Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

4. Dusta Putih


Kejujuran adalah sebuah kesaktian yang modern. Orang yang jujur, hidupnya lebih mudah berhasil, itu sudah pasti. Ada dusta yang selalu dilakukan oleh orang yang gemar berdusta. Tetapi ada saat dimana orang jujur harus berdusta, dan itu kita sebut dusta putih, tidak berarti tidak luka hatinya dalam berdusta, karena dusta pasti meluka, dusta melukai yang berdusta, melukai yang didustai, melukai orang yang melihat kita berdusta. Kita harus, tidak hanya menjadi pribadi profesional, tapi juga menjadi pribadi spiritual yang profesionalismenya berjalan ajaib. Ada banyak sekali hal-hal yang mudah dicapai orang muda, yang tidak bisa dilakukan oleh orang yang berpengalaman, karena ada hal-hal yang memajukannya, yang menepatkannya sebagai orang yang jujur.

***

Dusta putih yang terserius dalam hidup saya adalah saat saya tinggal di sebuah rumah yang belum ada air mengalir, yang sumur belum sempat digali karena mahal menggalinya. Di Malang, dalamnya 30 meter minimal, belum punya uang untuk menggali. Adik saya terkasih, satu-satunya perempuan, kecintaan ibu saya, akan membayar zakat ke sekolah, hari terakhir SD, mau naik SMP. Saya sudah kuliah di IKIP Malang. Pagi, dia bangun, 'Mas, tadi malam aku mimpi aku mati'. Kukatakan, itu bagus, tandanya umur akan panjang. Kan, orang Jawa kadang mimpi dibalik. Dia bilang mau sekolah tapi rantai sepedanya rusak, lalu saya perbaiki sepedanya. Dia pakai sepedanya, saya berangkat ke belik, sumber air di pinggir sungai untuk saya mandi di sana. Waktu saya kembali, ada yang datang, mengatakan adik saya kecelakaan, ditabrak truk katanya. Ibu saya meminta saya melihatnya. Saya datang, saya melihat adik saya meninggal. Waktu saya pulang, ibu bertanya, 'Bagaimana adikmu?' Saya jawab, 'Nggak apa-apa.' Karena saya menanti ayah saya yang lebih mampu untuk menjelaskannya. Sampai sekarang tidak selesai batin saya (Mario Teguh menyentuh dadanya).

***

Banyak orang ingin melakukan sesuatu yang jujur dalam kehidupannya, tapi tidak tahu sejujurnya apa yang bisa dilakukan. Semua strategi, semua pemikiran apa yang bisa kita lakukan dalam hidup ini, mungkin akan selesai apabila kita berfokus pada GUNA. Kalau kita belajar, gunanya untuk apa? Bekerja, gunanya untuk apa? Bisa disimpulkan dengan mudah, sebagian besar dari kita bekerja hanya untuk mencari uang, tanpa bertujuan menjadi berguna untuk sesuatu. Perhatikan, lalu bagaimana kita bisa mencapai keadaan dimana kita tahu sekali kehidupan untuk apa, kalau bekerja untuk tidak berguna, tapi hanya mencari uang. Apakah mencari uang tidak sama lemahnya dengan menemukan uang? Karena banyak yang menemukan uang lebih besar daripada yang mencari uang bertahun-tahun. Berarti, kalau betul-betul jujur dalam kehidupan, harus ikhlas berguna. Apakah ada uangnya ditempat berguna? Jawabannya bukan iya atau tidak. Jawabannya selalu iya, karena ini janji Tuhan, yang berguna akan dimuliakan. Tetapi kita ragu dan dusta pada diri sendiri, siapa yang bisa menolong orang yang mendustai diri sendiri?

***

Ada yang berbohong tetapi orang itu membutuhkan kasih sayang. Ada yang berbohong karena kebodohannya. Sehingga sebetulnya seorang pejabat atau pemimpin tidak pernah bisa berbohong, karena banyak yang dipimpinnya lebih pandai dari dia. Sehingga pemimpin yang berbohong, sedang jujur tentang kebodohannya. Itu iklan mengenai pendidikan gratis harus dihentikan, saya tidak setuju!

***
Saya ingat sekali bagaimana wajah ibu saya melihat ke saya, 'Katanya, adikmu nggak apa-apa?' Bisa dibayangkan luka di dia, luka di saya. Beratnya untuk berbohong, hanya terasa pada orang yang berupaya jujur. Kalau orang biasa tidak jujur, mudah berbohong. Kejujuran adalah sebuah kesaktian yang tidak akan menetap lama di pribadi yang tidak kuat. Seperti semua ilmu kebatinan itu, yang tidak tahan bukan ilmunya, tapi orangnya. Sama dengan kejujuran, untuk percaya kejujuran adalah jalan baik yang membaikkan, tidak semua orang, bahkan yang mengumumkan dirinya beriman. Bukan mereka tidak berniat jujur, tapi tidak tahu bahwa itu tidak boleh dilakukan. Kejujuran adalah ilmu yang sulit sekali menetap di pribadi yang tidak kuat. (Dosa atau pahala?) Waktu itu saya terlalu sedih untuk menghitung apakah itu dosa atau pahala, tetapi saya tidak berani menyampaikannya ke Ibunda saya yang sangat mencintai anaknya yang satu-satunya wanita. Saya menunggu ayah saya yang lebih kuat untuk menyampaikannya.

***

Beratnya berbohong hanya terasa pada orang yang berupaya jujur. Kejujuran adalah sebuah kesaktian yang tidak akan menetap lama pada pribadi yang tidak kuat.

***

Kesaktian kita adalah kejujuran. Karena, disamping kejujuran itu memberikan kekuatan, kejujuran itu sendiri ketepatan. Orang yang jujur, bahkan menyelesaikan masalah yang belum terjadi. Orang yang jujur menerima pendapatan, melaksanakan tugasnya, tidak akan punya masalah dengan fitnah uang dan jabatan. Hanya orang yang tidak lurus yang kena getah dan masalah itu. Itu sebabnya kejujuran itu kesaktian, kejujuran itu juga kesempatan. Kejujuran itu, kalau dilihat oleh orang yang tidak jujur, itu sesuatu yang menyakitkan. Tetapi kejujuran itu hanya menyakitkan orang yang tidak jujur. Yang jujur malah ingin bisa berlaku jujur kepadanya, kalau kita mau hidup kita tepat. Tidak tepat berarti salah, tidak direncanakan Tuhan, tidak gembira, tidak bahagia, tidak sejahtera, tidak mulia. Orang tidak tepat hidupnya, salah. orang jujur itu tepat.

***

Orang jujur, tidak ada yang memberitahunya untuk kasar, untuk tidak sopan, karena orang jujur harus juga santun. Karena orang tidak baik itu orang baik yang tersiksa. Orang yang tidak jujur itu sebetulnya sedang minta tolong, 'Bantu aku untuk lebih kuat dari kecenderunganku untuk tidak jujur, aku orang baik yang tersiksa oleh pemuka agama palsu, pejabat korup, orang tua yang juga palsu, adik-adik yang mengkhianati'. Seorang ulama suci pun terpaksa minum air kotor kalau dia kehausan. Percayalah, kalau kita bantu orang untuk berpihak pada yang baik, bahkan penjahat pun akan merindukan kebaikan.

***

(Ibarat) di sungai, lalu Anda sedang mengapung, di bawah Anda dasar sungainya, jangan berusaha mengubah arus, karena lingkungan Anda lebih kuat dari Anda. Ikutlah arus, pelajari mengapa orang tidak jujur atau terpaksa berlaku tidak jujur. Mudah-mudahan dalam waktu tidak lama Anda hanyut, Anda tumbuh menjadi pribadi tangguh yang kakinya kotor lumpur. Tunggulah, kita yang jujur dan sakit hati karena lingkungan kita tidak jujur, tunggulah, setelah kuat, hapuskan.

***

Kalau terjadi sesuatu yang baik, apakah tujuannya agar kita menjadi pribadi yang mulia? Ya. Apakah kebaikan itu cobaan? Ya, bagi yang masih perlu dicoba. Bagi yang baik, itu hadiah. Masak dikasih uang, cobaan, lucu sekali. Kalau ada orang yang dapat keburukan, apakah tujuannya masih tetap untuk kemuliaan kita? Tuhan itu Maha Penyayang, tidak ada niatNya kecuali memuliakan kita. Maka yang baik dan yang buruk itu terjadi supaya kita tetap mulia. Jadi, keburukan yang terjadi pada kita, kemudian menjadikan kita baik, sama dengan kebaikan. Itu cara ikhlas menerima yang buruk itu terjadi. Kalau keburukan itu membaikkanku, terima kasih Tuhan.

***

Disamping kejujuran memberikan kekuatan, kejujuran itu sendiri adalah ketepatan. Orang yang jujur bahkan menyelesaikan masalah yang belum terjadi.

***

Apabila kita mendengar seseorang, yang berdusta atau tidak, selalu tanya ke diri Anda, orang ini mau saya lakukan apa, itu cara menguji. Kalau yang diinginkan orang itu kesimpulannya kita melakukan sesuatu yang buruk, mungkin berbohong atau tidak, tetapi berarti yang dikatakan itu salah. Orang itu bicaranya sembarangan, ngawur, kita mengerti, kesimpulannya kita mesti melakukan yang baik, berarti baik, orang itu pantas dipelihara.

***

Orang munafik itu kalau dia berkata, dia berbohong; dipercaya, dia berkhianat; kalau dia... kalau dia..., pokoknya dia tidak bisa jadi pribadi sandaran.

***

Kalau ada orang berbohong, tergantung dari berapa berwenangnya Anda terhadap orang itu. Saya pernah melihat seorang yang sangat powerfull, melihat anak buahnya yang juga pangkatnya tinggi, berbohong. Tanpa tersenyum, ia katakan, 'Oke, ada lagi yang mau you katakan yang tidak sebenarnya?' Rasanya apa itu. Kalau dia kuat, kalau kita masih perlu gajian dari dia, kita senyum saja, seperti kita tidak tahu dia berbohong, tapi lakukan yang benar. Kalau semua uang yang dibuat perusahaan itu karena kebohongan, dan Anda gajian dari situ, itu ujian keimanan Anda, apakah Anda berani menaruh surat pengunduran diri walaupun tidak ada pekerjaan? Karena satu rupiah Anda makan dari uang tidak halal, Anda juga tidak halal, jadinya di daging, di darah, dan ada orang kasih makan tidak halal ke anak-anaknya, itu sebabnya orang tidak jujur disiksa kualitas anak-anaknya.

***

Paksakan (kejujuran dalam sebuah institusi) setelah Anda mampu. Kalau tidak mampu, karena organisasi terlalu besar, atau negara terlalu besar, lebih banyak pejabat tidak jujur, rakyatnya lebih banyak jujur, jadilah pribadi yang mengundang kerinduan orang untuk berlaku baik. Karena sebetulnya setiap orang telah lama bernegosiasi dengan kebaikan dan selalu kalah. Kalau sudah letih menjadi orang tidak baik, ada saatnya orang bisa kangen, ingin pengajian lagi, ingin kebaktian lagi, ingin ke Pura lagi. Jadilah pribadi yang mengundang kerinduan orang untuk berlaku baik.

***

Jadikanlah kejujuran itu indah, jadikanlah kejujuran itu cantik, ada banyak orang tua tidak mendidikkan disiplin ke anaknya. Berapa banyak orang tua yang berbicara didengar anaknya? Yang dari kecil anaknya dilatih tidak menghormati kata-katanya, sudah dilarang pun masih melakukan, mau menurut setelah dibohongi. Sudah perintahnya tidak didengar, dibohongi didengar, dan bohong tidak akan bertahan lama, sehingga anak belajar tidak menurut dan tidak mempercayai kata-kata orang tua. Membesarkan anak seperti apa kita? Membesarkan orang seperti apa kita? Kalau kata-kata kita tidak didengarkan, dan yang didengarkan adalah bohongnya.

***

Kesalahan, banyak orang bilang forget it! Enjoy aja! No! kesalahan itu yang dilupakan adalah lukanya, tetapi yang harus diingat adalah pelajarannya. Jadi, tidak mungkin ada orang melupakan kesalahannya, karena di dalam kesalahan ada kekuatan, yaitu pelajaran untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tanda orang tidak cerdas, dari tahun ke tahun melakukan kesalahan yang sama, tandanya marah tentang hal yang sama. Pernah dengar atasan bilang, 'Saya telah berkali-kali mengatakan...', berarti anaknya berkali-kali tidak mengindahkan.

***

Baju putih saja lama-lama bisa menguning. Bahwa kejujuran itu spontan. Hanya kebohongan yang disiapkan. Untuk mengulangi dusta, apapun putihnya, adalah latihan untuk ahli berbohong. Tapi, dia bohongnya tepat? Persiapannya panjang. Orang jujur, spontan sekali.

***

(Cara keluar dari ketidakjujuran yang berkelanjutan adalah) berhenti. Orang yang sudah masuk lubang harus berhenti menggali. Lucu sekali, orang hidupnya lemah karena ketidakbaikannya, terus berlaku tidak baik, karena dia telah kehilangan kepercayaan kebaikan itu membaikkan. Kok, bisa ada keburukan itu membaikkan, dimana dia taruh pikirannya, itulah sebabnya Tuhan selalu bertanya, 'Apa kamu tidak berpikir?'

***

Kalau ada orang suka bohong, kalau bicara bohong, apapun bohong, batuk bohong, bersin bohong, ada orang seperti itu, apakah orang ini penting? Kalau tidak penting, tinggalkan. Saya heran kalau orang mengeluh tentang temannya, berarti sedikit temannya. Kita bisa memilih teman di dunia ini, kok mengeluh tentang orang tidak jujur. Tinggalkan atau pecat. Di organisasi, Tidak boleh ada seorangpun yang tidak mewakili kesetiaan Anda pada yang benar. Tegas seperti itu.

***

Kesalahan itu yang dilupakan adalah lukanya. Tetapi yang harus diingat adalah pelajarannya.

***

Tidak harus ketidakjujuran itu kuat. Tetapi dari semua hal yang mencandui, yang membuat kita kecanduan, kebohongan itu paling kuat. Orang yang mulai berbohong harus berbohong lagi untuk membuat kebohongan pertama terlihat jujur. Bisa dibayangkan kalau kebohongan itu bertahun-tahun, maka orang akan kebingungan mana yang jujur mana yang tidak. Orang jujur lebih mudah, tidak harus mengingat-ingat apa yang dikatakannya, karena yang dikatakannya asli. Kebohongan itu mencandui kepada seseorang, sampai dia akan berbohong pada Tuhan. Misalnya bersedekah, kalau orang dihitung 2,5%, 10%, dia tidak, dia 100%, dia pegang uangnya, 'Tuhanku, kuserahkan semua pendapatanku kepadaMu, kulempar semua ke langit, yang terbang, ambil, yang turun buat saya'. Bahkan Tuhan pun mau diakali. Kalau orang sudah seperti itu, sudah kehilangan fitrahnya, sudah lupa mengapa dia dilahirkan.

***
Bagaimana kalau kita tidak memulai keohongan? Karena kita semua sudah terlanjur, sebetulnya tiap orang dari kita sedang berupaya mengurangi kebohongan, dan mulai menemukan kenikmatan dalam kejujuran.

***

Tidak ada orang yang mengumumkan kepada dirinya dan mengumumkan kepada khalayak bahwa dirinya baru, yang tidak diuji keterlepasannya dari kualitas-kualitas lama. Setiap kali Anda mengatakan Anda baru, orang lain akan menguji apakah Anda betul-betul baru, apakah masih menggunakan reaksi lama Anda, apakah Anda menggunakan cara-cara Anda untuk kesempatan tidak jujur yang baru. Seseorang yang diuji baru, betul-betul baru atau masih lama. Dan untuk orang yang sekarang sedang mengalami masalah yang sama dengan yang sudah dialaminya, berarti dia gagal membuktikan dirinya baru. Ada yang mengatakan pada temannya, 'Aku sudah insaf, tidak berjudi lagi, sumpah', kata temannya, 'Ngak mungkin', ia bilang, 'Benar, mau taruhan?' Dalam meyakinkan temannya, bahwa dia telah menjadi pribadi baru, dia memakai cara lamanya. Jadi kalau begitu, setialah pada yang jujur, yang baru, walaupun sulit, lalu perhatikan bagaimana setelah itu kehidupan kita membaik. Bersetialah pada perilaku yang jujur, yang baru, walaupun sulit, lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1028)

No comments: