Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Friday, May 6, 2011

78. Jodoh di Tangan Siapa

Seperti halnya menjaga kesehatan atau memilih rumah, maka urusan jodoh ditentukan oleh diri kita masing – masing. Tuhan telah menyerahkan kewenanganNya dan menyetujui jodoh yang kita inginkan. Karenanya, jadilah pribadi yang pantas dan baik, agar kelak memperoleh pasangan yang pantas dan baik pula.

Jangan menganggap masalah jodoh hal yang mudah. Karena salah mempercayai orang sebagai pasangan maka dampaknya panjang. Apalagi bagi mereka yang tinggal di kota besar. Warganya serba tegropoh-gopoh, sarat dengan aktivitas dan berbagai kesibukan. Sehingga urusan jodoh menjadi perhatian nomor kesekian.

Akibatnya, memilih jodoh tidak lagi dengan pertimbangan pemikiran matang. Tingkat kehati-hatian pun terabaikan. Terutama ketidak-hati-hatian pada diri sendiri dalam melihat dan memilih calon pasangan suami / istri. Untuk itu, ubahlah gaya hidup untuk menjadi pribadi damai dan mudah didatangi cinta. Seperti halnya seorang wanita bakul jamu yang berjalan gemulai, menarik pria untuk mendekati.

Sedikit Ngeri dengan Kewenangan Tuhan
Ungkapan Jodoh di tangan Tuhan tidak bisa diklaim begitu saja. Karena Jodoh itu adalah pilihan. Pilihan dari diri sendiri yang menentukannya. Seperti halnya setiap orang punya hak untuk memilih kesehatannya, tempat tinggalnya atau jodohnya.

Hanya saja, Tuhan Maha Pengasih. Dengan kasihNya, terutama pada mereka yang melebihi kasihnya Tuhan, maka Tuhan memberi kelas pada orang tersebut. Karenanya, mohon lah pada Tuhan untuk memuliakan kita dan jodoh yang kita peroleh.

Tuhan telah menyerahkan kewenangan pada diri kita. Ambil kewenanganNya itu. Di sini, tergantung diri kita mau tidaknya mengubah kewenanganNya itu. Mau tidaknya kita memperbaiki kelas dari nasib itu. Caranya, lakukan introspeksi diri dan perbaiki diri. Jadilah pribadi yang pantas dihormati, serta berkualitas. Sehingga Tuhan akan memantaskan hubungan dan membaikkan pernikahannya. Orang yang menargetkan pilihan itu, maka memperoleh wanita yang baik untuk pria yang baik, begitu sebaliknya. Atau wanita keji untuk pria yang keji, begitu sebaliknya.
Begitupun, marilah kita ngeri sedikit dengan kewenangan yang diberikan Tuhan. Karena Tuhan akan memberikan apapun permintaan kita. Dengan kengerian itu, mintalah pada Tuhan agar dengan kasihNya memberi jodoh yang terbaik dan yang dapat memuliakan kita.

Dalam hal ini, berlaku hukum kepantasan. Mintalah pada Tuhan dan berdoa, agar mengisi hati kita dengan kasih sayang, elok pekerti, agar saya bisa membahagiakan jiwa yang Engkau jodohkan denganku.

Dengan cara itu, kita sudah minta pada Tuhan untuk membangun diri dengan sebaik-baiknya jiwa. Kalau suah begitu, Tuhan memberi pertolonganNya. Ibarat orang, meski mata pejam tapi dengan mudah selamat menyeberang jalan walau lalu lintas ramai.
Sebaik-baiknya memperoleh jodoh, janganlah mempermudahnya melalui internet.

Mengingat internet itu diciptakan untuk memudahkan kita. Berarti memudahkan sembarangan orang untuk masuk dan berkenalan. Bilang belum menikah, tapi kenyataannya sudah punya istri, bahkan mungkin sudah akan punya cucu hehehe...
Berhati-hatilah. Karena kehati-hatian lebih tinggi, lebih indah. Jangan mengajarkan orang mengabaikan Anda, misalnya dengan memakai alimat yang baik dan sopan saat di dunia maya. Jangan rusak diri Anda, bangunlah nama menjadi besar. Karena nama itu akan selamanya Anda pakai.

Cinta Melumpuhkan Logika

Cinta itu tidak buta, tapi melumpuhkan logika. Untuk itu, pastikan melihat pasangan tidak dengan pendekatan emosional. Misalnya, memilih pria yang kaya, jujur, ganteng, penyabar dan lain sebagainya. Kalau hanya memandang dan berharap memperoleh pasangan seperti itu, namanya bersifat emosional.

Padahal untuk urusan jodoh, diperlukan dengan dua pendekatan, emosional dan logis. Kalau hanya pendekatan emosional saja, berarti seseorang itu hanya mementingkan dirinya saja, tanpa mementingkan orang lain yang menjadi jodohnya.

Jadilah pribadi yang lebih peduli dengan diri sendiri. Jadilah pribadi yang siap untuk dikenalkan Tuhan dengan belahan jiwanya. Karena belahan jiwa kita sudah dilahirkan dan sedang berada di luar, mencari pribadi yang sesuai dengannya. Mudah-mudahan, orang yang sedang meningkatkan kualitasnya menjadi pribadi yang pantas, bertemu dengan belahan jiwanya yang disetujui oleh Tuhan.

Maka bergaullah, berjalanlah. Bagaimana mungkin kita menemukan belahan jiwa, kalau kita tidak kelihatan jalannya. Perbanyak silaturahhmi. Dan jika sudah mantap dengan pilihan, maka memohon pada Tuhan untuk memuliakan kita.

Apapun jodohnya, itu adalah pilihan. Karena orang yang menikah, rejeki akan berubah. Karena digabungkan menjadi satu. Apalagi ada rejeki dari anak yang dilahirkan, rejeki dari memberikan uang pada orangtua, dan sebagainya. Orang yang bertanggungawab dengan rejekiny, dan memberikan rejekinya untuk orang lain, rejekinya akan bertambah,

Untuk itu, sebelum menikah ada baiknya berpikir logis melihat calon pasangan. Karena biasanya, nasihat baru ada setelah terjadi pernikahan, bukan diminta sebelum pernikahan. Lebih baik perbanyak memperoleh nasiehat sebelum menikah. Karena umumnya orang yang sudah menikah hilang rasa percaya dirinya..

Jadilah orang yang sepantas-pantasnya untuk jodoh yang sebaik-baiknya. Carilah jodoh yang sebaik-baiknya dan menunggu Tuhan yang menyetujuinya. Sertakan Tuhan dalam pilihan ini. Mintalah kepada Tuhan untuk membangun kualitas diri dengan sebaik-baiknya jiwa. Pasangkan hati dan pendengaran menemukan pria atau wanita yang membaikkan kehidupan kita.

Pastikan mendapatkan semua ilmu kebaikan hidup, sebelum jatuh cinta dan kemudian menikah. Karena pikiran masih bisa logis melihatnya.

Cinta bukanlah dari kata-kata tetapi dari segumpal keinginan diberi pada hati yang memerlukan.

Baikkan dan ikhlaskan diri menjadi pribadi yang berkarakter baik. Semoga Tuhan memasangkan kita pada pilihanNya, yang damai dan sejahtera, bagi sesama dan alam.


(Mario Teguh Golden Ways dalam Tabloid Wanita Indonesia Edisi 1103)

No comments: