerti adalah waktu dan caranya. Tetapi kalau kita dikasih pilihan mengenai waktu dan caranya, kita tidak akan pernah ikhlas mengenai kematian. Itu sebabnya kita harus ikhlaskan pada Tuhan bahwa Tuhan lah yang terbaik untuk memilih kapan kita dijemput dan bagaimana kita dijemput.

***

Kita tidak bisa mengendalikan apa yang dikenakan kepada hati kita, tetapi kita memiliki kendali total atas apa yang kita lakukan. Maka marilah kita bersedih, tetapi dalam kesedihan itu kita ubah kesedihan itu menjadi kesungguhan untuk menuliskan sejumlah uang untuk dikirim. Berapa banyak orang mencatat nomor rekening di teve itu untuk berjanji mengirimkan dan tidak pernah mengirimkan. Mudah bagi kita untuk melupakan penderitaan karena itu bukan penderitaan kita. Tetapi kalau kita bersaudara, segerakan membantu, karena proses membantu orang lain itu menguatkan kita. Mudah-mudahan dalam kesedihan kita, karena ketulusan kita, Tuhan campur tangan dengan sebesar-besarnya peran, sehingga yang tidak perlu kita alami yang namanya penderitaan, dijauhkan dari kita, dijauhkan dari tetangga kita, dijauhkan dari bangsa kita.

***

Kebahagiaan adalah masalah keputusan. Hidup yang berbahagia adalah untaian dari keputusan untuk berbahagia dari waktu ke waktu berikutnya. Maka, putuskanlah untuk berbahagia, sehingga Anda akan fokus pada yang membahagiakan.

***

Bagaimana kalau Anda tidak punya tempat, tetapi Anda ingin memberi tempat kepada orang lain yang namanya kebahagiaan? Tidak ada satu tempat dibiarkan kosong- kalau itu dikosongkan karena kebaikan- maka Tuhan lah yang mengisikan kotak itu bagi Anda agar Anda punya sesuatu untuk diberikan. Jadi, orang yang ingin berbahagia harus berupaya membahagiakan orang lain, karena kesadaran untuk berbahagia itu diberikan karena Anda peduli untuk membahagiakan orang lain. Jadi, Anda tidak mungkin memberikan kebahagiaan, karena kebahagiaan itu sudah ada di dia, kebahagiaan itu sudah ada di kita. Jadi, yang kita lakukan adalah membantunya mensyukuri kualitas indah yang namanya kebahagiaan, sehingga dengan proses itu kita menjadi pribadi yang lebih peka pada kebahagiaannya sendiri.

***

Kesulitan, bencana seperti ini, salah satu tujuannya adalah untuk melihat aslinya diri kita, sebagai pribadi yang baik, sebagai pribadi yang santun. Saya tidak percaya waktu orang mengatakan, bahwa saudara-saudara kita di padang sukabumi toli-tilo dimana punmereka berada karena dipimpin oleh orang yang tidak amanah. Tuhan terlalu kaya untuk tersinggung karena harta rakyat dikorupsi oleh beberapa orang. Kita sedang diuji kepedulian kita untuk mengasihi saudara kita. Pemimpin Yang telah melakukan hal hal baik ini tidak berhak hanya untuk dikritik, mereka juga sudah melakukan yang trbaikhal baik, dan jkalau kita betul2 tahu, itu tidak mudah, tetapi pemimpin juga tidak boleh mengeluh bahwa itu tidak mudah, karena mereka mengambil tugas sebagai pemimpin, sehingga tanggung jawab bagi mereka ad menjadi pribadi2 tyg menyiapkan kita bagi keadaan seperti ini, tidak ada pemimpin yang berhasil tanpa rakyat yang berhasil. Maka marilah kit amembangun persaan bersaudara, gotong royong, Budi pekerti dan kesantunan kita sebagai bangsa, itu harapan kita.

***

Masa lalu itu jangan dilihat sebagai potongan sejarah yang besar. Masa lalu, dua menit tadi ini sudah menjadi masa lalu. Jangan melihat masa lalu sebagai momok yang besar. Kita sedang membesarkan masa lalu. Dua detik ini telah menjadi masa lalu. Banyak orang yang hari ini pekerjaannya tidak dihormati, hubungan dengan orang lain tidak dimuliakan, sehingga dia sedang membangun masa lalu yang tidak baik. Untuk apa kita berepot-repot memikirkan jeleknya masa lalu, kalau yang sekarang kita kerjakan adalah membangun masa lalu yang lebih buruk lagi. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah kita dengan masa lalu adalah menjadikan pribadi kita yang pantas untuk masuk ke masa depan yang cemerlang. Sehingga saat Anda nanti berhasil dan sampai di sini, Anda akan melihat semua penderitaan ini sebagai cerita. Karena semua keberanian Anda menjadi indah. Bukan sampai dimana, dari mana Anda berangkat juga penitng. Orang mau berangkat dari penderitaan sampai tempat yang baik.

***

Jangan sampaikan semua rahasia Anda. Semua orang yang mencapai kebesaran dalam hidupnya mengeluarkan rahasia hatinya secara bertahap. Sedikit demi sedikit. Seorang pemulung yang kemudian menjadi pengusaha besar itu tidak langsung menyampaikan ke teman pemulungnya bahwa dia akan memiliki pabrik tapioka. Dia mengatakan akan membuat pengait sampah yang lebih baik, dia akan cari bahan yang baik lalu dijualnya. Orang yang menderita karena rencana-rencananya sangat tidak strategis mengenali rahasia-rahasia hatinya. Bahkan istrinya pun menertawainya, waktu dia bilang, ‘Adinda, aku mau menjadi menteri’. Istrinya terbahak-bahak, ‘Kamu tidak bisa lihat wajahmu?’ Strategislah dalam rencana-rencana Anda. Simpanlah, sampai orang-orang mengerti kesungguhan yang paling rahasia di hati Anda.

***

Keputusan yang berdampak adalah keputusan yang tegas. Dan ketegasan untuk berbahagia datang dari keikhlasan yang membahagiakan. Maka tegaslah memutuskan untuk berbahagia sekarang. Tempat terbaik untuk berbahagia itu di sini. Dan cara terbaik untuk berbahagia adalah membahagiakan orang lain.

**

Kadang-kadang kita berharap, setelah diturunkannya rasul-rasul, kitab-kitab suci, para wali, manusia otomatis baik, sehingga kita terheran-heran melihat pejabat sudah punya istri baik, masih berselingkuh, yang membuatnya dipermalukan secara nasional. Pejabat yang lain akan ada lagi. Yang merasa bahwa dia bebas dari hukuman, perhatikan pejabat itu, ngomong apa saja, anak buahnya bilang iya, sehingga para pejabat itu, para pemimpin itu tidak merasa bisa salah. Sedangkan kita yang kecil-kecil ini yang sering dimarahi, ini nggak boleh, itu nggak boleh. Itu sebabnya masjid, gereja, kuil, kelenteng, pura, tidak akan pernah tutup karena kebutuhan untuk memperbaiki sikap manusia itu abadi. Orang-orang yang mengambil tugas untuk membaikkan perilaku, selalu dipelihara Tuhan. Untuk setiap lingkungan, setiap masa, setiap tahun, akan diturunkan pembawa berita, kadang-kadang berita itu kelihatan, kadang harus dibuktikan dengan selentingan kecil.

***

Kebahagiaan adalah tidak adanya ketidakbahagiaan. Jadi, orang yang berhasil menyingkirkan ketidakbahagiaan, ia jadi bahagia. Mari sekarang kita mengerti apa yang tidak membahagiakan, yaitu ada dua. Yang pertama disebut kekhawatiran. Yang kedua, kekhawatiran yang kuat sekali disebut ketakutan. Tidak ada orang bisa khawatir lalu bahagia, tidak ada orang takut lalu berbahagia. Itu sebabnya Tuhan mengatakan, ‘Kalau kamu beriman kepada-Ku, kamu berhenti khawatir. Karena Aku tempat sebaik-baik kembalinya urusan’. ‘Kalau kamu takut, bukankah aku beritahumu, hanya takutlah kamu kepadaKu’. Kok, takut dipecat. Kok, takut difitnah.

***

Mengelola kebahagiaan itu memihakkan diri kita pada hal-hal yang membuat kita tidak khawatir. Kalau ada satu masalah bisa Anda selesaikan, jangan khawatir, selesaikan. Kalau sebuah masalah itu tidak bisa diselesaikan, khawatir pun tidak akan menyelesaikannya, kan? Sehingga, janganlah khawatir. Tetapi, sebagian besar di antara kita sedang mengkhawatirkan hal-hal yang sebetulnya bisa kita selesaikan, lalu kita menyalahkan Tuhan untuk hal-hal yang sebetulnya bisa kita perbaiki. Jadi, sebetulnya kebahagaian itu hak, tapi sebagaimana hak, kita harus memantaskan diri untuk menerimanya.

***

Selalu perhatikan, perasaan senang, bahagia, gelisah, ditentukan oleh yang kita lakukan atau yang kita hindari. Perhatikan, kalau kita melakukan sesuatu yang baik, langsung rasanya baik. Menghindari hal yang tidak baik, langsung bahagia. Melakukan yang tidak baik, langsung mengarang cerita bahwa itu tadi bukan kesalahan, untuk merasionalisasi, mencari pembenaran, ‘Kan, terpaksa’, ‘Kan, nggak apa-apa toh, kan orang lain juga begitu’. Bagaimana kalau kita berpihak kepada yang baik, menjadikan kita berhak bagi yang baik? Kalau kita belum bisa berbahagia, jadilah pribadi yang pantas dibahagiakan. Dan, pribadi yang pantas dibahagiakan adalah pribadi yang berpikiran baik, yang perasaannya baik, yang dilakukannya baik. Dan, semua yang disebut baik itu selalu membaikkan perasaan orang lain. Berfokuslah pada yang membahagiakan orang lain lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1034)

No comments: