Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, November 18, 2009

15. Salah Berhasrat






Yang ingin kita fokuskan adalah pada hasrat yang baik. Hasrat tidak boleh digunakan untuk menggantikan kata nafsu, itu sangat berbeda. Hasrat adalah keinginan yang memajukan. Praktis, hanya ada tiga hasrat yang memajukan yang boleh kita jadikan pengejaran dalam kehidupan kita ini, pertama hasrat bagi kedudukan, kedua hasrat bagi pangkat, ketiga hasrat bagi derajat.

***

Kedudukan itu bukan hanya kedudukan, bukan hanya menjadi kepala desa, menjadi gubernur. Permintaan pria untuk menjadi suami bagi wanita, meminta untuk diangkat anak, itu juga kedudukan. Kedudukan itu betul-betul seperti kosong dari syarat, karena kalau saya sangat berwenang, saya bisa mendudukkan siapapun di suatu tempat, walau diprotes, walau orang itu kosong dari kesesuaian.

***

Pangkat mengharuskan kita mencapai kualitas-kualitas dalam sebuah kelompok, seperti mau jadi jenderal itu tidak sembarangan orang, dan kualitas itu yang harus dibuktikan dalam kelompok itu. Kedudukan menjadi menteri, presiden, jenderal, itu bisa dijadikan hasrat.

***

Derajat itu tingkat manusia di hadapan Tuhan.

***

Kedudukan di hadapan manusia, pangkat di hadapan manusia. Derajat lah yang membedakan kita, sehingga sebuah kedudukan menjadi utuh apabila diduduki orang yang berpangkat tinggi dan berderajat tinggi.

***

Orang-orang yang mau tahu komponen pembentuk diri yang mudah berderajat tinggi harus memperhatikan, pertama bahwa dia harus memiliki dalam dirinya kebenaran, sesuatu yang ketepatannya disampaikan sendiri oleh Tuhan dan tidak ada diskusi mengenai interpretasinya di semua umat, di semua budaya dan di semua bangsa. Kedua, yang agak dilupakan orang, yaitu penampilan. Orang bilang itu palsu, tapi apapun yang palsu bisa asli. Penampilan itu kira-kira mewakili 90-93% dari kesan orang yang dibangun, yang dikatakannya 7 sampai paling banyak 10% yang didengarkan. Orang dibedakan pertama kali dari penampilannya. Ketiga, pikirannya dipertajam, diperluas, diperdalam, dibersihkan. Keempat,hatinya dilunakkan, dilembutkan dengan kasih sayang. Kelima, pembuktian dari semua ini adalah tindakannya. Tidak ada kepalsuan lagi kalau sudah sampai di sini, karena banyak orang tindakannya keras sekali pada menampilkan yang baik, berpikir baik, merasa baik.

***

Berhasrat yang baik adalah berhasrat bagi derajat terbaik. Derajat terbaik adalah menjadi sebaik-baiknya manusia, dan sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Karena terbukti kedudukan yang diisi orang yang tidak berderajat akan diturunkan, bukan diturunkan dari kedudukannya, tetapi diturunkan dari derajat, sehingga orang kecil bisa menasehati orang besar. Derajat terbaik menjadikan kita bermanfaat bagi orang lain. Berarti semua pengejaran hasrat itu harus menjadikan kita bermanfaat bagi orang-orang terdekat lalu mudah-mudahan tumbuh pada sejauh mungkin orang yang tidak mengenal kita.

***

Tiap orang punya kebutuhan, yang membedakan adalah keinginan. Makan itu kebutuhan, pilihan menunya itu keinginan. Tiap orang ingin mencapai kedudukan tinggi dalam kehidupan ini tetapi lupa bukan kedudukan derajat, tapi sebagaimana yang dididikkan selama ini bahwa menjadi gubernur itu tinggi, menjadi walikota itu tinggi, lupa menjadikan anaknya jujur, amanah, bersih, itu lebih tinggi dari semua kedudukan di negara ini.

***

Biasanya orang yang merasa pasangannya tidak cocok, tidak melihat bahwa ia juga tidak cocok bagi pasangannya. Tidak cocok itu bisa keduanya, bukan salah satu saja. Tanggung jawab pertama bagi orang yang merasa tidak cocok, jadilah sebaik-baiknya suami atau sebaik-baiknya istri sebelum mengomentari orang lain.

***

Pertama kali ingatlah bahwa kita harus menjadi orang baik. Jangan lupa bahwa kita harus menjad orang baik. Orang baik itu yang benar plus santun. Orang benar yang tidak santun, membatalkan kebenaran karena cara menyampaikannya melukai perasaan orang lain. Orang santun yang tidak benar itu sama dengan semua penipu. Jangan lupa jadi orang baik, setia pada yang benar dan memberikan penghormatan yang tinggi kepada orang lain.

***

Sejauh mana lingkungan berpengaruh pada kita, sejauh izin kita pada lingkungan untuk mempengaruhi kita. Pribadi yang lemah mengizinkan kuatnya lingkungan mempengaruhinya.

***

Kembangkan cara-cara untuk selalu menjadi pribadi yang menarik, termasuk istri berpenampilan di depan suami, karena terutama laki-laki itu jenis makhluk pembosan dan pembenci yang rutin. Jangan buat orang lain bosan.

***

Menjadi sangat ambisius itu harus. Yang tidak disukai orang adalah ambisinya menjadikan mereka terancam. Kalau ambisinya adalah menjadi orang besar yang mempengaruhkan kebaikan, Anda didukung orang-orang yang hidupnya perlu diperbaiki. Jadi, berambisilah untuk menjadi orang yang bermanfaat, yang berpengaruh dan setia pada yang benar, menegakkan kebaikan dan mencegah keburukan.

***

Jadilah orang yang egonya adalah untuk mengangkat orang lain.

***

Pengertian adalah ilmunya kehidupan. Orang yang mengerti, hidupnya akan baik. Orang berlaku tidak baik karena hidupnya tidak mengerti, apapun ilmunya, karena perlakuan adalah wajah dari ilmu. Orang berilmu baik perilakunya baik. Hasrat yang baik datang dari pengertian yang baik, bahwa dia bertugas memajukan kebaikan, mencegah keburukan, dan katakan 'Terima kasih Tuhan, atas penggunaan yang Engkau berikan padaku.'

***

Yang selama ini tidak berlaku berani karena takut salah, bertindaklah berani sampai Anda salah. Salah itu karena Anda telah melakukan dan terbukti salah. Orang yang cepat salah, cepat benar.

***

Hasrat yang indah sekali adalah hidup ikhlas dalam kebaikan. Kalau sudah ikhlas, kalau dia ditipu, dia bilang, 'Yang dilakukannya untuk menipuku tidak akan memiskinkanku, karena rezekiku dipelihara Tuhan. Mudah-mudahan yang ditipukan padaku, baik baginya.' Kalau difitnah, tidak usah marah-marah, terimalah, karena pemuliaan datang dari Tuhan, direndahkannya kita dari orang lain juga diizinkan terjadi oleh Tuhan, tapi pemelihara kita adalah Tuhan. Orang yang tidak bersahabat dengan yang buruk, tidak akan berutang keburukan. Kalau bergaul dengan orang baik, kita berutang budi, karena kita harus membayarnya maka kita berbudi baik. Maka itu sebabnya, wong becik kumpulono (bergaullah dengan orang baik). Orang yang bergaul dengan lingkungan yang tidak baik, sehingga utang keburukan, dia ditunjukkan keburukannya saat berada di kedudukan yang paling kelihatan, sehingga kita yang baik ini bisa mensyukuri pergaulan yang baik.

***

Sombong itu mempersulit orang mencapai hasratnya. Janganlah kau sampaikan pada orang lain, ingin jadi apa kamu, kecuali orang itu siap membantu. Kalau tidak, Anda hanya menyiapkan orang untuk mengganggu rencana-rencana Anda.

***

Kahlil Gibran mengatakan, sakit hati akan merobek kulit atau cangkang yang membungkus pengertian. Orang yang salah itu akan dibuat sakit, salah lagi dibuat sakit lagi, salah lagi dibuat sakit lagi, sampai dia benar dan Tuhan yang Maha Penyayang akan menghilangkan rasa sakitnya. Kalau salah lagi, dibuat sakit lagi, apakah Tuhan sabar? Sabar, karena Tuhan punya waktu, salah terus pun Tuhan melayani. Masalahnya, umur kita terbatas sehingga setelah sakit hati, jangan lakukan yang sama atau masuk ke kesalahan orang lain. Situasi adalah komponen pembentuk sejarah. Yang terjadi minggu-minggu belakangan ini, supaya kita nanti menjadi pemimpin, ketika memimpin tidak melakukan kesalahan yang harusnya tidak dilakukan orang sebelum kita.

***

Membalas perlakuan tidak baik orang itu boleh, diizinkan, tapi akan lebih baik bagi kita kalau kita memaafkan kalau orang itu salah pada kita. Kalau kita membalas, kita hanya bisa menurunkan orang. Kalau kita memaafkannya, Tuhan yang membalaskan, tapi perilaku Tuhan dalam membalas itu mengangkat orang. Tuhan itu memuliakan orang supaya jadi lebih baik. Memaafkan adalah tanda kita mengizinkan dan memberikan kesempatan Tuhan memperbaiki orang itu

***

Hasrat yang indah sekali adalah hidup ikhlas dalam kebaikan.

***

Apa yang dikatakan orang ketika berdoa kepada Tuhan? Apakah, 'Lapor Tuhan, semoga tahun ini aku lebih berguna bagi orang lain', ataukah mengeluhkan penderitaannya yang semakin lebar. Jarang orang bertanya pada dirinya sendiri, 'Apakah aku sudah menjadi lebih berguna bagi banyak jiwa untuk lebih banyak kebaikan?'

***

(Terkait perilaku poligami) Yang harus kita sadari setiap kali orang bertanya, bahwa sebetulnya orang jarang sekali meminta pendapat, orang itu pada dasarnya minta disetujui. Membantu wanita itu mulia sekali, karena menikahinya itu membuat mereka terbantu ekonominya dan mungkin martabatnya. Pertanyaan saya, yang penting itu membantunya atau menikahinya? Apapun alasannya, apapun keyakinan kita, lakukanlah. Yang saya tidak bisa pikirkan, ada orang yang membantu, bisa membantu tanpa menikahinya tetapi menikahinya. Logika saya, saya tidak bisa membayangkan Audrey (putri Mario Teguh) diduakan oleh suaminya, dan saya tidak bisa membayangkan saya melukai hati istri yang sangat saya cintai dengan saya memikirkan membantu orang yang tidak harus saya nikahi.

***

Letakkan kesadaran kita mengait hak kita untuk menjadi pribadi yang kedudukannya setinggi mungkin, supaya bisa mengharuskan kebaikan, mencegah terjadinya keburukan. Berpangkat tinggi supaya kita tahu kualitas upaya kita di lingkungan kita, dan kita membangun derajat yang tinggi supaya kita diletakkan di jenjang-jenjang tinggi di hadapan Tuhan. Kalau Tuhan saja sudah menghormati kita, apa di alam ini yang tidak akan tunduk dan mendengarkan kita dengan penuh kasih sayang. Jadi kalau begitu, bagaimana kalau kita menghasratkan bagi diri peningkatan derajat melalui perbaikan isi pikiran, perbaikan isi hati dan perbaikan kualitas tindakan kita. Marilah menjadi pribadi yang hidup ikhlas dalam kebaikan, marilah kita hidup ikhlas dalam kebaikan lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1039)

No comments: