Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, June 2, 2010

40. “Nanti”



Banyak dari kita yang melihat kehidupan ini dengan kata “nanti”, “nanti” tetapi tanpa tenaga. Padahal keadaan yang lebih baik nanti itu, hanya bisa dicapai dengan kesungguhan untuk menjadikan diri kita pantas bagi yang nanti.

Waktu kita kecil, untuk menjadi kita yang sekarang, ada yang kita lakukan. Pertanyaannya, apakah cara-cara yang menjadikan Anda sekarang ini akan menjadi sesuatu yang menghebatkan Anda nanti? Jika sekarang saja Anda tidak bahagia, bagaimana mungkin Anda bisa mengulangi cara-cara itu untuk menjadikan Anda pribadi yang hebat?

Apabila ada keraguan mengenai cara-cara yang selama ini kita gunakan untuk menjadikan kita seperti sekarang, kita harus memperbaiki cara itu. Karena tidak ada orang yang menjadi hebat, menggunakan cara yang sama untuk menjadi diri yang sekarang dikeluhkannya.

Lakukan Walau Tidak Ada Jaminan

Adakah jaminan bahwa yang kita lakukan sekarang akan memberikan hasil yang pasti? “Melakukan” itu tidak ada jaminannya, tetapi “tidak melakukan”, jaminannya pasti tidak menjadi apa-apa. Jadi, mau pilih yang tidak ada jaminannya tapi ada kemungkinan berhasil, atau memilih tidak melakukan apapun tapi jadi orang yang menua tanpa menjadi mampu? Pikirkanlah itu.

Pilihan kita banyak sekali. Tetapi yang harus kita lakukan adalah memilih yang terdekat diantara kita. Dan yang terdekat ini bedanya tidak banyak dari orang lain, perbedaan itu adalah “sikap”. Tapi inilah yang menjadikan perbedaan yang sangat besar.

Mungkin sikapnya beda sedikit, tapi dampaknya bagi kehidupan sangat besar. Contohnya saja, ada orang yang jika diminta tampil ke depan untuk presentasi langsung siap dan tidak takut salah, bahkan rela untuk dipermalukan atau ditertawakan. Orang seperti ini berkeyakinan bahwa dia berhak untuk berhasil, dan untuk berhasil terkadang harus bersedia untuk gagal.

Namun ada pula orang yang jika diminta tampil, harus didorong-dorong dulu. Dia hanya mau berhasil, tetapi tanpa upaya. Ini sangat tidak logis. Pantas, jika keberhasilan itu berpihak pada yang berani, yang berani mengijinkan dirinya kadang-kadang salah atau dipermalukan orang. Jadi, pilihannya adalah dengan melakukan. Izinkan diri anda untuk sampai pada keadaan “nanti” itu dalam keadaan yang lebih dihargai.

Keajaiban Berpihak pada yang Berani

Bagaimana melangkahi batas ketakutan itu sehingga menjadi berani? Justru lakukanlah yang Anda takuti. Kalau Anda melakukan sesuatu yang Anda memang berani melakukannya. Itu bukanlah hal besar. It’s small and usual.

Kalu Anda melakukan sesuatu yang Anda ragu-ragu melakukannya, itu lumayan. Tapi kalau Anda melakukan sesuatu yang Anda takut untuk melakukannya, itu baru hal besar. Inilah logikanya mengapa keajaiban berpihak pada yang berani. Karena yang berani terpaksa memasukkan dirinya ke dalam sebuah masalah besar. Dan Tuhan menjamin Anda tidak mungkin dimasukkan ke dalam masalah yang Anda tidak bisa selesaikan.

Jadi seberani-beraninya kita, kalau belum “kelas”nya, Tuhan tidak akan izinkan Anda masuk ke dalam masalah besar. Hanya setelah Anda pantas menyelesaikan masalah besar, Anda diizinkan masuk ke dalam masalah itu, dan pasti selamat. Itu jaminan Tuhan.

Berapa banyak di antara kita yang memboroskan kehidupannya yang besar dengan hanya mengerjakan hal-hal yang kecil saja? Tandanya bahwa Anda memboroskan kehidupan adalah Anda melakukan sesuatu yang juga bisa dilakukan orang lain yang tidak sama tinggi pendidikannya dengan Anda, dan melakukan sesuatu yang bisa dilakukan orang yang belum berpengalaman. Lalu mengapa Anda melakukan sesuatu yag bisa dilakukan orang lain, lalu minta dibayar sama dengan orang yang bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan orang lain? Jadi, kalau begitu, beranilah. Be brave.

Agama untuk Melanggengkan Kebaikan

Jika ada kalimat “Tuhan lah yang menjadikan segala sesuatunya, sedangkan kita manusia hanya berupaya”. Kalimat ini benar dan salah. Benar karena memang Tuhanlah yang berkuasa. Salah karena kita menyepelekan upaya dengan kata “hanya”.

Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika dia tidak berupaya. Berarti siapa yang bisa mengubahnya? Mengapa marah pada pemerintah, presiden, menteri, gubernur atau bupati jika nasib tidak berubah? Karena Tuhan pun tidak mengubahnya kalau kita tidak berupaya.

Kebanyakan orang yang marah karena kehidupannya tidak berubah justru adalah orang-orang yang tidak berupaya. Maka jadikan upaya itu sebagai the only way out, satu-satunya jalan keluar. Upaya adalah doa plus tindakan.

Orang yang hanya berdoa tapi tidak bertindak, itu upayanya belum utuh. Tapi apakah ada orang yang tidak berdoa dan hanya bertindak? Ada, dia berhasil, tapi tidak lama. Agama itu ada untuk melanggengkan kebaikan.

Pribadi Bagi Kebahagiaan Sesama

Apakah ada cara yang baik untuk berdoa dan berupaya agar tidak keluar jalur?
Tiap agama pasti menuntun umatnya untuk menjadi pribadi yang baik dalam agamanya. Itu sebabnya agama adalah pembaik. Apapun agamanya, agama itu harus menjadikan orang yang menganutnya baik. Sehingga lucu sekali jika agama digunakan orang untuk menistai sesamanya.

Jadi mengaculah kembali pada tuntunan di setiap agama. Tujuan kita adalah tidak untuk menjadikan orang beragama seperti kita, tujuan kita adalah untuk menjadikan orang menjadi sebaik-baiknya dalam agamanya. Hanya apabila Tuhan menyentuh kalbunya untuk memeluk agama tertentu, dia akan terserahkan tanpa paksaan, tanpa undangan. Jadi tugas kita adalah menyerahkan diri kepada kepemimpinan Tuhan lalu menjadi pribadi yang sebaik-baiknya bagi kebahagiaan sesama.

Jangan menunggu segala sesuatu baik dulu sebelum berupaya. Banyak orang mensyaratkan modal sebelum berbisnis. Padahal untuk berbisnis, modal itu pada hari memulai tidak dibutuhkan.

Jangan menyaratkan orang lain baik dulu, baru kita baik terhadap orang lain. Jika semua orang menunggu keadaan baik dulu baru berupaya, lalu siapa yang membaikkan keadaan?

Bukankah kita manusia diturunkan sebagai khalifah untuk mendatangkan kebaikan dan mencegah terjadinya keburukan? Maka jangan tunggu apapun sampai menjadi baik, tapi andalah yang membaikkan keadaan.

Membatalkan Hak untuk Membalas
Jika Anda ingin membalas seseorang atas sesuatu yang tidak baik dilakukannya, Anda hanya bisa membalas dengan mengenalkan rasa sakit kepadanya. Kalau Anda membalas, pasti Anda menyakiti karena Anda disakiti.

Kalu Anda memaafkan, yang Anda minta untuk membalas adalah Tuhan. Kalau Tuhan yang membalas, akan menjadikan orang tersebut lebih baik. Jadi, orang yang memaafkan itu sebetulnya memberikan izin kepada Tuhan untuk memperbaiki orang yang tadinya menyakiti kita.

Memaafkan adalah membatalkan hak kita untuk membalas, dan itu hanya orang-orang besar yang bisa melakukannya. Memang sulit menjadi orang baik yang hidupnya nanti baik, tapi mudah menjadi orang jahat yang hidupnya nanti jadi sulit. Itu logikanya.

Teknik untuk menjadi mampu menyelesaikan masalah-masalah dalam kehidupan adalah tidak lain kecuali dengan mengalami. Rasakanlah penghinaan, rasakanlah perendahan. Rasakan saja, rasakan cubitan dari penghinaan itu lalu gunakan kemarahan Anda sebagai tenaga untuk menghebatkan diri.

Banyak orang yang menyerahkan sesuatu kepada Tuhan tapi lalu diambilnya kembali, untuk diurusnya lagi padahal dia tidak mampu. Jadi kalau kita mau menjadi ahli dalam kehidupan, alami segala sesuatunya. Itu sebabnya ada istilah pengalaman, dan pengalaman tidak sama dengan usia. Anak muda yang sibuk, pengalamannya bisa jauh lebih tinggi dibandingkan dengan orang berusia 60 tahun yang malas dan penunda.

Bagaimana caranya agar bisa ikhlas menerima segala sesuatunya? Jawabannya, diterima saja. Jika ada orang yang mengatakan bahwa bicara lebih mudah dari pada melaksanakan, itu disebabkan karena kerusakan yang dibuatnya sebelum ini sudah besar.

Cara dia menunda, malas, atau mungkin bertengkar dengan banyak orang, itu sudah lama. Jadi sekalipun dinasihati segala sesuatu yang powerful, pasti akan tetap merasa susah. Itu karena kerusakannya sudah besar. Jadi bagi orang yang mengatakan bicara itu mudah dan melaksanakan itu sulit, harus memeriksa cara-cara dia membangun hubungan dengan orang lain.

Keberhasilan Ada di Alam Tindakan

Persiapan yang terbaik untuk memulai sesuatu yang besar adalah dengan cara memulainya. Orang-orang sering lupa bahwa dia telah hidup cukup lama sebagai persiapan. Persiapan yang sebetulnya untuk berhasil itu bukan pendidikan, bukan training, keberhasilan itu bergantung pada kualitas Anda sebagai pribadi, dan itu dibangun dalam kehidupan, bukan dari sekolah tapi dari pergaulan, interaksi dengan orang tua, penghormatan Anda kepada yang lebih tua, itulah persiapan.

Mengapa kita menunda sesuatu yang sebetulnya bisa kita mulai karena jaminan dari langit? Bagi orang yang tidak tahu tetapi rindu mendatangkan keuntungan bagi orang lain, ia akan dibuat tahu waktu melakukan. Karena sebagian dari ilmu kita untuk berhasil ada di dalam pekerjaan. Keberhasilan tidak berada di alam rencana, keberhasilan ada di alam tindakan.

Dengan mengamati orang-orang yang berhasil dan juga yang jatuh, itulah persiapan kita untuk menjadi pemimpin. Sejak itu berarti kita sudah mulai menabung, mulai memikirkan menjadikan diri kita dibayar mahal. Karena banyak murid-murid sekolah dan mahasiswa sedang tidak sadar bahwa dia harus menjadi pribadi yang dibayar mahal nanti. Sekarang kalau ada kesempatan bolos pasti membolos. Lalu kapan rencananya menjadi mahal?

Ingat, melakukan atau tidak melakukan sesuatu, kita akan menjadi sesuatu. Kita ini menjadi kita yang sekarang karena yang kita lakukan, dan yang kita hindari. Banyak sekali orang dalam membangun kehidupannya menghindari hal-hal yang harus dilakukannya.

Intinya, melakukan atau tidak melakukan sesuatu kita pasti jadi sesuatu. Hanya saja, menjadi sesuatu yang berharga atau tidak, itu tergantung dari yang dilakukan atau yang dihindari tersebut. Pesannya, lakukanlah yang harus nda lakukan, dan jangan lakukan apa yang tidak boleh dilakukan.

Kita menjadi sekarang dari keadaaan kita kecil dulu, karena yang kita lakukan. Tidak ada jaminan jika kita berkualitas kita akan berhasil. Karena banyak sekali jumlah sarjana yang menganggur, besar sekali jumlahnya. Itu orang-orang berkualitas yang tidak diberdayakan. Karena mungkin cara-cara ini kekurangan satu hal yang namanya kesungguhan. Jadi apapun pilihan cara kita nanti untuk menghebatkan diri kita di masa depan, tambahkanlah kesungguhan.

Pesannya, kalau kita ingin kehidupan ini bersungguh-sungguh mendengarkan keluhan kita, lalu jika kita ingin Tuhan bersungguh-sungguh menuruti permintaan kita, bersungguh-sungguhlah. Semakin kita bersungguh-sungguh, setia melakukan sesuatu yang baik, bagi orang lain maupun bagi diri sendiri, semakin kehidupan bersungguh-sungguh memuliakan kita.

Jadi jika Anda menaruh kesungguhan dalam setiap yang Anda lakukan, Anda akan lihat bagaimana kehidupan bersungguh-sungguh memperhatikan Anda. Bersungguh-sungguhlah, lalu perhatikan apa yang terjadi.


“Keberhasilan berpihak pada yang berani. Karena yang berani terpaksa memasukkan dirinya ke dalam sebuah masalah besar. Dan Tuhan menjamin Anda tidak mungkin dimasukkan ke dalam masalah yang Anda tidak bisa selesaikan”

“Jangan menunggu apapun sampai menjadi baik dulu, tapi Andalah yang membaikkan keadaan”

“Bagi orang yang mengatakan bicara itu mudah dan melaksanakan itu sulit, berarti orang itu harus memeriksa cara-cara dia membangun hubungan dengan orang lain”

“Keberhasilan tidak berada di alam rencana, keberhasilan ada di alam tindakan”

“Melakukan atau tidak melakukan sesuatu, kita pasti menjadi sesuatu. Hanya saja, menjadi sesuatu yang berharga atau tidak, itu tergantung dari yang dilakukan atau yang dihindari tersebut”

“Semakin kita bersungguh-sungguh dan setia melakukan sesuatu yang baik, semakin kehidupan akan bersungguh-sungguh memuliakan kita”



*Mario Teguh Golden Ways, disusun oleh Gita Puspa Annisa dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1064 (17 Mei – 23 Mei 2010)

No comments: