Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Tuesday, November 17, 2009

13. Hidup Ini Tidak Sementara


Hidup ini tidak sementara, padahal sebetulnya hidup ini sementara. Logika pertama sederhana saja, orang yang menganggap sesuatu sementara, tidak akan memberikan penghormatan sebagaimana sesuatu yang permanen. Logika kedua, bahwa yang kita sebut sementara tidak sementara kalau dibandingkan dengan ketidaksabaran menunggu. Menunggu dokter gigi, tidak usah 40 tahun, satu jam saja sudah tidak sabar, bagaimana mungkin hidup ini sementara. Kita itu mempunyai kemampuan memikul beban rasa sakit sangat minimal, sehingga kalau dibilang sementara, berapa lama hidup dalam kemiskinan? tidak lama, kemampuan kita itu pendek untuk menahan rasa sakit. Jadi, sebetulnya hidup itu panjang. Takutnya, kalau kita betul-betul meyakini hidup ini sementara lalu dihubungkan dengan penyepelean hidup, hidup kita ini tidak berkualitas. Sehingga kuncinya adalah sikap kita menentukan bentuk kehidupan kita. Sikap kita hari ini menentukan bentuk kehidupan kita di masa depan hari ini di kepala kita. Bentuk kehidupan yang belum jadi tetapi telah jadi di kepala orang. Jadi sebetulnya kalau bisa meyakini sesuatu itu sementara, berlakulah seperti ini permanen. Logika berikutnya, tiap-tiap jiwa merasakan kematian, tapi yang dirasakan bukan kematian jiwanya, tapi kematian badannya. Sehingga jiwa kita itu hidup setelah kematian badan, sehingga yang disebut kehidupan jiwa kita yang berkualitas ditentukan setelah kualitas kehidupan di dunia. Kalau ada kehidupan kekal dan abadi sebagaimana dijanjikan di surga, maka 40 tahun atau 60 tahun hidup di dunia ini menentukan kualitas kita abadi, sehingaga jangan anggap hidup ini sementara, karena menentukan kekekalan kita setelah ini.

***

Setiap raga ini diisi jiwa-jiwa mulia yang dituliskan Tuhan untuk masuk dalam raga ini. Kita membedakan perlakuan kita kepada orang karena melihat raganya. Tuhan melihat jiwanya. Sehingga manusia yang baik yang mengerti perilaku Tuhan dalam menilai manusia, akan menilai jiwanya. Sehingga kesimpulannya, kita semua adalah jiwa yang sedang hidup di alam raga, maka jangan pernah minder karena raga yang kita miliki, tetapi berbahagialah karena dikasih jiwa yang baik.

***




Siapapun yang berpikir logis akan tahu mengenai kapan hari perhitungan terjadi. Jangan risaukan kapan hari perhitungan terjadi, karena hari perhitungan telah terjadi dan menjadikan Anda apa adanya hari ini, maka rajinlah, pandailah. Orang yang hidupnya baik itu, kebaikan hidupnya adalah hasil perhitungan yang telah terjadi dan terjadi setiap hari dalam kehidupan kita. Mengapa kita mengabaikan perhitungan hari ini, hanya karena percaya ada perhitungan nanati, perhitungan nanti itu adalah perhitungan terakhir yang bersambung tiap hari ke perilaku kita hari ini. Hari perhitungan telah terjadi setiap hari, dan orang yang hidupnya baik telah dihitung karena kebaikannya, orang yang hidup belum baik telah dihitung karena yang perlu diperbaikinya. Jadi sadarlah bahwa bahkan masa depan itu datangnya dalam potongan hari. Tahun 2015 itu tidak datang mendadak, datangnya dalam bentuk hari Senin yang harus kita isi dengan kemuliaan pribadi, hari Selasa yang kita isi dengan pelayanan menggembirakan pada pelanggan, hari Rabu kita isi dengan pengabdian pada atasan, Kamis kita isi kasih sayang kepada keluarga. Orang seperti itu sudah tidak usah merisaukan perhitungan, dia telah dihitung dengan sangat baik.

***

Fokus pada yang sekarang menentukan kualitas dari yang nanti. Jadi, orang yang fokus pada yang baik dilakukannya nanti sebetulnya tidak usah khawatir mengenai kualitas yang dicapainya nanti. Semua orang yang memperbaiki kehidupannya selalu fokus pada yang bisa dilakukannya sekarang, sehingga kalau tahu hidup ini sementara bagi raga kita, tidak jiwa kita. Maka, kita fokus pada membangun ilmu yang bisa kita sampaikan agar digunakan bahkan sepeninggal kita, lalu kita membangun harta yang kita gunakan bagi kebaikan bahkan sepeninggal kita, dan kita mendidik anak yang baik yang soleh yang mendoakan pemaafan kebaikan bagi kita terutama setelah kita tidak lagi bersama mereka. Sehingga sebetulnya fokus pada kualitas sekarang, menentukan kualitas yang kita dapat nanti, yang bisa berarti 1 jam, 30 hari atau 30 tahun.

***

Jiwa yang kaya adalah jiwa yang damai, karena kedamaian jiwa dilandaskan pada semua kekuatan seperti kegembiraan, ketulusan. Perhatikan, tujuan dari semua keberhasilan adalah pulang ke rumah dengan perasaan damai. Sekaya apapun orang, kalau dia pulang ke rumah untuk bertengkar, untuk berbohong kepada istrinya, untuk menyia-nyiakan anaknya, mentransfer kemarahan yang diterimanya di kantor kepada keluarganya, seperti apapun yang dicapainya belum utuh. Orang-orang kaya yang belum bahagia pulang ke rumah, sebetulnya iri pada petani miskin yang pulang ke keluarga dengan bahagia.

***

Fokuslah pada yang membesarkan, hindari semua yang tidak memuliakan. Pergaulan apapun, periksa, ini membesarkan atau tidak. Kalau tidak, tinggalkan. Perusahaan yang tidak memuliakan, periksa berkah atau tidak. Kalau tidak, jangan takut meninggalkannya. Jangan tukar Tuhan dengan harga murah.

***

Orang yang bekerja yang tugasnya tidak akan selesai sampai ia dipanggil Tuhan harus membangun ketertarikan orang lain untuk meneruskannya. Itu sebabnya pekerjaan-pekerjaan yang baik selalu diturunkan ketertarikannya pada hati banyak orang untuk meneruskan pekerjaan itu, karena itu terlalu besar untuk dikerjakan satu orang.

***

Semua penderitaan adalah pemberitahuan untuk memperbaiki diri atau memperkuat diri atau mengutuhkan penyerahan pada Tuhan. Yang bersedih, lalu memperbaiki diri, lalu keluar dari kesedihan. Atau yang bersedih lalu dia melihat bahwa dia hanya berfokus pada kepentingan sendiri, lalu begitu melayani orang lain, tidak bersedih atau berserah. Kadang kita sedih, lalu berdoa kalau sedih, maka Tuhan ganggu dia supaya sedih, karena kalau sedih, dia berdoa. Maka sekarang berdoalah dalam kegembiraan, terutama dalam kegembiraan, agar Tuhan tertarik, meskipun Tuhan mampu melakukan apapun, tetapi Tuhan lebih tersemangati karena kita berdoa dalam kegembiraan.

***

Kita ini dinilai bukan karena kesiapan kita untuk mati, tapi karena keutuhan kita untuk memenangkan kehidupan yang baik. Karena kadang ada orang hidupnya pendek, semangat hidupnya besar, maka diteruskan dengan didirikannya foundation, yayasan, banyak perguruan tinggi didirikan karena jiwa yang kuat berusaha memenangkan kehidupan, walau hidup penuh rasa sakit dan tidak panjang.

***

Eling. Ingat. Nasehat paling bijaksana dari orang tua, hidup kita harus selalu ingat, supaya kecenderungan kita ke kiri, bel dalam hati kita berbunyi. Kalau betul, damai. Kalau salah, bunyi. Kita diberi kewenangan untuk mengetahu, dan alat itu yang namanya kalbu.

***

Jangan pikirkan kapan akhir dari kehidupan kita. Bekerjalah seperti kita tidak pernah akan dipanggil oleh Tuhan, tetapi berdoalah seperti akan dipanggil segera. Keseimbangan itu kadang bukan 50 sama 50, tapi karena maksimal ke Tuhan karena takut dinilai kurang setelah kehidupan ini selesai, maksimal ke dunia supaya bermanfat bagi saudara kita, karena sebaik-baiknya orang itu adalah orang yang bermanfaat bagi orang lain. Manfaat itu menentukan kehidupan kita setelah ini, mulia.

***

Yang dikatakan hidup sementara itu adalah hidupnya badan. Kalau hidup mampir minum, itu perumpamaan untuk badannya. Tapi waktu minum, minumlah yang baik, minumlah minuman yagn diizinkan, minta izin pada yang punya minuman, minum secukupnya, jangan minum yang memabukkan. Karena kualitas yang di dalam ini kelihatan tampilan sementara. Sehingga waktu dikatakan hidup ini sementara, sementara di raga, keindahan jiwanya tidak, karena kita meneruskan kehidupan ini dalam kehidupan jiwa.


***

Berapa banyak orang yang capek waktu bangun pagi, merasa kerja lagi kerja lagi, tidur lagi tidur lagi. Kata Kahlil Gibran, pekerjaan adalah kasih sayang yang dibuat kelihatan. Kalau kita sayang istri, kita akan bekerja keras bagi kemuliaannya. Kalau kita sayang anak, kita akan bekerja keras bagi penyiapan masa depannya. Kita akan bekerja keras menjadikannya tampil sehat, ceria, damai, cerdas. Orang-orang yang mencintai pekerjaannya selalu merasa kekurangan waktu. Orang-orang yang tidak memiliki kecintaan pada apapun, waktunya panjang untuk tidak melakukan apapun. Perhatikan, dan orang yang hanya memperhatikan dirinya, gampang sedih, karena kesedihan adalah proses mengasihani diri sendiri. Orang yang sibuk mengasihani orang lain, membantu mengeluarkannya dari penderitaan, tidak sempat bersedih hati.

***

Orang yang sukses yang berhasil adalah orang yang menjadi orang baik. Kita menyempitkan pengertian sukses dengan hanya banyak uangnya, luas tanahnya, tinggi pangkatnya, itu baru komponen pembentuk sukses. Keberhasilan itu jadi orang baik, orang kaya yang kekayaannya dikumpulkan dengan tidak jujur, itu gagal menjadi orang baik, dia hanya berhasil mengumpulkan harta, yang jumlah hartanya menentukan jumlah hukumannya. Orang yang mencapai pangkat tinggi dengan cara tidak hak, itu menentukan ketinggian jatuhnya. Berhasil itu jadi orang baik, karena itu tidak ada orang sukses di dunia yang tidak sukses setelah kehidupan dunia ini.

***

(Bagaimana dengan orang sakit jiwa, terlihat mati, terlihat kosong, dalam raga yang hidup?) Kadang ada jiwa tersenyum-senyum sendiri melihat orang banyak, bagaimana kita bisa menghakiminya bahwa dia yang salah, dia tersenyum pada kita yang memuliakan orang yang tidak jujur, mengagumi artis selingkuh, artis selingkuh diinterview macam-macam, rating program naik karena ada yang mengkhianati anaknya, suaminya. Ini tersenyum mungkin karena memiliki kebijakan sederhana. Jangan kita hakimi orang lain bahkan saudara kita yang sedang gila itu sebagai yang tidak punya jiwa. Kalau betul jiwanya sakit, itu untuk menguji jiwa-jiwa yang sehat seperti kita, apakah berkasih sayang. Ada kemungkinan dia sembuh? Belum tentu, tapi berkasih sayanglah kerena orang-orang yang bersedih, dimurungkan, karena ada anaknya yang sakit, sedang dipersiapkan menjadi pribadi yang lebih besar. Ingat, hati yang dilukai karena kesedihan, lebih dalam dan lebih besar menerima kebijakan.

***

Kekhawatiran Anda tidak membatalkan apapun yang akan terjadi, tetapi pasti menyadap kekuatan Anda hari ini. Siapapun yang mengkhawatirkan keburukan yang akan terjadi, tidak membatalkan apapun, tapi membatalkan kemampuannya hari ini untuk menjadi pribadi yang tahan terhadap apapun yang terjadi. Berhenti berkhawatir. Khawatirlah diri kalau tidak bekerja keras.



***

Jadilah pribadi yang mempengaruhi masa depan. Jangan jadi pribadi yang sedang ditakut-takuti untuk diterkam oleh masa depan yang tidak pasti. Caranya, sadarlah bahwa semua orang hebat adalah orang yang digunakan untuk melakukan sesuatu yang hebat, digunakan Tuhan yang caranya digunakan manusia. Semua supervisor yang bagus adalah pelayan yang super, bukan hanya bisa mempengaruhi orang, tapi juga menata pekerjaan, lalu jadi sales manajer karena kemampuan perencanannya. Semua jenjang karier karena ada yang memutuskan dia bisa berperan lebih baik di atas. Jadi, kita yang masih muda hanya menyiapkan diri bagi penggunaan. Jadilah pribadi yang tahu, yang tangannya terampil, yang hatinya tahan banting, yang menjaga wajahnya profesional, karena kita dibayar karena keramahan kita, yang tubuh tegaknya, suaranya, untuk mewakili nama perusahaan dengan baik. Siapkan diri supaya digunakan oleh orang baik, oleh orang besar. Jadilah pribadi berkualitas emas, agar suatu ketika bertemu pengusaha emas, yang bisa membuatnya menjadi perhiasan seindah-indahnya bagi kerajaan mulia di dunia ini.

***

Percaya diri adalah kalau Anda katakan bisa karena Anda bisa melakukan yang Anda lakukan sekarang. Orang yang percaya diri itu percaya dirinya akan bekerja sekarang. Berapa banyak orang ragu-ragu karena dia pembatal rencananya. Kita semua ahli berencana, tetapi lebih ahli membatalkan rencana. Orang percaya diri itu menghormati dirinya akan melakukan yang direnacanakannya.

***

Kalau Anda sulit tidur karena rencana Anda besar, kalau Anda tidak sabar karena Anda ingin segera menjadi pribadi yang berguna bagi orang lain, kalau Anda marah karena lambatnya pemimpin mendatangkan perubahan, kalau Anda gusar karena melihat yang sehrusnya adil berlaku tidak adil, itu tanda ada bakat-bakat kepemimpinan dalam diri Anda. Bersyukurlah, karena itu pemberitahuan, kita punya kualitas lebih besar dari kualitas sekarang. Jangan anggap pendeknya hidup badan kita ini adalah alasan untuk menyepelekan kualitas hidup yang panjang, seperti dijanjikan semua agama. Mari berfokus pada yang bisa kita lakukan sekarang, berfokus pada yang baik, berfokus pada penggunaan bagi orang lain. Jalankan kecintaan Anda pada pekerjaan Anda lalu perhatikan apa yang terjadi.

(Mario Teguh Golden Ways by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1037)

No comments: