Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, January 26, 2011

73. Ikhlas Meminta Kaya

Apabila Anda menginginkan kemampuan yang lebih besar untuk membiayai kehidupan yang memuliakan keluarga, namun Anda meragukan kemampuan Tuhan untuk memperkaya Anda, tetaplah bersama kami.
Supaya kita menjadi pribadi yang tidak lagi jengah meminta kepada Tuhan, yang telah memerintahkan kita untuk berharap dan meminta kepadaNy.
‘Saya tidak ingin kaya karena menurut saya kekayaan itu bukan hanya uang’.
Jika kita mengubah cara ini, menjadi saya ingin kaya karena menurut saya kekayaan itu tidak hanya uang. Itu artinya kita mengambil tanggung jawab pribadi untuk menjadi lebih sehat, damai, memuliakan kelurga dan sesama, melayani orang yang jujur, memilih orang yang jujur untuk naik, mewakili rakyat dengan amanah. Jadi kaya itu memang bukan hanya uang, maka kita harus jadi orang yang kaya raya.
Ikhlaslah memperbaiki kehidupan karena kekayaan itu istri yang cantik, anak-anak yang lucu, kesehatan yang dimiliki. Dengan itu kita menjadi kaya tanpa harus tambah harta. Dan itu sangat mendamaikan.
Siapa yang memerintahkan hanya berharaplah kamu padaKu? Hanya memintalah kamu kepadaKu? Apakah itu maksudnya minta kecil? Apakah betul Tuhan maha kaya? Apakah betul Tuhan maha pemurah? Apakah betul Tuhan maha mendengar permintaan? Terus kenapa mintanya kecil? Berarti ada ketidakikhlasan menjadikan Tuhan sebagai tempat meminta. Berarti kita menakar, membatasi kewenangan Tuhan untuk memberi.
Yuk, kita betul-betul ikhlas minta pada Tuhan. Tuhan maha kaya, maha mendengar semua permintaan, maha pemurah dan maha memantaskan, memuliakan, menjadikan. Orang yang tadinya tidak pantas, kalau permintaannya disetujui, dipantaskan sebelum diberi.

Jangan Menutup Pintu Kebaikan
Banyak orang tidak memulai rencana usaha, sampai semuanya aman dan pasti. Orang-orang yang membutuhkan semuanya terjamin sebelum memulai, tidak membutuhkan Tuhan, karena Tuhan berperan menjadikan yang tadinya tidak mungkin, mungkin. Yang tadinya tidak mampu dilakukan, menjadi mampu karena dimampukan.
Apakah kalau kita berdoa, kita meminta sesuatu yang mungkin atau yang tidak mungkin? Yang mungkin dicapai, apakah perlu Tuhan untuk membantu? Tidak. Jadi sudah kelihatan kalau berdoa itu harus yang sekarang kelihatannya tidak mungkin. Bukan yang tidak mungkin, melainkan yang sekarang kelihatannya tidak mungkin.
Jangan terpaku pada kata tidak mungkin, karena kita tumbuh. Kalau meminta sesuatu, berdoa kepada Tuhan atau mengupayakan, upayakan yang sekarang tidak kelihatan bisa dicapai. Itu sebabnya kita harus tumbuh, belajar dan membangun hubungan yang baik karena kekuatan itu ada 2 paruh. Separuh ada di kita dan separuh lagi ada di bantuan, yakni di orang lain.
Jarang sekali Tuhan campur tangan langsung. Itu sebabnya kita diharuskan bergaul dalam silaturahim. Bantuan itu dari orang lain. Maka saya heran kalau ada orang berencana kaya tapi kasar pada orang. Itu kan menutup masuknya pintu-pintu kebaikan. Jadi, kalau meminta, berdoa kepada Tuhan yang maha memungkinkan itu, mintalah hal-hal yang sekarang kelihatannya tidak mungkin karena campur tangan Tuhan dimulai saat upaya terbaik kita selesai.

Harta Penyebab Kemuliaan
Apakah betul Tuhan maha adil? Betul. Waktu kita dilahirkan ke dunia ini, apakah kita dilahirkan sama? Tidak. Apakah kita dilahirkan seimbang? Ya. Tuhan maha adil, maka kita dilahirkan seimbang. Tidak ada orang yang lebih atau kurang daripada kita. Yang kurang di kita ada kelebihannya di tempat lain, begitu juga apa yang ada di kita, belum tentu dimiliki orang lain.
Masalahnya kita tumbuh menua dan belum tentu membangun nilai. Itu sebabnya sekolah, belajar, mendengarkan nasihat orang tua itu menjadikan orang ada yang tumbuh menjadi 10 ribu, ada yang kurang 60 karena banyak kredit yang digunakan, ada yang 500, ada 74 juta. Maka, pertumbuhan nilai kita itu tanggung jawab pribadi.
Kalau saya sudah kerja keras, tapi masih tetap 100? Belum kelihatan padahal saya sudah menggunakan semua cara golden ways? Karena dia tidak tahu jika dia sedang membesarkan anak yang nilainya 1 trilyun. Karena keberhasilan itu bukan hanya terjadi di musim kita, melainkan anak ataupun cucu kita. Tuhan maha adil, itu sebabnya kita butuh beriman untuk menjadi ikhlas dengan apapun keadaan kita, seberapa besar permintaan kita, lalu hidup sebagai pribadi yang damai.
Jika Anda diberikan satu permintaan yang pasti akan dikabulkan, apa yang akan anda minta? Harta, kedudukan tinggi atau ilmu? Di dalam ilmu pengetahuan, yang berlaku adalah ilmu itu sendiri. Orang kaya itu banyak hartanya, termasuk ilmu. Jadi, kenapa minta yang sudah ada di dalam harta? Kemampuan imajinasi termasuk kekayaan, harta. Sebagian orang memiliki kemampuan yang hebat sekali mengimajinasikan keberhasilannya, tapi tidak menggunakan imajinasinya untuk membayangkan proses berhasilnya. Yang dibayangkan hanya kaya, tapi tidak dibayangkan bagaimana dia menjadi pribadi yang anggun, yang berpengaruh, berpengetahuan, proses sekolahnya, proses berdagangnya, proses disetujui. Padahal itu adalah harta. Jadi, kalau kita ikhlas minta kaya, mintalah harta yang menjadi penyebab kemuliaan, bukan hanya uang.

Harta dan Jiwa Tak Terpisahkan
Sebuah negara tidak bisa kuat kalau sebagian besar penduduknya adalah pegawai. Sebuah negara baru hebat kalau sebagian besar penduduknya adalah pengusaha, wirasusaha, berdagang kecil-kecilan tapi punya potensi besar. Kalau gaji seorang karyawan 2.345.980 rupiah, yang menetapkan angka ini siapa? Atasan.
Tapi, apakah Tuhan tahu bahwa angka ini akan keluar sebagai gaji Anda bulan ini? Tidak ada apapun bisa terjadi tanpa ijin Tuhan, itu artinya angka ini sudah diijinkan Tuhan. Sebetulnya, final approval gaji kita di langit, terus kalau gaji kita kurang, kenapa marah sama orang? Kalau orang gajinya kurang, itu karena dia tidak meminta pada Tuhan angka yang jelas. Jadi, mintalah gaji yang jelas, mintalah rejeki yang jelas pada Tuhan.
Ikhlas adalah menerima Tuhan dengan segala kebenarannya, tidak bertanya lagi. Siapa yang bilang bahwa hidup ibadah itu tanpa pamrih? Karena pamrih kita itu adalah dicintai Tuhan. Perintah Tuhan adalah: Hanya berharaplah kamu kepadaKu, hanya memintalah kamu kepadaKu. Itu pamrihnya, yakni berlaku taat, menghindari yang dilarang supaya dikabulkan. Itulah mengapa pamrihnya harus diperbaiki karena semua dalam kehidupan ini ada pamrihnya. Dan pamrihnya adalah kepada Tuhan.
Harta jangan dipisahkan dari jiwa. Banyak orang bilang aku tidak perlu kaya harta, asal kaya jiwa. Padahal jiwa yang damai itu harta, nama yang baik itu harta. Kebaikan yang kita lakukan tidak selesai sampai kita meninggal dan diteruskan oleh penerus kita, sampai nama kita dielu-elukan oleh kaum setelah itu, itulah harta. Jangan lagi memisahkan harta dan jiwa. Jiwa yang damai dan tenang itu adalah harta. Kita ingin dikayakan oleh Tuhan, maka ikhlaslah.

Rejeki dari Sebab Akibat
Rejeki adalah sistem sebab akibat, yang sebabnya harus jelas tapi akibatnya sebagian besar gaib. Sebabnya harus jelas yakni pandai, jujur, rajin, berdagang. Nah akibatnya, betul-betul terserah Tuhan. Pengisi antara yang pasti dengan yang gaib disebut iman. Hanya orang yang beriman yang sabar, menanti sambungnya upaya yang pasti dengan hadiah yang namanya rejeki.
Orang yang tidak damai dalam kehdiupannya, harus melihat dirinya sebagai sebab, karena semua keadaan adalah sama dengan akibat.
Orang yang melakukan kebaikan-kebaikan itu untuk dirinya. Kalau dia melakukan keburukan, maka keburukan untuk dirinya. Yang kasihan adalah orang yang baik tidak tahu melakukan yang tidak baik. Orang-orang ini adalah orang baik yang sering bertanya kok ada orang baik hidupnya belum baik? Karena dia orang baik yang tidak tahu bahwa yang dilakukannya tidak baik. Berdoa, sembahyang, puasa, tapi mengharapkan rejeki dari misalnya saja kotoran hewan atau air cucian. Lalu Tuhan bilang, lho kok kamu gantikan Aku dengan itu? Kamu tanya pada semua yang kamu gunakan sebagai penggantiKu, apakah mereka punya rejeki? Banyak sekali orang baik yang tidak tahu jika yang dilakukannya itu membatalkan keimanannya. Sehingga kalau kita percaya bahwa rejeki adalah hukum sebab dan akibat, lihatlah kualitas hidup kita sebagai akibat. Sebabnya itu kan jelas sekali, yakni sesuatu yang kita lakukan. Mudah sekali kita memperbaiki rejeki kalau kita ikhlas memperbaiki kita sebagai penyebab dari keadaan itu.
Kepandaian untuk menjadi jiwa yang semua harapannya dipenuhi Tuhan, hanya mungkin apabila harapan Tuhan juga kita penuhi. Maka janganlah kita mengabaikan yang diharapkan Tuhan, lalu mengharapkan apa yang kita harapkan dipenuhi. Kepandaian sedikit hubungannya dengan keberhasilan. Yang pasti ada hubungannya dengan keberhasilan adalah penggunaan apapun yang sudah dimiliki. Ini namanya ikhlas. Keberhasilan dimulai dari keadaan kita sekarang, hari ini. Ikhlas itu menggunakan yang sudah ada pada dirinya sebagai alat yang tadinya dilihat tidak mungkin.

Eyecahtcher:
Jangan menakar yang kita minta dan membatasi kemampuan Tuhan untuk memantaskan kita menerima yang kita minta, karena kita sebetulnya hanya sebesar yang kita minta.

Orang yang minta kecil tidak harus melakukan sesuatu yang besar, tidak harus bersabar untuk cobaan besar. Maka memintalah, jadikanlah aku kuat, pandai, berpengaruh, kaya dengan uang.

Jadilah orang yang pantas bagi sebesar-besarnya permintaan, karena kita bertuhan, pada sebesar-besarnya, semahal-mahalnya Tuhan.


*Dalam Tabloid Wanita Indonesia Edisi 1098 (Januari 2011)

No comments: