Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

9. Saya + Tuhan = Cukup


Saya + Tuhan = Cukup. Kita melihat bahwa kalau teh + gula = manis. Apa yang terjadi kalau manisnya itu ternyata kopi manis? Kesalahan. Berarti kita tidak cek, itu teh atau bukan, ternyata itu kopi. Paling parah kalau ternyata itu kopi asin. Kalau begitu, waktu dikatakan saya + Tuhan = cukup, cek apa betul itu saya. Apakah saya masih membawa perasaan bersalah, dosa, dendam di masa lalu, sehingga yang ada masih pribadi masa lalu yang pura-pura menjadi pribadi di masa sekarang. Yang kita butuhkan adalah pribadi yang sekarang, yang menerima dirinya adanya. Saya + Tuhan, yang tidak diganti dengan yang lain; arah rumah, ukuran pintu, batu celup yang menyembuhkan penyakit. Cek apa kita berserah dalam kekuatan terbesar dalam kehidupan ini.

***

Pertama kali tersenyumlah kalau orang salah mengerti, berkasih sayanglah pada orang yang bertanya.

***

Kita itu punya keharusan. Dalam hidup ini ada keharusan-keharusan. orang Stres adalah kemampuannya lebih kecil daripada keharusan-keharusannya. Orang yang damai adalah kemampuannya lebih besar daripada keharusan-keharusannya. Selama Anda lebih mampu dari keharusan, disebut cukup. Keharusan itu tumbuh. Waktu lajang, keharusan untuk diri sendiri. Setelah menikah, keharusan ada untuk diri sendiri dan pasangan. Setelah anak lahir, keharusan untuk diri sendiri, pasangan dan anak. Jadi, kita ini insan-insan yang sedang bersaing dengan keharusan-keharusanNya. Ada orang yang ditekan oleh keharusan-keharusan, dan orang yang hebat adalah yang mengharuskan dirinya, bahkan lebih besar daripada yang diharuskan oleh orang lain.

***

Tuhan itu pemilik keajaiban, jadi sebagai owner (pemilik). Karena Beliau Maha Pengasih, pemberi, sehingga kita harus menjadi pribadi yang mudah masuk di dalam keadaan yang menjadikan owner ini sebagai giver (pemberi). Jadi, harus ada yang kita lakukan supaya Tuhan tidak hanya memiliki keajaiban, tetapi memberiakn keajaiban. Apa yang membuat kita diberi? Meminta. Apa yang kita lakukan pada orang kalau meminta? 'Minta'. Berapa banyak orang yang sederhana sekali dalam permintaannya, 'Tuhan, aku minta sedikit saja dari keajaibanMu yang menjadikan orang biasa, hebat dalam kehidupan, lakukanlah yang sama kepadaku'. Minta. Ada orang yang tidak bisa bicara selancar itu, 'Tuhan, aku tidak tahu cara meminta, tapi aku buktikan dalam pekerjaanku’. Kalau kita bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, apakah kita meminta? Tidak. Kalau kita melakukan sesuatu yang bisa dibantu orang, apa minta bantuan yang lebih dari bantuan orang? Tidak. Lakukanlah sesuatu yang hanya bisa ditolong Tuhan. Lakukan sesuatu yang besar yang terlalu besar untuk dibantu manusia, ‘Ingin membersihkan sungai di seluruh Indonesia, ingin membersihkan pantai di seluruh Indonesia’, minta yang tidak bisa dibantu manusia, itu tanda Anda meminta keajaiban Tuhan. Itu proses saya + Tuhan = cukup.

***

Semua orang yang tidak dekat Tuhan, tidak damai. Baru tidak dekat saja tidak damai, apalagi tidak ada Tuhan dalam kehidupannya. Orang-orang yang mengatakan tidak ada Tuhan, akan dibuat terpaksa berada dalam keadaan berharap sesuatu yang besar, yang kita sebut Tuhan. Saya kenal orang yang seperti itu, ia berada dalam keadaan didera kanker yang ganas sekali. Dalam kesendiriannya ia bilang, ‘Tak ada seorang pun yang bisa membantuku’.

***

Saya is not simpel, saya is very powerfull. Jangan lihat diri Anda hanya badan, lihat diri Anda keajaiban. Lihat tanda dari keajaiban, Anda diingat, dihormati, didengarkan. Jangan sederhanakan yang hebat yang namanya saya.

***

Apakah Tuhan tidak hadir waktu kita tidak panggil? Apakah Tuhan tidak ada waktu kita lupakan? Dilupakan pun Tuhan itu hadir. Yang tidak hadir itu di hati Anda. Beliau ada. Pertanyaannya, ada nggak dalam kesadaran Anda?

***

Orang yang mengatakan pemberian Tuhan kurang adalah orang yang memberikan apa yang diterimanya. Yang diterimanya, diberikan kepada orang lain, baru bisa bilang kurang. Yang tidak memberi tidak bisa bilang kurang karena ia tidak memberi. Ada paradoks dalam harta; semakin kita menyimpannya semakin kita harus mempertahankannya, semakin kita memberikan semakin mudah mendapatkannya. Sulit dipercaya. Jadi, memberilah karena Anda tidak mungkin bisa memberi tanpa lebih pantas untuk menerima.

***

Banyak orang memiliki sesuatu yang tidak dianggap sesuatu karena ia tidak mau mengenalinya sebagai berkat. Keberadaan kita sendiri adalah berkat. Sadarilah kita, saya, ada. Dan saya tidak sederhana. Kalau saya kelihatan sederhana, karena saya adalah sederhana dalam kesadaran saya. Kalau saya perbaiki kesadaran saya, saya jadi bernilai.

***

Saya + Tuhan = Cukup, berarti saya mensyukuri kelahiran saya, mensyukuri orang tua saya. Orang yang berani itu membanggakan orang tuanya. Bahwa dia telah dilahirkan menjadi pribadi kuat yang tadinya dipikir tidak mungkin dicapainya. Berapa banyak orang yang dikatakan tidak mungkin sebelumnya, hidup dalam kemungkinan-kemungkinan yang ajaib? Orang yang memuliakan orang tua, bagaimana mungkin mengabaikan orang lain. Hanya orang yang berani yang berupaya, karena upaya dan upayanya, karena orang berupaya, damai dengan keadaannya, gembira dengan keadaannya, berani melakukan yang tidak mungkin.

***

Apakah dibutuhkan doa yang banyak bagi Tuhan untuk melakukan sesuatu yang ajaib bagi kehidupan kita? Tidak. Bahkan, tidak miminta pun, kalau Tuhan melihat kita pantas dapat hadiah, diberikan. Jadi ajakannya, bukan memberi karena meminta. Yang diajarkan, memberi karena mengerti, bahwa sebagian milik kita adalah hak milik mereka yang membutuhkan bantuan. Tanda kita syukur adalah kita membagi. Apapun yang dikatakanNya, kalau kita berlaku pada sesama, memberi bukan karena diminta, tapi mengerti, Tuhan berlaku yang sama.

***

Jadi sebetulnya Tuhan tidak membutuhkan banyak. Yang sangat dinantikannya adalah kepantasan. Itu sebabnya jadilah pribadi yang lengkap yang spiritual dan profesional. Yang spiritual, yang berdoanya seperti kepandaiannya tak ada gunanya. Yang berdoanya seperti upayanya tidak berguna. Yang profesional, yang bekerjanya seperti Tuhan tidak akan membantunya. Bayangkan hebatnya orang itu, maksimal kedekatannya kepada Tuhan, maksimal kegunaannya bagi orang lain.

***

Yang menghebatkan kehidupan kita bukan tepat atau salahnya pilihan kita, tapi fakta bahwa kita memilih. Tugas kita itu memilih. Salah atau benar, kita tidak tahu. Kalau disayang Tuhan, salahnya dibetulkan supaya berhasilnya besar. Setelah memilih, kita menerima tanggung jawab dari pilihan itu.

***

Tuhan itu memiliki keajaiban, tapi kita tidak melakukan keajaiban untukNya. Baru memuja-memuji tapi belum meminta. Mengeluh, malu untuk meminta, merasa tidak pantas meminta. Tuhan itu tahu sekali kalau kita mengakui keberadaan Beliau. Orang super tidak berhenti membiarkan Tuhan menjadi pelaksana keajaiban. Mintalah Tuhan jadi pemberi dari sebagian kemampuannya pada kita, sehingga Beliau titipkan sebagian kemampuan itu kepada kita. Kita mengertinya dengan istilah wibawa, pengaruh, kharisma, berdampak. Minta, kalau betul-betul kita mengakui keberadaan pemilik keajaiban, beranikan diri untuk mendekat kepada beliau, 'Tuhan, sekarang aku meminta Engkau, berikan sebagian dari kemampuan untuk membaikkan kebaikan.'

***

Apa yang menyebabkan orang kesepian di tempat ramai, adalah apabila ia tidak menjadi sahabat bagi dirinya sendiri. Dia tidak merasa senang bersama dirinya. Dia tidak menyadari dirinya ada, sehingga kalau sendirian, 'Lho, kok tidak ada orang?' Sebelum mengerti konsep apapun mengenai saya, kembalilah pada kesadaran bahwa Anda tidak pernah sendirian kalau Anda bersahabat dengan diri Anda sendiri. Apakah Anda bicara penuh kasih sayang pada diri Anda sendiri? Hormati diri Anda, letakkan penghormatan yang tinggi pada diri Anda, sehingga Anda mulai berjalan seperti membawa barang mahal.

***

Yang kita pikirkan akhir dari perjalanan kehidupan kita, kita cek, kalau kita menerima Tuhan dengan kesadaran Saya + Tuhan = Cukup, kita akan damai, karena damai menjadi gembira, karena gembira menjadi lebih positif melihat sesuatu, sehingga lebih berani. Karena berani, saya berupaya. Karena upaya saya itu terjadi dalam waktu, dan waktu itu berlanjut, maka upaya yang berlanjut itu perjalanan. Hidup itu sebuah perjalanan yang diisi upaya dari waktu ke waktu, karena kita gembira, damai, karena kita berguna. Kembali lagi, tetap berangkat ke Tuhan dan kembali ke Tuhan.

***

Sucikanlah pikiran kita dengan selalu menyadari keberadaanNya, sehingga tidak mungkin kita melakukan tindakan yang memalukan. Sucikanlah hubungan Anda sendiri dengan diri sendiri dan dengan orang lain, lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways
by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1033)

No comments: