Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

14. Diam Tidak Selalu Emas





Diam tidak selalu emas karena berbicara adalah proses peningkatan nilai. Kalau saya berbicara bahwa orang ini baik, tujuannya besar, rencananya sungguh-sungguh, itu bicara yang tepat, berbicara itu cara meningkatkan nilai dan sebaiknya itu adalah proses peningkatan nilai orang lain. Ada orang yang berbicara berupaya meningkatkan nilainya. Perhatikan, orang berbicara di teve, pelan dan satu-satu, itu bukan peningkatan nilai siapapun, malah pengurangan kesan kecerdasan. Jadi, jangan tingkatkan nilai dalam bicara, tinggikan orang lain, tugas meninggikan kita adalah tugas Tuhan.

***

Kalau orang berbicara lalu hanya membuat orang marah, sebaiknya dia diam. Kalau marahnya ini bernilai besar, maka dengan dia diam akan menyelamatkan keluarnya biaya. Sehingga orang yang kalau berbicara merusak akan bernilai emas diamnya. Kalau tidak tahu cara meningkatkan keheningan, jangan bicara, lebih baik hening, karena banyak orang tidak tahu bicara apa, menunjukkan tidak tahu apa yang dikatakan. Tetapi kalau orang itu diam menyebabkan kesalahpengertian dan perusakan, maka dia harus berbicara. Orang ini harusnya bicaranya senilai emas. Membatalkan kerusakan yang terjadi karena dia diam, tetapi kalau dia sudah melihat kerusakan karena diam, meneruskan diam adalah sesuatu yang harus diperbaiki.

***

Tuhan langsung menggunakan yang kita gunakan sebagai cara memberi tahu kita. Kalau orang menggunakan uang untuk menurunkan kebaikan, dia akan diturunkan dengan uang. Kalau dia berebut kekuasaan lalu bertingkah tidak baik yang menurunkan kebaikan, dia diganggu dengan kekuasaannya. Wanita yang jaim (menjaga imej) sekali, takut tidak cantik, dia melukai kebaikan, akan dilukai citranya. Itu pemberitahuan jelas sekali. Sehingga, jangan banggakan sebuah kualitas untuk menafikan kebutuhan kita akan kebaikan, karena itu yang digunakan Tuhan untuk menurunkan derajat kita.

***

Banyak orang berfokus pada yang dianggapnya benar, padahal kebenaran itu adalah yang diterima orang banyak, karena itu bergaullah. Semua kualitas diuji dalam pergaulan.

***

Jika Anda ingin menjadi pemimpin yang kuat, pembicara yang kuat, penulis yang kuat, maka yang kuat itu adalah yang menyelesaikan kesulitan orang lain.

***

Berbicara salah itu bukan berbicara, itu cari masalah. Kejujuran itu bahasa yang paling mudah, kalau tidak bisa bicara mudah yang seharusnya jujur, pasti orang itu tidak jujur. Maka, berhentilah membuktikan dia tidak jujur. Mendengarkan orang tidak jujur akan semakin membuat marah. Damailah, sebagian orang memang ditutup pengertiannya oleh Tuhan.

***

Bayangkan, perwira tinggi harus berbohong untuk atasannya. Hanya orang yang gagah yang di depan wartawan bisa menyatakan melepaskan lencana dan berkata dengan tegas, ‘Saya menolak berbohong.’ Tapi, berapa banyak orang percaya rezeki berada di tempat keburukan, mengganti Tuhan dengan keadaan yang membuatnya pantas dihujat. Jangan betulkan orang. Undang dia untuk jadi orang baik. Berbicaralah santun. Jangan orang yang Anda mau betulkan itu memusuhi Anda. Sampaikan, ‘Pak, dengarkan ini, kan Anda tidak ingin anak istri Anda jadi orang tidak jujur, kan lebih damai kalau Anda dulu memutuskan dengan baik, dan akan selalu ada waktu memulai baik’. Jadikanlah diri Anda sebagai awal kebaikan dengan diam, atau berbicara kalau memperbaiki. Pantaskanlah diri Anda dengan derajat.

***

Ada orang yang diamnya untuk berpikir. Tapi yang parah, orang bicara untuk berpikir. Dia berpikir sambil bersuara, kelihatan dia tidak terlatih dalam jalan-jalan kepemimpinan. Seorang pemimpin harus punya sebuah kualitas yang pantas bagi kedudukannya. Maka, menunjuk orang karena pangkat tinggi, telah selesai. Kita harus tahu orang berkualitas di tempat penting bagi kebaikan 230 juta rakyat Indonesia. Harus berhenti masa tidak amanah. Tapi, kita menempatkannya berdasarkan kriteria palsu. Jangan lagi membuat kesalahan yang sama. Menaruh orang hanya karena dia kelihatan besar, harus berhenti. Diam yang tidak berpikir tadi, kalau bicara betul tidak akan siap, karena yang mentenagai kebicaraan kita sekarang adalah ketidakjujuran orang lain.

***

Jika Anda bernilai bagi orang lain, jika bicara Anda menjadi penyelesai bagi kesulitan.

***

Diam yang paling baik adalah diam yang menunjukkan hormat, seperti tangan sedang berdoa, dan berdoa bisa tergantung ukuran permintaan. Tapi ada juga berdoa, tidak khawatir lagi mengenai jumlahnya, terserah Tuhan, atau gerakan tangan seperti berbentuk hati, tangan di hati. Diam dengan wajah tersenyum, mengangguk dalam untuk yang dikatakan orang, itu diam yang indah. Bukan diamnya suami istri yang tidak bertegur sapa, tapi diam yang penuh hormat.

***

Rencana rahasia Anda menjadikan diri Anda besar, sehingga Anda bicara dari sudut pandang yang tidak bisa dibantahnya. Suami yang tidak berlaku berwibawa di depan istrinya, setinggi apapun pangkatnya di depan anak buahnya, dia diperlakukan rendah. Itu pemberitahuan agar suami tidak boleh terlalu bercanda, bicara kampungan, mengatakan kata-kata yang tidak ada gunanya, tidak menjaga pandangannya, sehingga istri tidak melihat dia orang besar. Dalam rencana rahasia Anda, jadilah pribadi yang besar, melihat ukuran Anda sebanding, sehingga Anda punya nilai dengar. Pernah dengar, pejabat kalau bicara ditinggal tidur oleh anak buahnya? Dia tidak punya nilai dengar, bicara saja tidak didengar apalagi diam. Dalam rencana rahasia Anda, besarkan diri Anda.

***

Kalau ada laki-laki pendiam pemarah, suka menyiksa istri, pasti dia seorang pria yang sedang tersiksa karena pangkatnya yang rendah, pendapatannya yang kecil, penghormatan lingkungan padanya kecil, sehingga ia harus tampil gagah di depan yang menghambakan hidupnya. Wanita itu, kalau menikah dengan pria lain, mungkin lebih dimuliakan. Bila Anda mengalami hal itu, hubungi orang yang bisa menolong Anda. Karena siapapun suami itu sedang tersiksa dan harus menyalurkan siksaan ke orang lain.

***


Masalah apapun, fitnah apapun, ketidakpatutan siapapun, abaikan semua, jadilah orang hebat. Kita tetap bisa berhasil walau istri kita tidak baik, walau atasan kita tidak baik. Abaikan semua, semoga setelah kita berhasil, mereka lebih hormat. Masak, baru bertengkar dengan satu orang saja, kehidupan Anda berhenti? Berhasillah, apapun masalah Anda.

***

Ketahuilah bahwa diam Anda akan bernilai emas jika Anda mengizinkan orang lain tumbuh mencapai potensi mereka. Jika diamnya Anda saja emas, apalagi Anda bicara untuk meninggikan nilai orang lain dalam kehidupan Anda.

***

Cara terdekat untuk memperbaiki rezeki keluarga adalah meningkatkan kualitas kasih sayang di keluarga. Makin indah hubungan kasih sayang antaranggota keluarga, makin mudah kebaikan datang menghampiri rumah. Karena, tujuan semua keberhasilan adalah pulang ke rumah dengan perasaan damai. Pulang ke rumah damai, tidak bisa Anda bayangkan terjadi kalau di keluarga bicara saling kasar. Ada suami istri yang bicara kalau marah, kalau mau bertengkar saja mereka bicara. Jadi, diam itu tidak selalu emas kalau harusnya kita utarakan kasih sayang. Jadi meskipun ini bukan sebuah hukum, patokan bagi diri kita bahwa orang yang lebih terbuka kasih sayangnya pada keluarga, pintu kebaikan baginya. Katakan sayang ke istri, anak, beritahu mereka. Lebih terbukalah mengenai perasaan sayang Anda pada keluarga karena dibangunnya kualitas kepemimpinan di keluarga, sehingga lebih mudah melihat orang yang disayangi dengan sebanding.

***

Diam yang bernilai emas itu keheningan yang ditaruh di tempat pas. Orang yang tidak terlatih bicara itu akan menaruh diam di tempat yang salah, karena tidak terlatih maka bahasanya sulit. Bahwa kejujuran adalah bahasa yang paling mudah, jadi harusnya orang jujur mudah bicara, termasuk mudah diam, sehingga orang yang diam pada saat bicara, dipertanyakan kejujurannya. Kalau sudah tahu itu tidak jujur, jangan beri tahu ia tidak jujur, dia akan berbohong lagi. Jadi yang anggunlah, sudah tahu ya sudah diam, tinggal putuskan nanti bagaimana.

***

Semua keterampilan dalam hidup itu membutuhkan latihan, berlatihlah, itu sebabnya kalau kita tidak pasti benar atau salah, pastikan menyampaikan dengan penghormatan kasih sayang, sehingga kalau salah akan mudah diperbaiki, dimaafkan.

***

Kalau kita bicara itu haruslah bicara yang meningkatkan nilai orang lain. Kalau kita diam, karena kita mengizinkan orang lain meningkatkan nilainya. Izinkanlah orang bicara agar Anda diam dulu. Anjurannya, kalau kita harus bicara, kalau mau bicara, cari apakah orang yang di depan Anda ini bisa dibantu merasa percaya diri, lebih menghormati dirinya, menerima dirinya harus dihormati lebih dengan cara mulai. Tiap kali Anda mau bicara, bicaralah dengan niat memuliakan orang. Setiap kali kalau Anda mau bicara, berbicaralah dengan niat memuliakan orang lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1038)

No comments: