Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, June 2, 2010

39. Sampai Suatu Masa


Sebetulnya, setiap orang diantara kita sedang menunggu. Yang melakukan kebaikan sedang menunggu hadiah dari kebaikannya, dan yang sedang jauh dari kebaikan juga sedang menunggu akibat dari yang dilakukannya.

Kesalahan tidak mungkin bisa dilakukan tanpa sebuah perhitungan. Berarti kita harus berbahagia, bahwa setiap kebaikan juga pasti akan dihitung.

Menerima atau tidak, kita akan sampai pada usia dimana kita tidak segesit dulu, tidak sekuat atau sesehat dulu, sehingga banyak hal yang tidak bisa lagi ditantang dengan kekuatan fisik. Saat dimana kita sudah mulai mengharuskan, memimpikan dan mengupayakan kebaikan bagi anak-anak dan keluarga.

Kita sudah mulai mengerti bahwa mungkin banyak dari masa muda kita yang kita terbengkalai. Dan sebagian dari kita menjadi penguji bagi yang lain, termasuk juga diantara kita sebagai pembukti bahwa konsep-konsep yang kita yakini atau yang tidak kita yakini, kini berdampak pasti.

Kesungguhan Menggunakan Kehidupan
Dalam kehidupan ini, kebenaran telah diajarkan kepada kita beribu-ribu tahu, baik secara formal atau tidak, dengan diamati atau diturunkan dari langit. Dan prinsip kebenaran itu telah ada bersama kita dan kebenaran itu benar. Apakah kita menerapkannya atau tidak, prinsip itu tetap berlaku benar. Sehingga sampai suatu masa, kita akan mudah-mudahan hadir dalam keikhlasan untuk hidup dalam sebaik-baiknya kehidupan.

Kalau Tuhan berkenan memberi rezeki pada kita, dengan cara yang sekecil-kecilnya, yang kita upayakan bisa menjadi sumber bagi sebesar-besarnya rejeki, bagi keluarga kita. Jadi, ini bukan tentang hebat atau canggihnya cara, tapi besarnya kesungguhan untuk menggunakan kehidupan ini, sebagai waktu untuk memuliakan kehidupan.

Kekayaan yang tepat, belum tentu bisa diraih dengan cepat. Namun kekayaannya berkah, kekayaan yang tidak harus dibayar dengan sakit atau kehilangan. Sebaliknya jika kekayaan yang cepat diraih, namun harus dibayar dengan sakit dan kehilangan akan banyak hal, buat apa? Ini artinya, hidup itu yang penting tepat dulu, baru kemudian belajar menjadi cepat. Cepat sampai dalam hidup itu bukan cepat kaya, tapi cepat damai, nama tetap terjaga baik, tidak jadi bahan omongan yang jelek sehingga akhirnya jadi korban fitnah.

Dalam sebuah rezeki terkadang Tuhan menguji kita. Misalnya apakah kita akan mengambil rezeki yang tidak halal dikala ada kesempatan. Ternyata banyak dari kita yang sering khilaf. Ingatlah, bahwa Rp 1000 yang didapat dengan jalan halal, lebih mulia dari pada Rp 1 M, tapi tidak halal. Orang yang tidak jujur, Rp 1 bisa saja tidak jujur Rp 1 T. Ketidakjujuran itu merah, merah muda atau merah tua itu tetap merah.

“Seorang pemimpin bukan meminta keadilan, tapi memastikan keadilan”

Sayang Pada yang Dipimpin
Syarat untuk menjadi adil itu adalah sayang. Artinya, jika ingin menjadi pemimpin harus sayang pada yang dipimpin. Kalau sayang otomatis pasti akan adil. Kasih sayang itu bisa dimulai dari sapaan yang baik. Artinya, dalam sapaan tersebut hendaknya mengandung doa.

Misalnya, “Sahabat-sahabat saya yang baik hatinya, …”, berarti mendoakan supaya senantiasa baik hatinya. Dan alangkah baiknya, jika sebuah persoalan atau perselisihan diselesaikan dengan kasih sayang. Bukan dengan kemarahan lewat demonstrasi atau tindakan anarkis. Jadi kalau Anda mau memimpin, jadilah pemimpin yang bisa mendatangan kebaikan. Terhadap orang lain bicaralah dengan hatinya, bukan kepalanya.

“Modal utama dalam berusaha adalah diri sendiri”


Mulailah Pagi dengan Bersyukur
Sesungguhnya akan lebih mudah bagi kita untuk mensyukuri. Sebab jika ingin mengeluh, banyak yang bisa dikeluhkan, tapi kalau bersyukur apapun bisa saja disyukuri. Dalam bekerja, cobalah jangan berpikir untuk mencari uang. Seseorang yang pada saat bekerja tidak berpikir untuk mencari uang tapi justru ingin melayani, justru akan lebih banyak rezeki yang didapatkannya. Sebab jika seseorang berpikir mencari uang, ia pasti akan cepat lelah, lebih cepat emosi, marah-marah, atau hitung-hitungan.

Banyak orang mengeluh tidak punya modal bila ingin membangun sebuah kehidupan yang lebih baik. Padalah, Tuhan akan kecewa jika kita tidak menganggap diri sendiri sebagai modal. Masa depan kita adalah apa yang bisa kita lakukan dengan usaha yang kita upayakan sendiri. Modal itu tidak untuk ditunggu tapi untuk dicari.

Jika merencanakan suatu hal dan menjalani hidup tanpa ikut harus, kita tentu punya kesempatan untuk berhasil. Jika kita sudah memiliki keinginan atau cita-cita dalam kepala, maka itu berarti doa.

Terkadang, ada masalah yang bisa kita selesaikan namun ada juga yang tidak. Untuk apa memikirkan masalah yang bisa diselesaikan oleh orang lain? Hidup itu tidak hanya tentang susah. Tuhan itu melihat ke bawah. Manusia bila diberi sedikit lalu bersyukur, maka akan ditambah lagi nikmatnya. Mulai sekarang gantilah kebiasaan mengeluh dengan kebiasaan bersyukur. Jangan memulai pagi dengan mengeluh tapi justru bersyukur. Meskipun rezeki tetap sama, tapi kalau diterima dengan rasa syukur rasanya pasti akan lebih bahagia.

Kita harus selalu belajar untuk ikhlas,meski rasanya tidak enak. Jangan menunda yang terbaik yang bisa kita lakukan hanya karena yang seharusnya membantu kita belum membantu, yang seharusnya peduli belum peduli. Kita tidak boleh menunggu.

“Yang menjadikan rezeki kita baik adalah berkahnya waktu, bukan banyaknya waktu”

Hak untuk Berhasil

Setiap pribadi yang mengeluh, sebetulnya mengeluhkan setiap kenyataan yang tidak sesuai dengan pengharapannya. Bahwa setiap jiwa di antara kita sebenarnya masih memiliki hak untuk berhasil. Perlu diingat, bahwa setiap keluhan tidak membutuhkan penyelesaian, tidak semua masalah membutuhkan nasihat, tidak semua keluhan membutuhkan solusi. Sebab ternyata, jika kita berpikir positif akan datang suatu masa dimana kita akn mengerti.

Lalu jika kita tahu akan datang suatu masa dimana kita akan mengerti, mengapa kita tidak memutuskan untuk mengerti sekarang? Mengapa kita harus menua dulu, merasakan kegagalan, lalu kemudian menerima sesuatu yang sudah dilakukan jauh-jauh hari oleh orang-orang muda yang lebih ikhlas? Cobalah menyikapi keluhan-keluhan kita, permasalahan-permasalahan dalam hidup kita dengan mendahulukan rasa syukur. Karena untuk setiap komponen kehidupan yang kita keluhkan, harus ada satu komponen di sebelahnya yang bisa kita syukuri. Pasti selalu ada saja hal-hal indah yang bisa disyukuri.

Mari mendahulukan syukur di kala kita bangun pagi, mensyukuri orang-orang pertama yang kita temui dalam sehari, mendalamkan rasa syukur pada saat pertama kali mendapat rezeki setiap harinya. Sehingga sampai suatu masa, dimana nanti kita akan disambut karena kebaikan-kebaikan kita. Marilah kita tetap bersaudara dalam kebenaran dan kesabaran, utamakan keikhlasan untuk bersyukur, utamakan keikhlasan untuk berterimakasih kepada kehidupan, kepada yang menciptakan kehidupan. Dahulukan untuk menjadi pribadi yang ramah, lalu perhatikan apa yang terjadi.



*Mario Teguh Golden Ways, disusun oleh Ayu E. Setyowati dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1063 (17 Mei – 23 Mei 2010)

No comments: