Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, August 25, 2010

54. Happiness Starts From Home




Semua orang pasti mencari kebahagiaan. Namun kadang kita mencarinya di tempat-tempat yang salah, dengan cara-cara yang salah dan menjadi diri yang salah untuk mencari kebahagiaan tersebut.

Ada orang yang memang tidak memiliki kapasitas untuk berbahagia. Sehingga jika diberi apapun atau berada dalam lingkungan apapun, dia selalu menemukan cara untuk mengeluh dan tidak mensyukuri keadaan. Tetapi orang yang memiliki kapasitas untuk berbahagia yang baik, akan selalu menemukan cara untuk berbahagia di dalam seburuk-buruknya keadaan.

Mata Rantai Kekejaman
Kapasitas berbahagia itu dimulai ketika kita masih bayi, bukan setelah dewasa. Karena sikap kita dibangun oleh orang tua dan lingkungan sebagai pribadi yang seharusnya berbahagia nanti. Tetapi terkadang cara orang tua untuk membahagiakan dan menyayangi kita sering membatalkan kapasitas itu.

Contoh; orang tua yang memukul meja ketika anaknya tersandung meja, memukul lantai ketika anaknya terjatuh, akibatnya anak akan tumbuh menjadi pribadi yang selalu menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain. Maka baiknya kapasitas ini dibangun melalui kasih sayang yang tegas. Banyak orang tua yang bersikap tidak tegas kepada anak, sehingga anaknya tumbuh menjadi orang yang ditegasi oleh kehidupan.

Kita semua sedang work-in-process, sedang dan selalu dalam tahap pembelajaran, proses menjadi sesuatu. Tetapi ada orang yang menua tapi tidak menjadi sesuatu yang baik, karena menghindari sesuatu yang penting baginya, melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan.

Sikap orang tua yang buruk pada anaknya, atau sikap suami/istri yang buruk pada pasangannya, akan menyebabkan anak tumbuh mengikuti sikap tersebut dan diturunkan lagi pada generasinya, begitu seterusnya. Mata rantai ‘kekejaman’ ini tidak akan pernah putus kalau bukan kita yang mulai mengubahnya. Mulai sekarang jadilah seorang suami yang penyayang dan istri yang menghormati keluarga.

Besarkan dalam Cetakan Bintang
Hampir tidak ada orang yang berhasil, jika dalam keluarganya dia tidak berhasil. Orang yang berhasil di luar tapi keluarganya berantakan, disebut palsu. Dia sibuk sekali membesarkan hidup orang lain tapi tidak keluarganya sendiri. Ada orang yang sedemikian sibuknya dan senang dipuji di masyarakat tapi keluarganya terbengkalai. Orang yang berhasil selalu disebut berhasil karena ia memberhasilkan keluarganya. Jika kita bertujuan memberhasilkan keluarga pasti kita juga memberhasilkan orang lain.

Hati-hati dengan kesenangan sementara, karena sebagian kesenangan adalah cara gembira untuk gagal. Tujuan dari semua keberhasilan adalah pulang ke rumah dengan perasaan damai. Misal saja, ketika kita pulang ke rumah dengan raga yang lelah, lalu ketika melihat bayi kita tertidur lelap, pasti hilang semua lelah tadi.

Semua anak akan tumbuh sesuai dengan cara didik orang tuanya. Jika anaknya mau jadi ‘bintang’, maka besarkanlah dalam cetakan ‘bintang’. Jadi jika kita menginginkan anak, istri atau suami kita tumbuh manjadi orang yang besar, sediakan cetakan yang baik. Tugas kita sebagai orang tua adalah menyediakan cetakan sikap yang baik, untuk anak agar mereka tumbuh sebagai pribadi yang membahagiakan kita sebagai orang tua dan lingkungannya di masa depan.

When are we ready? Sebetulnya kita tidak pernah siap untuk menghadapi apapun dalam hidup ini. Masalahnya, banyak orang menunggu kesiapan yang seharusnya dibangun saat melakukan. Sehingga cara terbaik untuk bersiap diri untuk sesuatu adalah dengan melakukannya. Jadi bangunlah kesiapan sambil melakukannya.

Pasangan Sebagai Sahabat
Banyak orang yang menganggap pasangan hidupnya tidak sebagai sahabat. Banyak pernikahan gagal bukan karena kurangnya cinta, tapi kurangnya persahabatan. Karena sebuah keluarga yang suami istrinya bersahabat, tidak akan banyak masalah.

Sudut pandang fisik mempengaruhi sudut pandang mental. Keluarga sangat mudah berada dalam keadaan bosan. Oleh sebab itu lakukanlah sesuatu yang dapat mengubah sudut pandang, karena suami dan istri adalah dua jiwa yang paling membutuhkan penyegaran sudut pandang. Lakukanlah refreshing dan keluar dari rutinitas.

Bisakah kita berbahagia dengan pasangan yang tidak kita cintai? Pasangan itu disebut pasangan karena pas. Contoh saja sebuah botol. Sebuah botol akan terlihat pas jika tutupnya pas, tidak longgar atau kebesaran. Karena cinta itu adalah sesuatu yang kita tidak benar-benar mengerti, maka lupakanlah sejenak cinta.

Jadi jika kita mau berbahagia, coba tanya diri Anda, sudah pas atau belum dengan pasangan Anda. Jika sudah menjadi suami/istri kita berkewajiban untuk mem-pas-kan diri. Lakukan kebiasaan-kebiasaan kecil seperti memuji, membelikan bunga, dan sebagainya. Memang harus ada yang mengalah. Banyak suami istri yang menunggu satu sama lain untuk mengalah, padahal mengalah itu mengijinkan kita untuk menang.

Yang kau sukai belum tentu baik bagimu. Jika untuk mendapatkan yang kau sukai, kau sering gagal dan menua dalam kekecewaan, maka sebaiknya engkau mulai menyukai yang tak kau sukai. Lalu temukanlah kesukaan untuk menjadikan dirimu produktif agar engkau menjadi pribadi dengan kedamaian dan kesejahteraan yang kau sukai. Sadarilah bahwa Tuhan sering menjadikan yang tidak engkau sukai sebagai penuntun bagimu.

Cintailah pasangan kita karena yang disebabkannya pada kita. Cintailah orang yang menjadikan Anda orang baik. Cintai wanita yang menjadikan Anda pria yang gagah. Cintai pria yang menjadikan Anda wanita yang santun. Kalau kita mencari alasan untuk mencintai, alasannya itu ada pada kita. Mari kita belajar untuk mendahulukan yang baik bagi kita, bukan hanya yang kita sukai.

Obat Penyakit Hati
Rumah adalah tujuan pulang yang paling mendamaikan hati, dan keluarga adalah pemulih keletihan hati dan raga. Orang yang hatinya lelah, harus menemukan pemulihan hati itu di rumah, bukan di tempat-tempat yang lain. Keluarga adalah pelengkap bagi kekurangan seperti apapun. Keluarga adalah pengobat bagi semua penyakit hati.

Bagi Anda yang sekarang membuat kesalahan besar di publik, minta maaflah. Cara yang paling baik dalam menghadapi kesalahan itu adalah minta maaf. Karena permintaan maaf adalah tanda bahwa Anda menyesali yang telah Anda lakukan dan berjanji bahwa Anda akan menjadi pribadi yang baik. Karena akan selalu ada cara untuk membuktikan kalau Anda yang betul-betul bersalah.

Tidak ada ahli mengenai keluarga yang broken, kecuali anak-anak yang datang dari keluarga yang broken, atau suami istri yang pernikahannya broken, karena yang paling mengalami adalah mereka. Tetapi apakah broken itu salah? Tidak semua hubungan yang rusak itu menandakan jeleknya pribadi. Karena kadang-kadang sesuatu memang harus rusak dulu untuk mencapai kebaikan. Yang tidak boleh adalah yang diniatkan untuk rusak karena mendahulukan nafsu. Apapun yang terjadi di masa lalu terhadap kita atau keluarga kita, adalah perintah untuk kita untuk menjadi pribadi yang baik dan mencegah terjadinya keburukan yang sama kepada orang lain.

Keluarga adalah bagian terkecil yang keutuhannya mengindikasikan keindahan negara. Jika kita menginginkan masa depan yang baik bagi anak-anak kita, maka mari kita jadikan mereka sebagai calon pemimpin yang baik. Bukan mendidiknya sebagai anak kecil yang rendah hanya karena mereka lebih kecil dari kita. Setiap anak kita adalah seorang pembesar yang badannya masih kecil.

Mari kita jadikan keluarga kita menjadi tempat bertumbuh yang baik bagi semua anggotanya, termasuk diri kita sendiri. Kita mulai dengan menjadikan pendekatan kita sangat ramah dan sederhana. Jadikan anak-anak kita penyemangat, karena setiap orang bersaing dengan orang tuanya untuk menjadikan anaknya lebih baik dari pada anak orang tuanya, yaitu kita. Jadilah orang tua yang membesarkan anak-anak untuk menjadi pemimpin bangsa yang baik.


“Rumah adalah tujuan pulang yang paling mendamaikan hati, dan keluarga adalah pemulih keletihan hati dan raga”

“Sebetulnya kita tidak pernah siap untuk menghadapi apapun dalam hidup ini, sehingga cara terbaik untuk bersiap diri untuk sesuatu adalah dengan melakukannya”

“Yang kau sukai belum tentu baik bagimu, dan sadarilah bahwa Tuhan sering menjadikan yang tidak engkau sukai sebagai penuntun bagimu”

“Bagi Anda yang sekarang membuat kesalahan besar di publik, minta maaflah. Karena permintaan maaf adalah tanda bahwa Anda menyesali yang telah Anda lakukan, dan berjanji bahwa Anda akan menjadi pribadi yang baik”

“Tidak semua hubungan yang rusak itu menandakan jeleknya pribadi, karena kadang-kadang sesuatu memang harus rusak dulu untuk mencapai kebaikan”

“Jadikan keluarga kita menjadi tempat bertumbuh yang baik bagi semua anggotanya termasuk diri kita sendiri”



*Mario Teguh Golden Ways dalam Tabloid Wanita Indonesia Edisi 1071

No comments: