Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

11. Reaksi Pengubah Hidup


Banyak di antara kita hanya menjadi pribadi yang mensyaratkan kejadian, yang baik untuk dia merasa bahagia, dan dia tidak salah. Karena kehidupan ini intinya kejadian, kejadian yang kita harapkan baik, tetapi sebagian tidak baik. Tetapi yang menjadikan hidup ini besar, kuat dan bahagia, bukan tepatnya kejadian, tetapi apapun yang terjadi, kita menggunakannya sebagai alat untuk berbuat dan membahagiakan kita. Bukan kejadian yang merendahkan kualitas hidup, tapi bagaimana kita bereaksi dan menjadikannya penguat dalam kehidupan kita.

***

Yang terjadi kepada kita lebih banyak yang tidak kita pilih; hujan, gempa, banjir, kadang fitnah, ujian, menemukan uang, disebut menemukan karena itu bukan pilihan kita. Semua yang terjadi ini mungkin bukan pilihan, tetapi reaksi kita terhadapnya itu masalah keputusan kita. Orang-orang yang bereaksi baik akan mendapatkan reaksi baik dari orang lain. Kalau sesuatu yang buruk terjadi pada saya, saya bereaksi buruk terhadapnya, maka saya memantaskan kejadian buruk berikutnya.

***

Apapun yang terjadi kepada kita, mungkin bukan pilihan kita, tapi bagaimana kita menjadi pribadi setelah itu, sepenuhnya dalam tanggung jawab kita.

***

Kehidupan ini tidak mengizinkan perjalanan yang datar, yang lapang, itu tidak diizinkan oleh kehidupan. Kehidupan hanya mengizinkan dua arah perjalanan, kalau Anda sedang tidak baik, berarti Anda sedang turun. Setiap dari kita ini menua, melemah, melupa, melambat, sehingga kemampuan menghasilkan pendapatan yang sama itu menjadi tidak sama karena kita menjadi pribadi yang lebih lemah. Sehingga, hasil kita harus lebih besar, kemampuan mempengaruhi orang lain harus lebih kuat daripada proses pelemahan diri kita. Banyak sekali orang yang mengatakan hidupnya begini-begini saja, pasti tidak begini-begini saja, tapi melemah. Hati-hatilah kalau hidup Anda begini-begini saja, berarti Anda tidak lebih mampu daripada keharusan-keharusan Anda. Dan, orang yang merasakan hidupnya datar, adalah orang yang sedang turun, tapi dia sedang diberitahu perasaan hampir tidak berdaya itu.

***

Kita sebagai manusia bukan sebuah benda yang tidak akan menua, melapuk dengan berjalannya waktu. Kita bisa menua, melemah, karena waktu dan yang terjadi, maka kewajiban kita adalah memperbaiki diri. Jadi, pribadi yang aktif memiliki kesempatan yang lebih baik untuk hidup baik. Kalau yang mengatakan kepada saya, ‘Pak Mario, motivasi itu tidak perlu karena setelah saya bersemangat, tapi sebentar lagi hilang’. Ini orang yang tidak perlu mandi karena setelah mandi nanti kotor lagi.

***

Supaya positif sebetulnya mudah, hindari jangan sampai negatif. Betul kita dilahirkan dengan bakat-bakat kebaikan kita, tapi pada saat yang sama kalau kita tahu yang baik, tahu yang tidak baik, masalahnya kita menghibur, memelihara, membesarkan dan berfokus pada yang tidak baik. Yang tidak baik pada orang lain, bereaksi negatif atas perlakuan tidak baik orang lain, tunggu. Maka, berfokuslah pada yang positif.

***

Takdir tidak merampas apapun dari siapapun, karena takdir itu justru sesuatu yang harus dibuktikan. Orang yang tidak tahu takdirnya, dan seperti kita semua tidak ada yang tahu takdirnya, mengetahui tanggungjawabnya untuk menjadi sebaik-baiknya pribadi agar pantas bagi sebaik-baiknya takdir.

***

Bereaksilah seperti cara-cara orang yang berbahagia. Tanda-tanda orang yang berbahagia, pertama tersenyum, kedua bersyukur, ketiga damai. Orang yang gembira, damai dan bersyukur, karena definisi kebahagiaan adalah kegembiraan dalam perasaan damai yang penuh kesyukuran, akan bereaksi sangat santun terhadap orang lain. Tidak marah berlebihan kalau haknya diambil, karena itu juga kemauan Tuhan. Kejadian buruk terjadi padanya, dia tidak berlaku macam-macam karena dia sadar dalam pengamatan Tuhan. Karena yang dikasihiNya adalah jiwa kecil, lemah, yang diberi penderitaan lalu tetap berTuhan. ‘Tuhan, ini perilakuMu, aku terima. Kalau ada lagi yang ditambahkan lebih jelek dari ini, tolong aku diperkuat. Dan, kalau Tuhan merasa tidak perlu lagi, lepaskan aku dari penderitaan. Jadikan aku pribadi yang berbahagia’.

***

Kita tidak tahu takdir. Mengapa kita sibuk mengait-ngaitkan kehidupan kita dengan sesuatu yang kita tidak tahu? Apapun takdir kita nanti, apakah menjadi pemegang amanah, amanah itu penting, berbicaralah baik, menghormati, sayang ke istri, apapun takdirnya. Karena kalau ada orang baik sekali, Tuhan kan Maha Penyayang, masak sejak awal sudah mengincarnya untuk bikin susah. Seandainya ada rencana penyiksaan, rencana itu akan diubah karena dia sudah jadi lebih baik. Jadi kalau begitu, bagaimana kalau kita berfokus pada yang kita ketahui dan lakukan yang baik.

***

Orang yang menolong orang lain adalah orang yang diizinkan meneruskan kebaikan dari Tuhan. Menjadi kekuatan yang datang dari Tuhan. Bantulah orang yang susah karena doanya adalah pertolongan dari Tuhan. Doa itu, pertama untuk pertolongan. Kedua, untuk kekuatan.

***

Tidak ada keinginan di atas kemampuan kita nanti, yang ada itu keinginan di atas kemampuan kita sekarang. Kemampuan kita itu tumbuh, jadi jangan kecilkan keinginan. Lebih baik gagal mengupayakan sesuatu yang besar, daripada berhasil mengupayakan sesuatu yang kecil. Jangan batasi keinginan. Upayakan pertumbuhan kemampuan.

***

Jadilah pribadi yang lebih kuat dari sewajarnya. Semua kejadian bisa menyedihkan, tetapi jadilah pribadi yang hebat dalam kesedihan itu, dan jadikan pengertian kita mengenai kesedihan sebagai kekuatan yang mentenagai kerja kita.

***

Orang yang melalui pintu dan tidak berlama-lama melihat pintu itu adalah orang hebat, karena dia segera ingin sampai. Banyak orang berhenti di pintu, menganalisis kejadian, memprotes kejadian, padahal semua kejadian adalah pemberitahuan. Jadi apapun yang terjadi, melangkahlah.

***

Ada satu kampung terbakar, lalu ada orang-orang yang memprotes, marah kepada yang membakarnya, meminta ganti rugi. Ada orang-orang yang pergi ke kampung lain dan memulai kehiduapn baru. Dua bulan setelah kejadian itu, mana yang hidupnya lebih baik? Yang menerima kejadian lalu memutuskan meneruskan kehidupan. Karena orang-orang yang pertama mengharapkan penggantian dari orang lain, sedangkan orang-orang yang kedua mengharapkan penggantian dari Tuhan.

***

Biasakanlah. Kebiasaan adalah sesuatu yang kecil yang dilakukan berulang-ulang. Sesuatu yang kecil yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi kebiasaan, setelah jadi kebiasaan, menjadi nama orangnya. Orang yang terlambat, itu kejadian kecil, tapi kalau berulang-ulang, jadi kebiasaan terlambat, namanya mister telatan. Kita itu dinamai sesuai kebiasaan kita. Orang yang mau mengubah namanya harus mengubah kebiasaannya. Cara mengubah kebiasaan, memperbarui hal kecil yang diulanginya. Jadi, orang yang ingin berarti baik bagi kehidupan, melatih yang kecil-kecil, kalau istrinya memanggil, jawablah seperti dia satu-satunya wanita, perhatikan bagaimana kehidupan Anda baik, maka namanya sekarang suami yang penyayang. Kebahagiaan itu mudah datang karena kita mendahulukan kebiasaan baru yang baik.

***

Orang yang penakut dikalahkan oleh orang yang berani. Orang yang berani dikalahkan oleh orang yang nekat. Orang yang nekat dikalahkan oleh orang yang gila. Satu kualitas terhebat yang bisa dicapai anak manusia, yang tidak bisa dikalahkan oleh semua orang itu, yaitu lebih gila. Karena dia berada dalam perawatan Tuhan langsung. Bisa dibayangkan itu. Jadi, kalau Anda merasa tidak pandai, semakin dekatlah kepada Tuhan, karena butuh bantuan. Semakin tidak pandai berdagang, semakin dekatlah kepada Tuhan. Jadi kalau begitu, keberhasilan itu kalau tidak kita miliki, bisa kita ganti dengan keberserahan kepada yang Maha Berani.

***

Semua kejadian adalah pemberitahuan agar kita memperbarui kehidupan. Jadi apapun yang terjadi, melangkahlah.

***

Semua yang kita inginkan tidak berada di tempat kita berada sekarang, semua yang kita inginkan ada di tempat dimana kita tidak berada sekarang. Itu sebabnya, kita tidak mensyukuri istri yang cantik, anak yang sehat lucu, kucing, motor tidak disyukuri, mobil tidak disyukuri, karena yang kita inginkan belum ada di sini. Jadi, orang yang mau menemukan keberhasilan harus belajar mensyukuri yang dimilikinya. Kita itu menginginkan yang belum kita miliki. Padahal, kebahagiaan itu dibangun dari rasa syukur terhadap yang kita miliki.

***

Siapa yang menaruh keinginan di dalam hati kita? Tuhan. Tuhan itu Maha Pengasih, apakah mungkin diberikan keinginan di hati kita tanpa disertakan kewenangan untuk mencapainya? Kan, kasihan sekali orang itu, tersiksa di malam-malam tidak bisa tidur karena menginginkan kebesaran, menyejahterakan banyak orang, ada kewenangan di situ. Kalau kita bergaul dengan lingkungan yang baik, kita akan dibantu menemukan keinginan itu. Waktu kita mencuci motor, ‘Terima kasih, Tuhan’. Bersyukurlah. Kalau kita sudah punya mobil yang lebih baik, bersyukur. Masih boleh punya armada taksi setelah itu? Boleh. Bersyukur itu harus, lebih bersyukur itu hak. Kalau berani menginginkan lebih dari itu, kita bekerja keras, mensyukuri dengan akhlak yang lebih tinggi. Nah, kalau ada orang besar yang sudah dimuliakan lalu jatuh, belajarlah, mengapa orang besar lupa bahwa hukum kebaikan itu terus berlaku?

***

Kebahagiaan orang itu penting sekali bagi Tuhan. Ia turunkan rasul, kitab-kitab suci, supaya kita menjadi pribadi yang berpihak pada yang baik, melakukan yang baik, supaya kita hidupnya baik. Kita ini kadang merasa kecil hati, dalam berlaku melihat peliknya kehidupan. Kita memang sedih melihat kelakuan orang lain, tapi sebetulnya lebih sedih melihat kelakuan kita sendiri. Kita semua akan mengalami kejadian, bisa baik dan tidak baik, tetapi yang lebih penting adalah kualitas dari reaksi kita terhadap kejadian. Dan, kita tidak bisa disebut orang kecil kalau kita bereaksi anggun terhadap yang terjadi. Sesuatu yang buruk terjadi, menangislah seperti tangisan orang besar, marahlah sebentar seperti marah-marahnya orang bijak. Tetapi segera setelah itu, berlakulah baik, katakanlah baik, itu tidak bikin salah. Maka, pilihlah reaksi yang memuliakan kehidupan, pilihlah reaksi yang memuliakan orang lain, lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1035)

No comments: