Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Thursday, January 21, 2010

23. Gajiku Bukan Aku


“Saya harus kreatif. Karena kalau saya lemah di pikiran, saya tidak akan selamat dari kelemahan ini.”


“Apakah kita selamanya dinilai dan dibandingkan berdasarkan jumlah uang yang kita hasilkan? Kenali betul-betul apa yang menjadi pengukur pribadi kita, dan dengannya kita bisa tahu jalan-jalan indah dalam membangun karier. Semua orang ingin menjadi kaya, tetapi banyak orang sering lupa bahwa kekayaan itu bukan hanya uang. Kekayaan itu juga kesehatan, nama baik, istri yang menyayangi kita, suami yang memuliakan keluarga, anak-anak yang menghormati kita. Itu kekayaan. Jangan tolak untuk menjadi orang kaya.”

“Banyak orang menginginkan bahagia, tetapi lupa membangun dasar kebahagiaan yang namanya kesejahteraan. Jangan abaikan ini, kerena ini dasar dari mudahnya merasa tenang, mudahnya rasa tidak kekhawatiran, kita tidak boleh khawatir mengenai apa yang kita makan besok, karena setela itu mudah bagi kita mencapai kebahagiaan. Semua orang ingin bahagia tetapi lupa untuk sejahtera terlebih dahulu.”

“Semua dimulai dari kesejahteraan. Orang malas yang tidak berguna bagi kehidupan itu malas memberi makan untuk diri sendiri. Bayangkan, untuk diri sendiri saja malas, bagaimana mencapai kebahagiaan. Setelah sejahtera, bahagia, kita bangun kecemerlangan; untuk apa kita dihadirkan dalam kehidupan ini, dijawab di sini. Dasar dari semua itu, menjadi manusia yang mampu membiayai diri sendiri.”

“Bangunlah kemampuan yang setidaknya sama dengan keharusan-keharusan kita, harus membayar ini, membiayai itu. Karena, sekarang banyak sekali yang mengupayakan maunya gratis. Ia tidak akan mampu membeli, karena semua tenaga mentalnya dipakai untuk mencari yang gratis-gratis, lupa membangun kepantasan dibayar. Orang yang pantas dibayar malah tidak mau dibayar gratis, tidak mau digratiskan.”

“Marilah menjadi pribadi yang bernilai yang kemampuannya di atas keharusan-keharusannya. Yang kedamaian hatinya membuat orang lain mensyukuri kehidupannya dan menjalankan tugasnya. Tidak ada orang yang tidak punya tugas hebat dalam kehidupan ini.”

Uang bukan segala sesuatu tetapi UANG ITU PENTING

“Semua orang yang mengatakan, ‘Oh, uang itu bagi saya tidak penting’, selalu orang yang tidak punya uang. Karena orang yang punya uang, tahu anaknya harus sekolah di sekolah yang baik, istrinya harus memakai mobil yang aman, tamunya harus dihormati dengan ruang tamu yang nyaman. Jangan menganggap uang, karena sulit dicapai, lalu berpikir tidak berhak mencapainya.”

“Kita harus membangun kehidupan yang sejahtera. Jangan menganggap uang, karena sulit dicapai, lalu merasa tidak berhak mencapainya. Kaya itu hak.”

“Saya pernah pergi ke supermarket, memegang keripik kentang, harganya Rp 3.250,-, dan saya sempat berpikir lama antara beli atau tidak membeli. Dan, itu sebuah kekalahan moral yang sangat besar, waktu saya menaruh kembali keripik kentang itu. Perasaan saya terhina, oh my God, baru keripik kentang saja, saya harus berpikir antara ya dan tidak, seperti saya mau berangkat perang. Jadi, bagi saudara kita yang merasa minder karena gajinya kecil, seperti yang saya alami dulu, sabarlah. Karena, gaji itu sementara. Setiap kali menghadapi situasi yang membuat kecil hati, katakan itu sementara. Saya pernah kos, mandi dengan ember berwarna hijau, di situ saya selalu bilang, ‘Ini hanya sementara’. Obatnya adalah katakan pada diri sendiri, ‘Aku orang besar yang masih berada dalam masa pembentukan.”

Semakin Miskin Harus SEMAKIN KREATIF

“Waktu saya kuliah program S2 di Amerika, di asrama saya di Dorm, mahasiswa mendapat makan pagi siang dan malam untuk Senin sampai Sabtu. Hari Minggu, tidak mendapat makan malam. Hari Minggu harus belanja sendiri. Sedangkan saya mahasiswa miskin. Yang saya lakukan, membeli cacing seharga 2,5 dollar. Di sana, cacing dijual dalam kulkas, supaya kedinginan terus tidak bisa keluar. Karena kalau hangat, dia jalan-jalan. Saya gunakan cacing itu untuk memancing. Saya dapat ikan, saya bagi dalam 4 bungkusan besar. Saya mampir ke empat keluarga Indonesia yang ada istrinya. Saya cepat pulang, mandi dan tunggu telepon. Telepon pertama berdering, ‘Dik Mario, datang ke sini, makan malam yuk’, ‘Oh boleh,’ kata saya. Telepon kedua berdering, juga ajakan makan malam. Saya katakan, ‘Oh sudah’, berarti untuk minggu depan saja. Begitu pula telepon ketiga dan keempat untuk minggu ketiga dan keempat. Dengan 2,5 dollar, saya dapat makan 4 minggu. Semakin kita miskin semakin harus berpikir. Banyak orang karena kemiskinannya lalu mematikan kreativitasnya. Waktu itu saya memang agak marah pada diri sendiri, karena saya miskin. Saya bilang, ‘Saya harus kreatif. Karena kalau saya lemah di pikiran, saya tidak akan selamat dari kelemahan ini’.”

“Perhatikan orang yang sombong karena harta, Anda akan tahu orang yang lebih kaya dari dia dan tidak sombong. Perhatikan suami yang sombong kepada istri dan anaknya, yang mengatakan, ‘Kalau bukan saya yang cari, kalian makan apa?’ selalu itu suami yang gajinya kecil.”

“Orang yang sombong tidak akan berhasil menemukan apa yang disombongkannya, karena semua itu diizinkan. Pangkat tinggi, bergaji tinggi, bernama baik, berderajat tinggi, semua itu atas seizin Tuhan. Bagaimana bisa sombong kalau itu diizinkan. Buktinya, orang-orang yang berpangkat tinggi, bergaji tinggi, banyak yang derajatnya diturunkan, karena derajat pun diizinkan.”

“Yang membuat kita bangga dengan diri itu bukan keadaan. Tidak boleh orang menilai diri sendiri dengan keadaan. Orang yang menilai diri sendiri dengan keadaannya yang baik akan sombong. Orang yang menilai diri sendiri dengan keadaannya yang sedang lemah akan minder. Orang itu harus menilai potensinya. Kalau orang menilai potensinya ke depan, tak akan minder. Perhatikan orang yang gajinya lebih tinggi dari kita. Gaji kita kecil, tapi kita tahu yang kita lakukan ini bernilai, kita tidak akan pernah minder. Karena dia bekerja, sebentar lagi jenjang kariernya mentok, posisinya sudah paling tinggi, di atas dia itu pemiliknya, habis itu dia mau kemana? Jadilah pribadi yang sungguh-sungguh menjadikan potensi menjadi kenyataan. Kalau mau punya harga diri, hargai potensi Anda.”

LEBIHKAN KONTRIBUSI Sebelum Anda Dikenali
“Pernah melihat orang melamar pekerjaan, sedang diwawancara, ia ditanya minta gaji berapa, lalu ia jawab, ‘Terserah’, atau ‘Sesuai standarnya saja’? Yang paling baik adalah melebihkan kontribusi. Kalau Anda menghasilkan besar, itu hanya masalah waktu sebelum Anda dikenali.”

“Alasan mengapa banyak orang menganggur, tidak dapat pekerjaan, karena mereka bukan mencari pekerjaan, mereka mencari uang. Buktinya, kalau pekerjaan baik, gaji tidak cocok, mereka tolak. Coba kalau mencari pekerjaan, ‘Bapak, apakah ada produk Anda yang tidak begitu laku? Izinkan saya menjualnya’. Lalu Bapak itu bertanya, ‘Bagaimana pembayarannya?’, Anda menjawab, ‘Setelah saya menghasilkan, Pak. Saya sudah menganggur 14 tahun, untuk apa saya khawatir tentang uang’. Kalau mencari pekerjaan, selalu ada pekerjaan yang kontribusinya ditunggu dari Anda.”

“Kalau orang-orang sedang bermain badminton, Anda mau main badminton, Anda membawa raket badminton juga. Kalau mereka main tenis, Anda membawa raket tenis juga. Dunia itu permainannya tenis, Anda jangan main yang lain. Dunia melihat orang dari kedudukannya, maka mereka berlomba-lomba menjadi camat, bupati, menteri bahkan presiden. Kalau pangkat dan kedudukan tinggi dihormati, mainlah di sana. Naiklah setinggi mungkin. Kalau mereka menghormati pangkat, jadilah pribadi yang pangkatnya setinggi mungkin agar masyarakat mengetahuinya. Derajat adalah tingkat tertinggi dari seseorang. Sekarang yang paling baik, mengajarkan ke semua orang, bahwa derajat itu paling penting, karena banyak orang berpangkat tinggi yang derajatnya turun. Karier terbaik adalah karier derajat.”


Kalau semuanya TIDAK PASTI maka APAPUN MUNGKIN

“Kalau semuanya tidak pasti maka apapun mungkin. Karena tidak pasti saya bisa berhasil menjadi jenderal, maka mungkin saya menjadi konglomerat. Kenapa kita menggunakan ketidakpastian untuk untuk menakut-nakuti diri, kenapa tidak justru membebaskan kita. Setiap batasan punya pembebasan.”

“Perubahan. Bagi Anda yang takut berubah, saya setuju, karena memang tidak ada jaminan perubahan akan membawa perbaikan. Itu betul, tetapi apakah ada perbaikan yang bisa dicapai tanpa perubahan? Anda mempunyai pilihan, berubah! Hanya orang yang memperbarui diri yang berhak bagi kehidupan dengan kualitas baru.”

“Orang tua tidak boleh memilihkan hidup untuk anaknya. Orang tua, bantulah anak mencapai keberhasilan maksimal dalam pilihannya.”


“Tanpa kita sadari, sebetulnya ada tulisan harga di wajah kita. Perhatikan orang yang ketika berbicara terlalu sering mengangguk dan perhatikan orang yang berbicara dengan tenang, lebih tinggi mana bayarannya? Yang bicaranya tenang. Karena yang bicaranya sambil mengangguk itu takut ditolak, ia mengajak orang lain untuk setuju. Berarti dia tidak mempunyai keyakinan bahwa yang dikatakannya itu benar. Ia belajar untuk dinilai tidak mahal.”

“Berapa gajinya? Menjawab terserah, itu rendah. Bandingkan dengan ucapan, ‘Saya mengerti standar saya tinggi, tetapi Ibu belum mempunyai pengalaman mengenai saya, silahkan lihat kinerja saya’. Kalau seperti itu tidak akan berani kasih gaji rendah.”

“Orang yang maunya terima apa adanya akan mendapatkan yang apa adanya. Pantaskan diri bagi keberhasilan besar agar orang menghargai kita mahal.

ABAIKAN Komentar yang Tidak Berpihak pada Keberhasilan Kita

“Kita punya telinga untuk mendengarkan. Semua orang bicara; tidak mungkin, susah, itu salah. Dengarkan; semua orang yang berhasil adalah orang-orang yang pandai mengabaikan yang tidak berpihak kepada keberhasilannya. Dengarkan nasehat baik. Belajarlah untuk mengabaikan yang tidak berpihak kepada keberhasilan Anda. Dengarkan orang yang matanya lebar waktu bertemu Anda, itu bagus sekali, super. Dengarkan nasehat baik, karena itu membangun pikiran dan perasaan dan mempengaruhi kebaikan tindakan Anda.”

“Waktu dibayar kecil dan waktu dibayar besar, Anda lebih rajin yang mana? Waktu dibayar besar, rajin sekali. Waktu dibayar kurang, Anda bermalas-malasan, menunda pekerjaan. Orang yang menyesuaikan perilakunya dengan gaji kecil, menjadikannya pantas digaji kecil. Nah berarti, kalau Anda digaji kecil atau digaji besar, dimana Anda lebih keras bekerja? Orang yang digaji kecil harus bekerja paling keras karena dia paling butuh naik. Dan, semua orang yang digaji besar itu mulainya dari gaji kecil. Orang yang paling berhasil di antara itu, yang tidak perlu gajian lagi, karena ia yang memiliki usahanya.”

“Saya pernah salah dengan cara menyombongkan gaji, menyepelekan gaji, dan kesalahan-kesalahan yang paling mengganggu sampai sekarang adalah kurang menghormati orang karena saya anggap dia tidak kaya. Anak muda sering melakukan kesalahan itu, hanya karena tampilannya tidak kaya, tidak banyak uangnya, kita menyepelekannya. Sebagai anak muda, saya harus minta maaf karena saya menyepelekan hanya karena melihat tampilannya. Karena itu belajarlah menilai orangnya, bukan yang dikenakannya. Mengenali orang yang paling mudah adalah melalui bahasanya. Bahasa adalah pembeda kelas yang sesungguhnya. Anda jangan tertipu. Orang biasa yang bahasanya baik pasti menyimpan kekuatan besar. Orang yang kelihatan besar tapi bahasanya tidak konsisten, itu tanda ada kualitas yang disembunyikan. Hati-hati dalam menilai orang, lebih baik salah benar (menghormati lebih), daripada menilai kurang.”

“Kalau Anda mau tahu seberapa bernilai Anda, perhatikan apa yang Anda lakukan waktu orang memuji. Waktu roang bilang, ‘Wah, wow, teruskan’, apa yang Anda lakukan? Waktu orang bilang, ‘Terima kasih’, apa yang Anda lakukan? Itu semua potensi. Waktu orang mengatakan, ‘Untung ada Anda’, berarti orang ini penyelamat, berkualitas sekali, dan yang disampaikannya adalah keuntungan, bahasa korporatnya adalah kontribusi, orang dinilai berdasarkan hasil. Kalau sampai orang mengatakan, ‘Untung ada Anda’, itu kualitas yang harus Anda hormati yang ada pada diri Anda.”

CARA MENGAKALI SISTEM REZEKI (menggunakan akal untuk memperbaiki rezeki)

“Gaji itu kalau tidak disiasati dengan baik, mengkhawatirkan, karena naiknya dibatasi perusahaan, 10% per tahun. Inflasi lebih tinggi dari kenaikan gaji. Jadi, sebetulnya banyak orang melemah, kalau kita bicara gaji. Maka, bekerjalah setia untuk naik 10% per tahun. Pertanyaannya, sebetulnya apakah Tuhan merencanakan pembatasan untuk rezeki kita? Lalu kenapa kita memberikan batasan pada gaji? Berarti, ada yang kita lakukan yang membatasi diri.”

“Gaji dan reward itu lain. Reward bisa dari manapun karena apapun yang kita lakukan. Gaji itu sudah ada standarnya. Kenapa orang gajian gampang stres? Karena ia tahu, kenaikannya berapa setiap tahun. Itu yang membuat kecil hati, bahwa cita-cita besarnya itu tidak bisa dicapai dengan gajinya. Itu sebabnya ia minder. Kalau begitu, pikirkan segala sesuatu dalam karier Anda itu bersifat sementara, termasuk status Anda jadi orang gajian. Saya tidak menganjurkan Anda jadi wirausahawan, tetapi Indonesia akan kuat kalau sebagian besar masyarakatnya mendapat penghasilan dari wirausaha, bukan dari gajian.”

“Akan selalu ada orang yang dihargai lebih tinggi daripada kita. Berarti, standar apapun yang ditetapkan perusahaan akan diubah kalau penghormatan orang yang menetapkan gaji itu berubah kepada kita. Jadi, cara meningkatkan gaji yang paling baik adalah meningkatkan penghormatan orang yang menggaji kita, karena hasil yang kita bangun dengan pelanggan, berhasilnya kita membangun organisasi yang damai, meneladankan sikap setia pada perusahaan. Mempengaruhi hormatnya orang kepada kita; hormati diri Anda, tingkatkan penghargaan orang kepada yang kita lukukan. Buat orang lebih menghargai kehadiran Anda, mensyukuri datangnya Anda lalu perhatikan apa yang terjadi.”



Mario Teguh Golden Ways, Minggu 10 Januari 2010, by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1047)

No comments: