Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Thursday, January 21, 2010

24. Penjara Bintang Lima


“Penjara dalam kehidupan kita yang sebetulnya, yaitu apapun yang menjadikan Anda menunda yang penting bagi Anda. Apapun yang membuat Anda tidak melakukan yang penting, yang menjadikan Anda dalam keadaan yang sama dengan masalah dan kesulitan yang sama.


Ada macam-macam jenis penjara dalam kehidupan manusia.
Ada perusahaan yang membayar karyawannya – yang tertentu saja atau yang penting - supaya karyawannya berutang budi. Sampai contoh kasus, ada seorang wanita tidak berani hamil karena takut kehilangan gaji, karena gajinya lebih tinggi dari suaminya. Dia bersedia menukar keturunan masa depannya untuk gajinya sekarang. Dia tidak sadar bahwa dia dipenjara oleh uang yang sebetulnya tidak seberapa, untuk ditukar dengan potensi anak-anak yang pintar-pintar, lucu-lucu itu, di masa depan.


Ada orang yang menikah – bahkan dalam pernikahan yang buruk sekali - tetapi tidak bisa membebaskan dari pernikahan yang buruk itu, karena suaminya atau istrinya kaya-raya.


Ada juga yang berada dalam persahabatan-persahabatan yang menyiksa sekali, tetapi ada perasaan tidak bisa hidup tanpa orang yang menyiksanya itu.


Ya, kadang-kadang, kita memilih lebih baik bersahabat dengan iblis yang kita sudah kenal daripada berkenalan dengan malaikat baru. Padahal, lebih baik kita berpihak kepada yang penting kepada kita dan menyadari bahwa sebagian besar dari kenyamanan yang kita pikir sebagai keuntungan, adalah penjara yang mencegah kita untuk masuk ke kehidupan yang lebih baik.


Kita diciptakan dengan semua potensi yang ada pada ... mahluk. Seorang bayi dilahirkan dengan potensi menjadi sebaik malaikat atau sekejam setan, iblis. Maka dari itu, berpihaklah pada yang baik. Jangan pula melabel diri kita sebagai malaikat atau iblis, tetapi periksalah kualitas dari pekerjaan kita bagi orang lain. Tidak mungkin Anda bisa membahagiakan orang lain kalau yang Anda lakukan tidak mendamaikan Anda, atau tidak mungkin Anda menjadi pribadi yang baik kalau yang Anda lakukan tidak menolong orang keluar dari kesulitannya.


Tujuan dari tema ini adalah lebih berpihak kepada saudara-saudara kita yang bebas, tapi terpenjara oleh konsep-konsep yang tidak baik. Seperti konsep ‘Kalau orang dilahirkan dari keluarga miskin tidak boleh kaya’, atau, ‘Kalau tidak punya koneksi tidak ada harapan’, atau, ‘Bekerjalah untuk mencari dana pensiun walaupun gajinya kecil.’


Lalu, ada juga konsep kalau melihat orang bekerja lantas bertanya, ‘Bekerja sama siapa?’, lalu setelah mendapatkan jawabannya terus bilang, ‘Oh, sama suku itu tidak baik’, atau ‘Sama ras itu tidak baik.’ Itu namanya kita masih terpenjara melihat kebaikan hanya dari satu agama, satu suku atau dari satu bangsa. Atau, konsep ‘Kita merasa kalau tidak sama kasarnya dengan teman-teman kita, maka kita tidak akan punya tempat.’ Banyak sekali orang yang sedang dipenjara oleh pengertian-pengetian salah, dan itu yang menuntun mereka untuk betul-betul masuk ke dalam penjara yang sebetulnya, dan kemudian harus menjadi bagian dari berita karena membayar lebih mahal untuk penjaranya.


Kita, bangsa ini, yang paling banyak terjadi pada orang-orangnya, adalah terpenjara pada perasaan menunggu dibuat berhasil. Kita sedang menunggu dibuat berhasil, sedang menunggu digaji lebih tinggi, sedang menunggu dinaikkan pangkat, sedang menunggu dikasihani, sedang menunggu dihitung benar. Bukan sedang menunggu hasil dari kerja keras, dari keberanian untuk memunculkan diri sebagai pelayan terbaik di bidangnya, sehingga kalau tidak berhasil, kita marah kepada orang lain. Padahal yang perlu disadari, semua ini dari Tuhan.


Maka dari itu duduklah malam ini, berbicaralah dengan ramah kepada yang menyejahterakan kita lalu bertanya, ‘Tuhan, apakah ada yang harus aku perbaiki agar mudah bagiku untuk berezeki baik? Jadikanlah tahun 2010 ini tahun yang membuatku cepat mendahulukan yang penting, cepat menunda yang tidak bagiku. Mendengarkan yang baik, melihat yang baik, membicarakan yang baik, agar diriku dipihakkan pada kebaikan.’ Kehebatan bicara dengan Tuhan ini yang sulit dimengerti bagi orang yang tidak pernah mencoba betul-betul mempasrahkan kehidupannya kepada Tuhan.


Kalau Anda pasrah betul-betul, Anda tahu bahwa penghinaan orang itu harusnya membuat Anda tegas mencari pergaulan yang baik. Kalau Anda digaji seperti Anda bisa dipuaskan dengan bayaran sebanyak kacang, Anda itu diberi tahu untuk mencari tempat yang lebih menghargai. Tetapi, sering kita tidak ikhlas mempercayai bahwa Tuhan itu akan membayar kita di tempat yang lebih baik, dan menukar Tuhan dengan bayaran kecil.


Ada di antara kita yang bekerja menjadi tukang suap, negosiator kepada pejabat-pejabat untuk menerima sekian supaya memaafkan kesalahan perusahaan kita. Itu artinya kita tidak betul-betul ikhlas ber-Tuhan dan menerima hanya yang halal.


Kita bersedia menerima pendapatan-pendapatan yang tidak baik seperti bekerja di perusahaan yang merusak kesehatan masyarakat, yang membuang limbah, dan kita menerima gaji dari situ. Kita tidak ikhlas untuk berpihak betul-betul kepada kebaikan. Kalau semua orang baik, maka tidak akan ada perusahaan yang merusak kesehatan, yang membuang limbah di masyarakat, yang menebang pohon itu yang bisa punya karyawan, karena kita semua menolak untuk digaji dari uang-uang yang tidak berkat.


Marilah kita mengambil keputusan yang paling penting dalam hidup ini, yaitu: keputusan untuk menjadi pribadi yang damai karena kebaikannya. Jangan lagi malam-malam kita diisi dengan negosiasi cara-cara menyembunyikan kesalahan-kesalahan, termasuk kesalahan yang lalu.


Tidak ada satupun yang bebas dari fitnah masa lalu. Maka, jangan buat fitnah baru. Lalu, jadilah pribadi yang Tuhan cegah fitnah-fitnah masa lalunya yang masih mau menggigit kita sekarang ini, supaya di tahun yang baru ini, kita lurus menjadi pribadi yang ikhlas, yang baik, tidur dengan damai dalam kebaikan, dan betul-betul melepaskan diri dari yang menunda kita masuk ke kehidupan kita yang baru. (*)



“Kalau ada orang yang berpendapat lebih baik dipenjara, direndahkan martabatnya dipenjara bintang lima daripada menjadi orang yang bangga karena kejujurannya yang dia terpaksa tinggal di kolong jembatan, maka itu adalah perintah bagi kita orang-orang baik yang sudah sejahtera, untuk menyisihkan sebagian uang kita untuk pendidikan saudara kita yang kurang mengerti.”


“Bagi orang yang tidak menghormati dirinya, dia akan menyediakan dirinya jadi serendah-rendahnya orang, karena banyaknya bayaran.”


“Keprihatinan kita adalah bahwa pengertian ‘Goodness pays’, belum sepenuhnya ada di masyarakat, bahwa kebaikan yang membayar kehidupan. Kita masih dididik oleh hal-hal yang salah bahwa kebahagiaan bisa dibeli.”


“Kesalahan-kesalahan terbesar dalam hidup adalah salah mempercayai orang. Karena kita salah menduga bahwa orang yang kita percayakan kehidupan kita sebagai pasangan hidup, partner, sebagai karyawan yang penting, meleset.” (*)





(Mario Teguh Golden Ways, Minggu 17 Januari 2010, disusun oleh Boy Mahar Indarto dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1048)

No comments: