Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu? dan Kami telah menghilangkan daripada bebanmu, yang memberatkan punggungmu? Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmu lah hendaknya kamu berharap. (Surat Al Insyirah)

Monday, July 18, 2011

98. Krisis Identitas

Penjara mempunyai konotasi negatif, baik secara langsung maupun secara kiasan. Untuk itu, jangan jadikan diri kita dipenjara karena krisis identitas, hanya karena adanya pembatas yang tidak membuat diri bahagia dengan keadaan sekarang. Putuskan dan lakukan segera perubahan dan menggantinya dengan identitas yang baru.

Perasaan atau takut terhadap sesuatu yang tidak kita ketahui, akan menjadi pembatas yang merugikan diri sendiri. Padahal rasa aman yang dimiliki sekarang ini, belum tentu memberi kebahagiaan pada masa mendatang. Hal ini dikarenakan, banyak orang sudah merasa nyaman dengan kondisi yang ada sekarang ini. Sehingga mereka tidak ingin membuat perubahan menuju ke arah perbaikan yang lebih baik lag,i untuk kehidupannya di masa depan.

Memang kedamaian itu adalah apa adanya diri kita. Banyak dari mereka yang berpandangan comfort zone (wilayah aman), lebih memilih kondisi yang ada saat ini. Akibatnya, mereka menolak masuk menjadi pribadi baru. Nasihat saya, segera bongkar pelajaran salah yang membuat kita bisa keluar dari penjara yang salah. Karena banyak di antara kita sudah terdidik salah daripada terdidik benar.

Pengalaman saya, juga mengalami kegelisahan di masa muda.Tempat tinggal saya di Malang di lingkungan pemulung rokok. Menonton televisi hanya dapat saya bayangkan saja dalam pikiran. Saya marah dengan identitas diri. Lalu saya melakukan beberapa perubahan dengan meniru artis dan tokoh terkenal. Sampai akhirnya sebuah proses, saya memutuskan mengambil potongan-potongan terbaik dari setiap orang. Kemudian kain itu saya jahit sebagai pakaian utuh yang mengindahkan untuk membungkus tubuh saya. Itulah saya yang kemudian dikenal sebagai Mario Teguh.

Berpura Tidak Pernah Gagal
Di dalam proses mengganti identitas dibutuhkan ketegasan, lalu diikuti kesegeraan untuk menjadi pribadi yang baru. Ijinkanlah Tuhan memasuki diri Anda dengan sinar kebaikanNya. Sehingga menjadikan pikiran Anda memiliki sinar membawa kebaikan pada setiap orang.Dengan demikian, keindahan nama Anda akan menjadi taman-taman kebaikan di diri orang lain. Mereka merasa diuntungkan oleh kebaikan yang Anda lakukan. Itulah arti sebuah perubahan besar yang membedakan Anda dengan orang lain. Anda ditinggikan oleh kualitas yang Anda bangun sendiri.

Tetaplah bersungguh-sungguh dalam menjalani sebuah perubahan. Lakukan secara berulang-ulang. Kebaikan tidak akan menjadi penghambat, akan tetapi mempercepat untuk menjadi pribadi yang lebih bercahaya. Jangan membuat konsep diri Anda lemah, memberi impian kecil, atau menunda tindakan dalam pekerjaan serba sedikit. Karena itu semua yang membuat diri Anda dipenjara oleh krisis identitas, yang menjadikan diri kita tidak bisa menjadi pribadi baru yang menerima tugas dan tanggungjawab besar.

Caranya, berpura-pura tidak pernah gagal. Dengan begitu, akan membuat Anda memperbesar peluang keberhasilan. Karena Anda, tahu diri Anda sendiri. Hanya Anda sendiri yang tahu sejarah kegagalan Anda. Maka, jadikan diri Anda dengan berpura-pura tidak pernah gagal. Sehingga Anda mengolah diri Anda menjadi maksimal.

Cara ini justru membuat orang lain kawatir menolak Anda dan kemudian mempercayai Anda. Misalnya, ketika Anda mengajukan proposal, kesan yang ditangkap oleh orang lain melihat Anda tidak pernah gagal sebelumnya. Kalaupun ditolak, lakukan teknik bergembira. Karena dalam catatan sejarah kegagalan, bergembira membuat Anda masuk dalam proses tidak gagal. Kebiasaan berpura-pura tidak pernah ditolak, itu akan melatih diri Anda tampil maksimal. Sebab mereka terpengaruh dengan cara Anda membuat orang menjadi yakin.

Perbanyak Pekerjaan Kebaikan
Dalam diri ada yang disebut Less atau Over. Less itu berhubungan dengan minder, andai diri kita merasa kurang percaya diri. Sementara Over berhubungan bila berlebihan sehingga menjadi sombong.

Di antara dua pilihan itu, saya anjurkan Anda lebih memilih sebagai pribadi sombong. Karena orang minder itu, hanya akan mengambil tugas kecil dan diperlakukan kecil, diam saja. Beda dengan orang sombong. Karena orang sombong akan meminta tugas dan tanggungjawab besar. Kalaupun dalam melakukannya mendapat masalah justru itu adalah rahmat, yang memberi kemampuan kita menuju kesuksesan.

Setelah itu, perlahan-lahan kesombongan atau over itu dikurangi menjadi pribadi yang anggun. Kadarnya dibuat mellow, untuk menjadikan Anda sebagai pribadi matang setelah mendapatkan kesuksesan.

Konsep budaya Jawa dikenal Niteni (mengamati), Niroke (ditiru persis) dan setelah itu lakukan Nambahin. Konsep ini, baik anda lakukan dalam menuju perubahan dari krisis identitas. Dan kesemua itu harus dilandasi dengan keikhlasan.

Niteni itu merupakan langkah awal untuk kita mengamati hal-hal kebaikan yang ada. Dan kita ambil menjadi yang membaikkan kehidupan kita di masa depan. Lalu Niroke, sebagai langkah kebaikan selanjutnya. Karena hidup ini tumbuh karena meniru. Kalaupun ada anggapan meniru itu tidak baik, justru bagaimana kita mau menyalip kalau tidak dari belakang ?

Barulah ditambah dengan sesuatu yang bernilai positif. Mengingat setiap orang mempunyai kelebihan masing-masing. Dengan cara Anda memberi nilai tambah yang membedakan, mudah - mudahan kita menjadi pribadi yang bisa kita tiru untuk menjadi yang lebih baik.

Perbedaan itu kalau tidak besar nilainya tidak bisa disebut perbedaan. Yang disebut dengan perbedaan besar apabila Anda melakukan perbedaan-perbedaan kecil yang dilakukan secara berulang. Kemudian perbedaan itu menguntungkan orang lain. Itulah yang dimaksud dan membuat Anda menjadi bernilai dan memiliki perbedaan besar.

Biarkan orang lain yang menilai Anda. Memang opini itu relatif. Namun jangan abaikan pendapat orang lain tentang diri kita, walau ada ketidaksesuaian pendapat tentang diri kita. Orang lain menilai kita dari yang sudah kita lakukan, bukan dari rencana yang kita pikir. Keberhasilan dinilai dari hasil kerja, bukan dari hasil rencana.

Maka perbanyaklah melakukan pekerjaaan yang membawa kebaikan. Kalaupun kemudian Anda pamer dengan keberhasilan, tidak masalah. Karena mempromosikan diri atas keberhasilan, adalah cara terbaik menjadi orang yang bermanfaat.

Kesalahan Mempercayai Orang
Menyenangkan orang lain bukan hanya sekadar memuji saja Tapi jadikan diri kita menjadi pengikat orang itu. Membantu orang lain dengan identitas yang kita miliki. Akhirnya orang lain akan menempelkan kata Untung dibelakang nama Anda. Untung saya bertemu dia dan sebagainya. Inilah yang diperoleh pada mereka yang memiliki identitas baik dan menguntungkan orang lain.

Hidup ini sudah berlangsung lama. Jangan menunggu siap. Bangun identias Anda untuk menjadi sesuatu. Karena keberhasilan itu bukan dari rencana tapi tindakan.

Seorang suami atau istri akan rusak krisis identitasnya jika sering dikritisi oleh pasangannya. Sebaikinya, bangun keindahan yang memperkokoh ke arah yang baik. Karena Ibu itu penentu keindahan. Sedangkan Ayah memasang patokan tingginya impian dan besarnya ambisi. Dengan kasih sayang seorang ibu, akan tumbuh anak yang baik untuk masa depannya. Ibulah yang semestinya paling akhir marah pada anaknya. Bukan ibu yang lebih sering marah.

Kesalahan dalam hidup ini adalah kesalahan mempercayai orang. Untuk mengenal apakah seorang itu baik tidaknya, bisa dikenali dari tiga komponen. Yakni, bagaimana pengetahuannya, hatinya dan perilakunya. Di sinilah tugas orangtua yang hebat menjauhkan anak-anaknya untuk tidak salah mempercayai orang lain. Mengingat anak muda itu potensi dirinya masih labil.

Maka ijinkan diri kita menjadi pribadi yg baru. Jangan penjarakan diri kita menjadi pribadi yang bebas, dengan tidak memungkinkan diri keluar menjadi pribadi yang bebas. Padahal adalah sebuah kewenangan untuk kita miliki.

Keberhasilan adalah Tindakan Bukan dalam Rencana

Lebih Baik Salah tapi Kuat dari pada Benar tapi Lemah

Banyak orang menikmati comfort zone, lebih memilih kondisi yang ada saat ini dan menolak masuk menjadi pribadi baru.


(Mario Teguh Golden Ways dalam Tabloid Wanita Indonesia Edisi 1123 – Juli 2011)

No comments: