Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Thursday, January 21, 2010

19. Jadinya Aku, Terserah Aku


Jadinya aku terserah aku, karena aku adalah pembentuk bangsaku, maka jadinya bangsaku terserah kita. Mari menumbuhkan pribadi yang membanggakan bagi keluarga yang mengasihi kita dan bagi bangsa.

***

Banyak orang yang menganggap keberhasilan itu harus disebabkan orang lain. Banyak orang sekarang yang menunggu dibuat berhasil, padahal berhasil itu harus kita sebabkan. Berhasil bukan otomatis kita dilahirkan, sekolah, lalu melamar buat bekerja. Hukum sebab akibat dalam kehidupan ini sangat ketat dan tegas. Orang yang tidak menyebabkan dirinya baik tidak akan baik. Tindakan kebaikan adalah tindakan kebahagiaan. Adanya orang berlaku baik yang berhak bagi kebahagiaan.

***

Pertanyaan abadi; pemimpin itu dibentuk atau dilahirkan. Pertanyaan pertama adalah, apakah ada pemimpin yang tidak dilahirkan? Semua pemimpin dilahirkan, maka jangan lagi bertanya, bentuk diri jadi pribadi yang diamanatkan jadi pemimpin.

***

Anda berbakat untuk jadi pribadi yang damai, dengan menyikapi yang kecil sebagai yang kecil dan yang besar sebagai yang besar.

***

Sebelum Pemilihan Umum, saya sampaikan: siapa yang terpilih sebagai presiden tidak berpengaruh pada rezeki kita. Yang didukung menang tidak otomatis menguntungkan, yang didukung kalah tidak otomatis merugikan. Untuk apa kita berlaku buruk melukai semua sahabat (dengan tawuran, berkelahi dengan polisi). Pikirkan polisi yang kita lawan di jalanan, punya istri dan anak yang mungkin sependapat dengan kita. Hanya yang baik yang membaikkan. Bagaimana mencapai keindahan, kalau cara kita tidak indah. Jadilah pemimpin yang amanah, berlakulah baik agar mudah kebaikan itu dipihakkan kepada kita.

***

Mulailah dari wajah Anda menghadap Tuhan. ‘Tuhan, ini wajahku, kuhadapkan padaMu’, lihat di cermin, pasang wajah yang tersenyum, wajah yang mudah berezeki baik.

***

Ada yang mengatakan ‘dibutuhkan (orang) satu desa untuk membesarkan satu anak. Saya sering mendengarkan, kita sebagai manusia biasa, padahal sebiasa-biasanya manusia, ia bukan ciptaan biasa. Jangan pernah melihat kita makhluk biasa. Satu desa itu bisa satu orang. Karena orang yang benar bisa seukuran negara. Jadi, kalau bicara membesarkan satu anak, ada orang yang kemampuannya membesarkan negara, desa, tidak harus jumlah uangnya atau orangnya banyak. Kenapa tidak mengambil tanggung jawab pribadi untuk membesarkan orang? Karena orang yang mengambil tanggung jawab untuk membesarkan orang lain telah menjadi pemimpin.

***

Bagaimana kita bisa mendahului takdir kalau kita tidak tahu takdir. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa-apa yang pada diri mereka. Berarti upaya adalah pengubah takdir. Sehingga nasib kalau mau baik, upayanya harus baik. Hanya kebaikan yang membaikkan, itu tidak mendahului takdir, justru menjalankan perintah Tuhan.

***

Pamrih itu baik kalau pamrihnya baik. Misalnya membantu mendorong mobil mogok, itu baik. Pamrih ada dua arah, pamrih ke orang namanya pamrih. Pamrih ke Tuhan namanya ikhlas. Kalau yang pamrih ke orang tahu pamrihnya ke Tuhan, tidak ada pamrih lagi, itu kehidupan yang baik.

***

Anda bukan orang kecil jika Anda bereaksi anggun kepada setiap masalah dan kesulitan.

***

Kebodohan yang yakin akan mengalahkan kepandaian yang ragu-ragu. Siapapun yang berkualitas tapi ragu-ragu akan tampil seperti tidak berkualitas. Siapapun yang bodoh tapi tampil yakin akan dikira pandai. Di masyarakat kita isinya orang pandai yang dipimpin orang yang tidak begitu pandai, yang memimpin menjadi atasannya rata-rata yang diangkat selalu yang berani. Yang disebut pemimpin selalu orang yang di depan yang berani terima risiko yang diambilnya.

***

Orang biasa jadi luar biasa kalau dia melakukan hal-hal biasa dengan kesungguhan yang tidak biasa.

***

Kalau kita diberi, pertama, harus bilang terima kasih, tidak boleh mengeluh, sudah diberi harus ikhlas, tapi pastikan Anda berdiri di tempat yang pemberiannya besar. Kedua, orang yang membawa pulang uang Rp 2,4 juta pada bulan Desember 2009, rezekinya berapa? Orang ini pulang sebetulnya bulan ini rezekinya Rp 19,7 juta. Karena dia tidak jadi sakit, sehingga Rp 3 juta dihemat. Tidak ada handphone hilang, Rp 1,4 juta dihemat. Tidak ada fitnah yang harus dijelaskan bermacam-macam, berapa nilainya? Kita itu hanya melihat cek yang kita bisa bawa pulang. Bayangkan mereka yang sedang dihujat rakyat, berapa uang dibayar supaya namanya baik. Kita yang bisa jalan kemana-mana, masih disalami apa kabar, harus tahu nilai nama baik.

***

Tidak ada jumlah uang yang cukup untuk menjadikan saya orang jelek. Itu sebabnya, sebelum kampanye, saya mintakan harus bisa bicara dari mulutnya, ‘Saya pribadi yang jujur’, kalau syarat itu ditetapkan, akan banyak orang dari muda akan hati-hati karena tidak berutang keburukan. Yang tidak tegas itu berutang keburukan, sehingga membayarnya dengan buruk. Kalau berutang budi, membayarnya budi baik.

***

Apa yang akan dilakukan setan kepada orang yang akan menjadi orang besar? Mengganggunya. Orang yang tidak direncanakan jadi orang besar tidak akan diganggu. Kalau Anda minta peran besar, Tuhan maha mendengarkan, begitu Tuhan menyetujuinya, setan akan mengetahuinya, sehingga dia hanya memperhatikan orang-orang besar. Siapapun yang berperan besar dalam hidupnya, hati-hati kalau tidak berlaku tegas.

***

Anda tidak akan mencapai kebesaran yang Anda idamkan dengan mengkhawatirkan hal kecil.

***

Banyak orang tidak suka yang sederhana, maunya yang kompleks, bagaimana cara tidak minder? Bagaimana cara tidak grogi tampil di depan orang banyak? Padahal jawabannya sederhana, jangan malu, jangan minder, jangan grogi, tapi kita terbiasa meminta jawaban kompleks. Padahal jawaban yang sederhana itu tidak sederhana implementasinya dalam hidup.

***

Bisnis yang besar itu dari kalimat sederhana, beli lebih murah, jual lebih tinggi, lalu lihat kompleksnya kehidupan, padahal ilmunya sederhana seperti itu. Kalau kita tahu caranya, tidak ada yang tidak bisa kita lakukan. Jadi, siapapun yang ada dalam kesulitan, cari cara dari orang yang tahu caranya. Jadi, bagaimanapun sulitnya tantangannya, kalau yang dipikirkan caranya, akan bertemu orang yang tahu, bergaullah yang baik, buka pandangan, ikhlaslah menerima orang yang lebih hebat dari kita. Ikhlas merayakan kehebatan orang lain, itu membuat kita menghebatkan kehidupan.

***

Sukses banyak dilihat dari ukuran material, karena itu didikan iklan. Iklan mobil memberi tahu mobil kita tidak baik, iklan rumah memberi tahu rumah kita tidak baik, yang saya tersinggung itu iklan rambut. Karena kita dididik untuk tidak mensyukuri yang kita miliki agar kita memperkaya orang lain, akhirnya menstandarkan kepemilikan sebagai keberhasilan. Padahal, setengah dari harapan hidup kita, biasanya orang sudah mulai ikhlas. Yang disebut berhasil itu menjadi orang baik. Coba temui teman-teman sekolah Anda di SMP, SMA, waktu bertemu apa yang ditanyakan, ‘Anak berapa?’ Oh sudah lucu, oh my God. Coba Anda praktikkan standar umum, ‘Tanahmu luasnya berapa?’ Coba, kalau tidak rusak kehidupan ini. Ada supir, tiga anaknya sekolah di luar negeri. Jadi kalau begitu, keberhasilan itu jadinya terserah kita. Kalau keberhasilan itu kebaikan, keberhasilan itu lebih mudah. Jadinya aku, terserah aku, tidak terserah kau. Karena aku sebetulnya plus Tuhan sama dengan cukup, orang yang memiliki standar kebaikan. Bagaimana kalau kita menjadikan pengisi pikiran kita adalah kebaikan bagi orang lain. Mengisi sikap kita, semua yang kita lakukan adalah kebaikan bagi orang lain lalu kita perhatikan apa yang terjadi.



(Mario Teguh Golden Ways, Minggu 13 Desember 2009, by Siti Afifiyah dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1043)

No comments: