Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Wednesday, November 24, 2010

58. Hak untuk Sejahtera




Banyak orang mengartikan kata ‘hak untuk sejahtera’ hanya sebatas permintaan agar haknya dipenuhi. Padahal masih ada sebuah kewajiban di balik sebuah hak. Semua orang berhak untuk sejahtera, tetapi tidak setiap orang membangun kemampuan untuk mensejahterakan diri.

Banyak orang yang mengeluh mengenai hak untuk sejahtera adalah orang-orang yang menunggu untuk disejahterakan, seperti seorang eksekutif yang menunggu dibuat berhasil. Itu tidak mungkin, sebab semua orang sudah sibuk dengan kepentingannya sendiri, khawatir dengan ketidakpastian masa depan mereka sendiri. Jadi, bagaimana mungkin kita menuntut mereka untuk mensejahterakan kita?

Jadi mari kita jadikan hari ini hari yang paling indah. Sebab hari yang paling indah adalah hari dimana kita bisa ikhlas dan penuh keberanian menerima bahwa hari ini, adalah hari dimana kita bertanggung jawab bagi penyejahteraan diri kita sendiri.

Ikhlas Itu Mudah
Tidak mudah bagi kita untuk menjadi orang baik. Bahkan lebih mudah bagi kita melakukan keburukan. Sebetulnya, melakukan kebaikan itu mudah, yang tidak mudah adalah mengikhlaskan diri melakukan yang baik.

Banyak orang hidup dalam fatamorgana bahwa ketidakbaikan itu enak. Padahal semua jenjang pendidikan itu mengajarkan tentang kebaikan, kejujuran dan kebenaran. Tetapi mengapa kita tidak ikhlas? Seringnya kita berpikir ikhlas itu begitu mudah diucapkan namun begitu sulit dilakukan. Sebetulnya ikhlas itu mudah jika orangnya ikhlas, dan sebaliknya.

Banyak orang berpendapat bahwa kebaikan itu bersifat relatif, padahal sebetulnya kebaikan itu adalah pasti, dan sama pada semua orang. Bahkan penjahat sekalipun akan marah bila dijahati. Penjahat adalah yang paling serius menuntut haknya untuk diperlakukan baik. Karena dia akan berlaku jahat pada orang yang tidak berlaku baik padanya.

Itu sebabnya seorang pemimpin bisa berlaku tidak amanah, tidak jujur, dan tidak adil, merasa tidak apa-apa kalau yang dipimpinnya itu orang baik. Kualitas kepemimpinan yang sesungguhnya itu ada di dunia hitam. Karena penjahat yang memimpin penjahat, kalau tidak adil akan langsung dihukum oleh anak buahnya. Orang baik seperti kita memaafkan, karena kita orang baik.

Rejeki tiap orang itu tidak dikotak-kotakkan oleh Tuhan. Tidak ada porsi rejeki untuk tiap orang. Porsi rezeki ditentukan oleh cara. Ada orang yang caranya pantas untuk dapat besar, ada pula yang pantas mendapat kecil. Rejeki itu tidak ada batasnya, dan kitalah yang diminta untuk memanfaatkan diri bagi sebesar-besarnya rejeki. Maka ikhlaslah, lakukan hal-hal yang memang diperuntukkan untuk mendapat rejeki.

Baik Dulu, Baru Kaya
Damai itu adalah kesejahteraan batiniah, lalu yang sejahtera itu yang berhubungan dengan kemampuan kita dalam membiayai kehidupan yang baik. Jadi pengertian sejahtera ini sudah kelihatan, jika kita punya ladang sayur. Apakah kita harus membeli sayur? Tentu tidak.

Sejahtera itu tidak harus dengan membeli. Berarti orang yang berladang juga bisa sejahtera dari yang dilakukannya. Hanya kita terlanjur sudah menempel dengan konsep uang. Tetapi jangan salahkan ini karena ada argo dalam kehidupan. Namun jangan pula menyepelekan uang atau harta, jangan membenci kekayaan, karena sedekah juga dihitung dengan persentase. Jadi kalau begitu, jadilah orang kaya yang baik.

Apa langkah pertama untuk menjadi orang kaya yang baik? Jangan jadi kaya dulu baru niat jadi baik. Contoh saja banyak orang kaya yang tidak jujur, begitu kaya, baru bersedekah atau menunaikan ibadah, namun uang yang digunakan tetap uang haram. Jadi, mari terlebih dahulu menjadi orang baik baru kemudian kaya. Yang menyantuni saudara-saudara yang lemah, yang mengangkatnya dari kekurangan dan ketidaksejahteraan.

Salah satu keindahan yang disebabkan oleh masalah adalah perasaan berdebar-debar. Misalnya ketika sang istri mengatakan pada suaminya bahwa mereka sedang mengalami kesulitan keuangan. Maka sebagai istri, bicaralah dengan santun pada suami dan mintalah pada Tuhan.

Mudah-mudahan Anda diberi pengertian mengenai apa yang harus Anda lakukan, untuk segera menjadikan Anda menjadi mudah dibayar dan dibantu Tuhan. Serahkanlah diri pada Tuhan.

Kadang kita sering menilai orang yang lebih hartanya, tanpa memberikan perasaan atau prasangka baik. Kita sering mendahulukan dugaan bahwa orang itu tidak melakukan hal-hal baik untuk hartanya, misalnya untuk sedekah.

Begitu kita bicara mengenai kesejahteraan, Anda tidak mungkin bisa menghindari keluhan. Sering kita selalu mempunyai daftar mengenai apa yang belum kita punyai. Misalnya saja kita mengeluhkan soal tidak punya modal, tidak diberinya kesempatan, atau tidak diberi cukup waktu.

Jangan mengharapkan menjadi orang kaya jika berpikir sudah harus kaya dulu. Mengapa harus menunggu modal besar? Padahal modal itu sudah ada pada yang bisa kita lakukan. Jangan sepelekan rahmat Tuhan.

Semua kesempatan besar dimulai dari kesempatan sederhana. Banyak orang menyepelekan yang sudah dilakukannya sekarang, karena mengharapkan sesuatu yang lebih besar. Padahal pada yang dilakukannya sekarang saja belum berhasil.

Ikhlas Melakukan yang Sulit
Semua orang berhasil menggunakan semua umur yang sama dengan kita. Sebagian bahkan meninggal di usia lebih muda dari kita. Jangan mengeluh, gunakan apapun yang ada untuk menghilangkan keluhan.

Adakah sebetulnya hal yang boleh untuk kita keluhkan? Misal saja jika kita bertanya, “Mengapa saya tidak bertambah bijak dari hari ke hari?”

Ini adalah keluhan yang baik, yang artinya harapan Anda kepada diri sendiri lebih tinggi dari yang sudah Anda lakukan.

Kesalahan sikap kita sebagai bangsa adalah memahami ikhlas sebagai sikap untuk menerima kelemahan. Sebagai bangsa kita harus menghentikan sikap ini. Jangan ikhlas menerima kelemahan.

Ikhlas yang sangat terhormat adalah ikhlas menyerahkan diri kepada penggunaan keluhan, untuk melakukan hal-hal yang sekarang sangat sulit dan mungkin bahkan tak bisa dilakukan oleh orang lain, agar kita menjadi pelayan bagi kebaikan banyak orang. Ikhlaslah melakukan sesuatu yang kelihatannya tidak mungkin bisa dilakukan. Setiap jiwa Indonesia berhak bagi kesejahteraan, tolak yang tidak pantas bagi Anda, buktikan bahwa mereka salah. Bekerja keraslah lalu minta langsung kepada Tuhan.

Hak untuk sejahtera itu ada pada setiap orang, hanya saja cara berpikir dan bersikapnya tidak menjadikannya mampu membangun kemampuan untuk sejahtera. Cara paling baik untuk mendamaikan diri adalah bekerja untuk mendamaikan orang lain. Kalau begitu, cara yang paling baik untuk menyejahterakan diri adalah dengan menyejahterakan orang lain. Kalau kita pikir lagi, tidak ada orang yang bisa menjadi kaya dengan jujur kecuali berusaha memperkaya orang lain juga.

Melayani Membuat Orang Bahagia
Orang-orang yang kita benci, yang perilakunya kita kritik adalah orang yang memperkaya diri dengan memiskinkan orang lain. Itu perilaku tidak baik yang segera harus kita cegah. Mari kita bangun anak-anak yang jujur, karena kelak mereka akan menjadi pemimpin sehingga pada saat salah pilihpun tetap jadi pemimpin yang jujur.

Hari yang paling indah adalah hari dimana kita mengambil tanggung jawab pribadi, bahwa keberhasilan diri kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Gunakan diri Anda sebagai sesederhana-sederhananya manusia yang datang meminta kepada Tuhan, agar digunakan dalam tugas-tugas yang membantu kebaikan bagi orang lain. Ganti pekerjaan Anda menjadi pelayanan yang membuat orang lain bahagia.

Jika Anda demikian pedulinya tentang kebahagiaan perasaan orang lain, maka Anda bukan hanya akan disejahterakan Tuhan secara batiniah. Tapi juga sejahtera sebagai pribadi yang bertanggung jawab bagi keluarga dan masyarakat. Jadilah pribadi yang sangat sederhana dan sangat bersemangat, lalu perhatikan apa yang terjadi.

Sebetulnya, melakukan kebaikan itu mudah, yang tidak mudah adalah mengikhlaskan diri melakukan yang baik

Banyak orang menyepelekan yang sudah dilakukannya sekarang karena mengharapkan sesuatu yang lebih besar, padahal pada yang dilakukannya sekarang saja belum berhasil.

Kesalahan sikap kita sebagai bangsa adalah memahami ikhlas sebagai sikap untuk menerima kelemahan

Hak untuk sejahtera itu ada pada setiap orang, hanya saja cara berpikir dan bersikapnya tidak menjadikannya mampu membangun kemampuan untuk sejahtera

Hari yang paling indah adalah hari di mana kita mengambil tanggung jawab pribadi, bahwa keberhasilan diri kita adalah tanggung jawab kita sendiri


Mario Teguh Golden Ways dalam Tabloid Wanita Indonesia edisi 1083 (29 September 2010)

No comments: