Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

7. Pribadi Rumah Kaca


Kalau orang mengetahui asli perasaan kita, kita akan berhati-hati dengan kualitas perasaan kita. Pribadi rumah kaca mengizinkan perasaannya terbaca dengan mudah, karena itu cara dia memastikan dirinya setia pada perasaan baik.

***

Orang yang berstrategi menyembunyikan perasaan dan pendapatnya, tidak akan pernah mendapat perlakuan asli dari orang lain.

***

Orang yang mau cepat tumbuh dengan baik harus mengizinkan perasaannya apapun mudah dibaca. Sehingga apabila perasaannya baik ke seseorang, orang akan berlaku baik padanya. Karena, prasangka kita pada orang lain, menentukan bagaimana orang akan berlaku pada kita. Waktu kita merasa jelek pada seseorang, orang itu akan merespon tidak baik. Sehingga, orang yang ikhlas menjadikan perasaannya terbaca akan jadi lebih mudah menjadi orang baik.

***

Tuhan selalu tahu apapun strategi penyembunyian perasaan dan pendapat kita. Sehingga, jadilah pribadi utuh, tulus pada manusia, jangan berpura-pura, tuluslah pada Tuhan.

***

Kalau orang berlaku tidak baik pada kita, apapun yang dilakukan itu pada kita, yang kita lakukan adalah menunjukkan hati yang sedih, jangan disembunyikan, tetapi berlakulah baik.

***
Pribadi rumah kaca itu ada tiga komponen pembentuknya. Pertama, jelas kebaikannya. Tidak mungkin orang salah mengerti karena dia jelas kebaikannya. Kedua, jelas niatnya. Orang yang tidak bisa menyembunyikan niatnya, cepat menjadi orang baik. Kalau niat tidak jujur, cepat ketahuan, sehingga cepat jadi orang baik, mudah jadi orang baik. Tapi, baik itu hanya kualitas sementara. Jangan anggap keputusan menjadi baik itu permanen. Tidak ada orang yang menyatakan dirinya beriman yang tidak diuji. Ketiga, jelas setianya. Pastikan Anda terbaca betul-betul terlalu baik untuk dikira selain itu. Jadilah orang yang terlalu baik sampai tidak bisa dikira selain itu.

***

Jika wajahmu menyiratkan ketulusan hatimu, maka kehidupan akan memilihkan kualitas sesuai isi hatimu.

***

Kalau Anda tahu caranya, tidak ada yang tidak bisa Anda lakukan. Maka, salah satu berkah rahmat yang diberikan kepada kita adalah mengetahui persis apa yang harus kita lakukan, sehingga kita tidak membuat kesalahan. Meskipun, kesalahan itu penting bagi kehidupan, tetapi akan lebih baik bila kita banyak tepatnya daripada salahnya. Orang yang bening hatinya akan lebih banyak yang dilihatnya, daripada yang hatinya kusam. Karena salah itu ada dua macam. Bila kita berprasangka baik pada orang yang tidak baik, itu namanya salah baik. Kalau kita berprasangka tidak baik pada orang yang ternyata baik, itu namanya salah salah, parah sekali, karena orang itu akan ingat sekali perilaku kita yang tidak baik. Tapi orang yang tidak baik, yang kita prasangka baik, dia itu menyesal.

***

Apabila Anda memaafkan, Anda memberikan kesempatan kepada Tuhan untuk berlaku baik pada orang itu. Anda jadi orang baik sekali. Sudah didholimi, bisa berdoa, ‘Tuhan, saya terlukai. Saya punya kemampuan membalas, tapi perintahMu memaafkannya dan mengembalikan padamu karena Kamu sebaik-baik penyelesai masalah’. Sangat baik. Tuhan akan memberikan dua hadiah, menjadikan orang yang didoakan itu baik, dan Anda dijadikan orang baik karena perilaku Anda yang baik.

***

Tiga tugas kita sebagai kekasih Tuhan. Pertama, meminta pada Tuhan yang Maha Pengasih. Kedua, memantaskan diri bagi penerimaan. Ketiga, menerima dengan kesyukuran. Meminta itu sederhana tapi tidak dilakukan orang, bahkan oleh orang yang taat di antara kita. Mereka lama beribadah, lama merasa meminta, tapi yang ada adalah tantangan-tantangan. ‘Kalau tidak disetujui, ya sudah. Kalau tidak dikasih, ya sudah’. Kalau meminta, mintalah, jangan menantang. Ada seorang rekan beribadah di Masjid Nabawi, khawatir sandalnya hilang. Ia katakan, ‘Coba saja, hilang atau enggak’. Di tempat mulia itu, semua harapan, dikatakan atau tidak, akan dipenuhi, maka sandalnya hilang. Memintalah dengan sederhana dan jujur, itu adalah pengakuan keimanan. Itu yang menjadikan kita pantas menerima, dan setelah menerima lalu bersyukur, lalu menggunakannya untuk kemaslahatan diri dan keluarga.

****

Peliharalah pikiranmu dari perhitungan yang memburukkan pekertimu, dan hindarkanlah dirimu dari anggapan pembenci daripada pengasih. Serahkanlah hatimu pada kebaikan karena dengannya hatimu menjadi bening.

***

Tunjukkan keramahan wajahmu dan kebeningan hatimu, lalu perhatikan bagaimana kehidupan memilihkan kualitas dari isi hatimu.

***

Kita ini sudah lebih tua dari anak kecil yang disuruh minum obat, disuruh tidur lebih awal. Tetapi, bahkan jenderal besar Musharaf pun disiplinnya dicapai setelah menikah. Kita itu menjadi pribadi penurut untuk menjadi pribadi yang baik karena yang dianjurkan itu cara menjadi baik. Sekarang kita lebih mengerti, lebih tahu, bahwa sebesar-besarnya orang tetap membutuhkan untuk dipimpin. Jadi, kalau kita tahu kita pribadi yang butuh untuk dipimpin, pilihlah pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik, tidak akan mengecewakan kita, yaitu Tuhan. Itu sebabnya perintahnya, ‘Jangan berharap kepada selain aku, karena manusia itu mengecewakanmu, aku tidak’. Sederhana sekali. Dunia yang begitu kompleks tidak perlu dihadapi dengan cara yang kompleks. Cobalah untuk jadi lebih penurut, dan lihatlah apa yang terjadi. Jadilah pribadi penurut, dan lihatlah apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1031)

No comments: