Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, June 2, 2010

30. Cara Bahagia Bergaransi



Anda ingin hidup bahagia? Gunakan cara-cara yang dibicarakan oleh Mario Teguh, 100 % Anda akan berbahagia. Kalau tidak merasakan kebahagiaan, jaminannya adalah segala kesedihan akan kembali kepada diri Anda, kapan saja.

Bongkar Ikatan Masa Lalu
Berpihaklah pada cara-cara yang tidak harus mengembalikan kesedihan Anda, yaitu dengan cara berpihak pada hal-hal yang membuat kita menjadi bahagia. Sebagian besar diantara kita tidak memerlukan pengertian baru untuk menjadi bahagia, tetapi hanya lakukan perbaikan pada pengertian yang lama. Karena di dalam kehidupan, kita lebih sering salah mengerti dibandingkan tidak mengerti.

Jadi, jangan menambahkan ikatan-ikatan baru di dalam kehidupan kita serta mengambil kesimpulan-kesimpulan mengenai kehidupan yang selama ini tidak membahagiakan kita. Lebih baik kita bisa melihat, bahwa cara membahagiakan kita adalah membongkar dan melepaskan ikatan-ikatan yang selama ini tidak membebaskan kita untuk menjadi pribadi yang bahagia.

Pengertian merupakan ilmunya kehidupan dan orang-orang yang bahagia adalah orang yang mengerti hidupnya baik. Kita telah lama belajar mengerti dan telah meyakini banyak hal di dunia ini. Lihat saja orang yang anggun, tidak banyak bicara, menyetujui banyak hal, mengijinkan segala sesuatu, terbukti hidupnya baik. Akan tetapi, ada diantara kita yang menggunakan hal yang diyakininya untuk melukai dirinya sendiri. Jika demikian, ada sesuatu yang harus kita perbaiki.

Namai dan Simpulkan Masalah
Cara berbahagia yang sederhana adalah menamai masalah Anda. Coba mulai sekarang, kesulitan dan kesedihan Anda diberi nama agar menjadi sebuah kesimpulan yang bisa diperbaiki.

Tuhan mengajarkan kita untuk mengenal nama terlebih dahulu dari berbagai macam pengertian, baru kemudian kita akan tahu banyak pengetahuan dari berbagai macam nama tersebut. Itu sebabnya mengapa orang-orang pandai kalau bicara hanya menyebutkan nama atau istilah, karena itu kesimpulan dari banyak hal. Maka, yuk kita namai masalah kita kemudian simpulkan!

Berpihak pada Kebenaran
Orang yang bersedih hati, orang yang menganggap kesedihannya final. Orang yang sombong, menganggap keberhasilannya final. Orang yang tidak mau berubah pendapat adalah orang yang menganggap keputusannya final. Orang yang Anda kenal lima tahun lalu, masih mempunyai kecenderungan untuk menganggap secara final bahwa Anda sama seperti yang dulu, padahal Anda sudah jauh berbeda.

Kalau kita berbahagia, maka berpihaklah pada yang membahagiakan. Jangan pernah berpihak pada dugaan yang buruk, berpihaklah pada dugaan yang baik. Walaupun kemudian orangnya buruk sekalipun tapi dia tertarik untuk membaikkan dirinya, karena yang kita puji adalah kebaikannya.

Bahagia akan kita dapatkan kalau kita berpihak pada yang benar terlebih dahulu. Orang yang berpihak pada yang benar, mudah untuk mengetahui segala hal yang tadi tidak diketahuinya.

Ilmu itu ada pintu rahasia. Tuhan pun menjamin, bagi orang yang menggunakan ilmunya untuk kebaikan orang lain, akan diwariskan pula ilmu yang belum diketahuinya.

Kalau begitu, apapun kesulitannya, apapun masalahnya, berpihak pada yang benar terlebih dahulu. Kalau kita tidak berpihak pada yang benar, tidak akan pernah kelihatan.

Hilangkan kesombongan, bertanyalah. Hilangkan sifat sok tahu, bertanyalah. Kalau seseorang dari agama lain datang ingin menyampaikan kebaikan, jangan ditolak karena kebaikan dilihat dari Tuhan. Kalau anda menolak kebaikan dari orang yang tidak seagama, maka kehidupan Anda pun akan jadi terikat.

Jadi, mengapa kita harus mengikat diri dalam simpul-simpul yang salah. Simpul-simpul dalam kehidupan disebut sebagai kesimpulan, dan orang yang kesimpulannya salah tidak mungkin hidupnya baik dan bahagia.

Pasangan Hidup = Sahabat
Pernikahan akan terjalin dengan bahagia, bukan atas dasar cinta ataupun kasih sayang, namun jika kedua pasangan bisa saling bersahabat. Sahabatkan diri anda dengan pasangan hidup Anda.

Menikah itu ada dua pilihan, apakah kita akan memilih : pertama, menikah dengan seseorang yang kesenangannya sama, menemukan kegembiraan di tempat-tempat yang sama, serta pikiran yang sama. Atau kedua, menikah untuk menjadi dua orang yang berbeda dan mencoba belajar jadi satu orang yang sama yaitu sebagai sahabat, sehingga pasangan bisa membuat kita tertawa, mendukung dan memuji rencana-rencana kita, dan mendoakan keberhasilan-keberhasilan kita.

Itu adalah satu jiwa dalam dua badan yang terpisah. Jadi, kalau ingin menikah secara damai dan bahagia, sahabatkan diri pada pasangan, mulai sekarang mengalahlah. Mengalah itu mengijinkan orang lain menang, berarti pemenang yang sesungguhnya adalah yang mengalah.

Pribadi yang Ikhlas
Maka, mulai hari ini, ikhlaslah menggunakan cara yang baik. Percuma seseorang yang tampil sangat suci, banyak menyebut nama Tuhan, namun masih juga menyimpan ilalang di taman surga. Masih menjaga semak-semak berduri yang daunnya beracun di hatinya.

Kalau begitu, kita harus ikhlas membebaskan diri dari pikiran yang tidak baik, dari perasaan yang tidak baik, menjaga perilaku kita, memuliakan diri dan orang lain.

Coba, jangan pikirkan apakah yang kita lakukan untuk orang lain akan membahagiakan kita atau tidak, jangan syaratkan kata untuk menentukan kebahagiaan, jangan menentukan orang lain baik atau tidak untuk berbahagia.

Anda lengkap untuk diri Anda sendiri. Jadikan anda penyebab bagi kebahagiaan Anda dan semua jiwa yang Anda sentuh. Jadikan pribadi Anda, pribadi yang lebih ikhlas serta berlaku baik. Lalu, perhatikan apa yang terjadi.

“Berpihaklah pada hal-hal yang membuat kita berbahagia. Mungkin kita bisa melihat bahwa cara membahagiakan kita adalah, dengan membongkar ikatan-ikatan yang selama ini tidak membebaskan kita untuk menjadi pribadi yang berbahagia”.

“Jangan berpihak kepada dugaan buruk, berpihaklah kepada dugaan baik. Walaupun kemudian orangnya buruk, dia akan tertarik untuk membaikkan dirinya karena yang kita puji adalah kebaikannya”.

“Ilmu itu mempunyai pintu rahasia. Dijamin Tuhan bagi seseorang yang menggunakan ilmunya untuk kebaikan orang lain, akan diwariskan Tuhan ilmu yang belum diketahuinya”.




*Mario Teguh Golden Ways, disusun oleh Gita Puspa Annisa dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1054 (8 Maret – 15 Maret 2010)

No comments: