Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

8. Kembali Polos


Kualitas dasar kita adalah pemenang. Sehingga, kembali ke fitrah adalah kembali ke kualitas yang berbakat bagi kemenangan-kemenangan. Untuk itu, cara yang paling mudah adalah kembali polos, kembali merasa tidak dibatasi oleh apapun, sehingga kita tidak malu lagi untuk angkat tangan untuk menyatakan keinginan, tidak lagi membatasi ukuran yang ingin kita capai.

***

Tindakan kebaikan adalah tindakan kebahagiaan. Kalau Anda ingin bahagia, lakukanlah yang baik.

***

Orang Jawa bilang ‘nggak ilok’, ‘ewuh pakewuh’, ‘sungkan’, ‘nanti kualat’, banyak sekali kata yang tidak membesarkan hati. Jadi, kita sebetulnya disandera oleh pendapat-pendapat kita sendiri mengenai yang tidak mungkin. Semakin Anda yakini banyak yang tidak mungkin bagi Anda, semakin Anda tidak tumbuh. Kembalilah polos, pertama dengan menjadi orang yang penuh hormat. Orang yang penuh hormat, akan menghormati dirinya sendiri, tidak mungkin melibatkan diri ke dalam pergaulan yang tidak berguna. Kedua, dengan menjadi pribadi yang lebih langsung. Kalau mau, minta. Kalau tidak setuju, katakan. Ketiga, menjadi pribadi obsesif, fokus yang tergila-gila. Keempat, menjadi pribadi yang harus cepat bosan. Banyak orang ahli yang bosan akan membangun keahlian baru. Jangan setia pada satu hal saja, hidup Anda terlalu penting untuk satu bidang. Itu namanya polos.

***

Kalau ada orang yang mengatakan, ‘Saya sudah melakukan yang terbaik, tapi Tuhan....’ Jangan bawa Tuhan dulu, karena ada orang yang bisa melakukan yang lebih baik dari Anda. Berarti yang terbaiknya belum cukup. Itu pemberitahuan pertama. Karena yang disebut paling baik itu kan sekarang, kualitas kita sekarang, kualitas cara-cara kita sekarang. Jangan salahkan Tuhan untuk cara-cara yang bisa kita perbaiki.

***

Pasrah hanya boleh dilakukan dan dikatakan oleh orang yang sangat hebat, yang telah menggunakan sebaik-baiknya cara, yang telah membangun sebaik-baiknya hubungan, itu dicobanya lagi, dicobanya lagi. Itu orang yang berhak mengatakan pasrah, setelah yang terbaik dilakukan. Selain itu, hanya pemalas, belum memulai apa-apa sudah pasrah.

***

Akan selalu ada orang yang mengganggu kita. Sebetulnya, kalau ada orang jahat datang pada Anda, orang itu sedang diperankan Tuhan untuk jahat pada Anda. Kalau ada orang tidak jujur, ia sedang dibuat berperan tidak jujur. Supaya kita tampil sebaik mungkin pada yang diperankan dia. Masak iya, ada yang berlaku jelek, kita juga berlaku jelek, kan kita diamati di depan orang itu.

***

Waktu badan kita menyembah, apa hati kita juga menyembah? Waktu bibir mengucapkan ayat, apa hatinya bicara? Bukan ritualnya, tapi kesertaan hati kita dalam proses menjadi pribadi yang polos.

***

Polos itu juga berwarna. Apakah kita merasa berwarna setelah punya warna? Apakah Anda jadi pemimpin setelah menjabat? Apakah Anda jadi pria setelah menikah? Jangan mensyaratkan kelengkapan untuk Anda merasa lengkap. Jangan menyaratkan kekayaan untuk Anda merasa kaya. Orang yang memiliki dirinya seutuhnya telah sangat kaya.

***

Kalau selama ini kita dibatasi oleh pendapat kita yang mungkin atau tidak mungkin, boleh atau tidak boleh, begitu kita mengabaikan itu semua, menjadi pribadi yang berhak apapun itu, dia sudah menang.

***

Sadarilah, kelemahan itu ada karena kekuatan kita tidak dominan. Kelemahan itu kelihatan karena kekuatan Anda tidak dominan. Kembangkan satu kekuatan Anda, orang akan memaafkan segala kelemahan Anda. Sehingga, kalau mau jadi pribadi polos dan khusus, kembangkan kekuatan, bukan rewel, mengeluh pada Tuhan mengenai kelemahan. Katakan, ‘Tuhan, dari semua kelemahan yang ada pada diriku, aku melihat satu kekuatan yang bisa kukembangkan’. Mendahulukan syukur bagi sekecil-kecilnya kekuatan.

***

Serahkan diri Anda bagi penggunaan. Apakah Anda tertarik dikhususkan banyak orang? Kalau tertarik, khususkanlah setiap orang yang Anda temui. Gunakan kekuatan Anda bagi keuntungan orang lain. Apapun yang Anda miliki, jadikanlah orang lain untung dengan yang Anda miliki, maka Anda akan menjadi besar.

***

Televisi itu penting tapi tidak boleh menjadikan Anda terganggu kedamaiannya. Ambil yang penting. Kalau kita mau jadi pribadi yang polos, melihat teve, mendengar radio, baca koran, ini caranya: semua kejadian, tidak bernilai negatif atau positif, kita yang menempelkan nilai negatif, berita apapun itu. Menyikapi segala sesuatu itu meletihkan sekali. Orang polos melihat segala sesuatu tidak bernilai lalu memilih yang ditetapkan bernilai baik, dia menempel di proses itu, dalam proses yang membesarkan pribadi.

***

Semua orang harus menyadari bahwa apabila dirinya belum penting, itu karena dia belum digunakan untuk tujuan-tujuan kebaikan orang lain. Karena orang yang digunakan bagi kebaikan banyak orang, selalu dilindungi, dipelihara, dimodali oleh pemilik kehidupan, karena Tuhan sangat berkepentingan bagi keberhasilan orang baik. Jadilah pribadi polos, langsung bicara pada Tuhan, mintalah peran, ‘Tuhanku, aku minta kepadamu peran yang besar. Pekerjakanlah aku, Tuhan. Jadikanlah aku tenaga yang mendatangkan kebaikan bagi orang lain. Minta itu saja. Di luar permintaan Anda, pantaskan Anda bagi peran Anda, lalu perhatikan apa yang terjadi.


# (setengah halaman)
Minggu, 27 September 2009

Tangga Menuju Surga

Entah mengapa kita selalu melihat surga sebagai sebuah tempat yang harus dicapai dengan keadaan naik, sehingga naik itu membuat kesan sulit, seram. Kalau tidak, kita akan di bawah. Lalu menggambarkan neraka di bawah. Jadi kalau begitu, mungkin kita harus mengingat lagi, bagaimana kita menyikapi yang naik dan turun dalam kehidupan, karena banyak orang mampu hidup dengan kualitas kesurgaan dalam kehidupan dunia. Bahwa, tidak semua yang mengkilat itu emas. Tidak semua yang gemerlap itu bernilai. Dan, ada orang yang menganggap bahwa jalan menuju surga bisa dibayar dengan uang. Padahal, perjalanan menuju surga hanya bisa dilakukan dengan kepantasan, bukan harga, bukan harta, bukan uang, karena banyak orang berharta banyak yang tidak pantas bagi kebaikan, tidak pantas bagi surga. Kesimpulannya, tiket masuk surga, mata uangnya adalah kebaikan.

***

Waktu Anda menghadap kemanapun, sadarlah Anda menghadap Tuhan. Kalau kita sadar menghadap kemanapun kita menghadap Tuhan, kejadian apapun terletak di antara kita dengan Tuhan, dan Tuhan menyaksikan. Itu sebabnya, berlakulah sebaik-baiknya yang terjadi karena kita dalam pengamatan Beliau.

***

Kalau kita mencintai Tuhan, selalu perintahnya; apabila kamu mencintaiku, muliakanlah saudaramu; kalau kamu mencintaiku, bicaralah yang santun kepada saudaramu; kalau kamu mencintaiku, memimpinlah dengan adil. Tidak ada kecintaan kepada Tuhan yang tidak dibuktikan dalam kehidupan.

***

Bukti bahwa kita mencintai Tuhan, kita menuruti perintah beliau untuk memuliakan kehidupan.

***

Apapun yang dikatakan orang tentang karakter Anda, jadikanlah Anda pribadi yang kuat, izinkanlah diri Anda mengabdi pada orang yang kuat, lalu izinkanlah dia menjadikan Anda: wakilnya. Kalau Anda mewakili seseorang yang kuat, Anda menjadi orang yang kuat.

***

Kalau Anda mencintai Tuhan, jangan biarkan uang berapapun jumlahnya membuat Anda tidak damai di hadapannya.

***

Apa maksud Tuhan, waktu kita dibuat tidak punya apa-apa? Supaya kita tahu kita punya Tuhan.

***

Kalau di surga, kita dibuat sebaik-baiknya, di bumi kita menjadikan diri sebaik-baiknya.

***

Jika Anda membutuhkan kehidupan yang baik, Anda butuh sesuatu yang membaikkan. Dan hukumnya, hanya kebaikan yang membaikkan.

***

Pekerjaan yang paling sedikit saingannya adalah pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Berapa banyak orang sekarang tidak sungguh-sungguh, menunggu digaji besar, menunggu dihormati atasan, menunggu dinaikkan pangkat, menunggu di tempatkan di kantor yang baik, menunggu ditempatkan di kota yang baik. Dan semua orang yang berhasil, melalui jalur karier itu. Apapun pekerjaannya, sungguh-sungguh, bukti pantas untuk naik, kuat, sampai akhirnya dia berwenang.

***

Semakin banyak tenaga untuk meragukan sesuatu, Anda menjadikan yang ragu-ragu sebuah keyakinan. Coba, Anda mau berbisnis, ragu-ragu, lama-lama yakin tidak bisa berbisnis, karena yang Anda fokuskan akan tumbuh. Dalam kehidupan, kita tidak boleh berlama-lama tidak tegas antara jadi dan tidak jadi. Harus ada ketegasan. Gunakan tenaga sebagai orang baik, pribadi berwenang yang membaikkan.

***

Tuhan berada di mana-mana. Kita menghadap Tuhan, kemanapun wajah kita arahkan. Undangannya pada kita adalah untuk selalu sadar, sebetulnya kita menghadapkan wajah ke Tuhan, dan sangat sadarlah kita sedang diharapkan untuk berlaku baik. Kalau kita dalam kesadaran dan berlaku baik, maka yang kita lakukan adalah kebaikan, dan hanya kebaikan yang membaikkan, berlaku baik, lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1032)

No comments: